Bab 6
Mengikuti saran Kokoro, aku memeriksa akun Twitter Yume setiap hari, menunggu kesempatan untuk mengiriminya balasan. Tentu saja, aku masih belum menemukan keberanian untuk benar-benar melakukannya, dan hanya sering men-like tweetnya.
Membaca mereka mengajariku sedikit tentang hal-hal yang dia suka: karakter kelinci yang imut, IMS, grup seiyuu, game otome, dan hal-hal otaku serupa lainnya.
Sesekali dia juga mengunggah foto selfie, dan dia terlihat sangat imut dalam foto-foto itu. Aku ingin men-like setiap fotonya, tapi karena itu akan terlihat menyeramkan, aku membatasi diri pada satu like setiap beberapa foto. Fakta kalau dia terlihat sangat menggemaskan dan menyukai IMS sudah cukup untuk membuatnya menjadi calon pacar yang sempurna.
Sayangnya, waktu dan topik tweetnya tidak pernah tepat untuk kubalas, setidaknya sampai hari itu.
Aku melihat tweet yang mengatakan "Aku akan berangkat bekerja paruh waktu ..." yang diposting satu menit yang lalu. Berandaku biasanya hanya memuat tweet lamanya saja, tapi kali ini tepat waktu.
"Lakukan yang terbaik!" Aku membalas. Itu bukan balasan yang panjang, tapi meskipun begitu, aku membutuhkan banyak waktu untuk menulis, menulis ulang, dan khawatir sampai aku cukup puas untuk mengirimkannya.
Beberapa detik kemudian, dia membalas.
"Terima kasih! Jika kamu mau, datanglah untuk melihatku bekerja! ♪ ”
Itu membuatku sangat senang, tentu saja, tapi aku bertanya-tanya apakah itu jawaban standar yang selalu dia gunakan ketika berbicara tentang pekerjaan. Tapi sekali lagi, ini bukan akun kerja. Aku juga tahu dari pengalaman bekerja di maid café kalau para maid tidak menerima umpan tambahan apa pun dari meminta orang untuk datang ke kafe mereka.
Kecuali jika pelanggan itu meminta berfoto dengan maid, tentu saja, tapi itu lain cerita...
Dengan kata lain, aku memiliki cukup alasan untuk percaya kalau dia tidak memiliki alasan untuk mendapatkan keuntungan dari segi pekerjaan dengan mengundangku untuk datang. Itu memberiku kepercayaan diri yang cukup untuk membalasnya lagi.
"Tentu saja! Aku akan datang kapan-kapan!”
Bahkan jika dia mengundangku hanya karena itu adalah sesuatu yang seharusnya dilakukannya sebagai maid, atau jika dia melakukannya untuk basa-basi, aku masih berpikir kalau memberitahunya bahwa aku ingin pergi adalah yang terbaik untuk dilakukan. Apa yang kukatakan memang benar—aku ingin melihatnya lagi, meski hanya sebagai pelanggan, dan aku juga ingin melihatnya bekerja sebagai maid.
Beberapa detik kemudian, dia men-like balasanku.
Ugh, aku tahu yang seperti ini! Ini adalah saat kau men-like tweet seseorang agar dapat mengakhiri percakapan tanpa membalas lagi ... Pikiranku, sedih, ketika pemberitahuan lain mengejutkanku. Itu adalah pesan LINE dari Yume.
“Terima kasih karena membalas tweet-ku. Aku akan sangat senang jika kamu datang ke kafe ketika kamu punya waktu luang karena aku masih belum memiliki kesempatan untuk berterima kasih dengan benar. Tentu saja, apa pun yang kamu pesan akun akan mentraktirnya! ♥”
Dia benar-benar ingin aku pergi menemuinya di tempat kerjanya... dan dia ingin mentraktirku?! Balasan yang dia kirimkan padaku di Twitter bukanlah obrolan pemasaran sama sekali. Tiba-tiba aku senang karena aku menemukan keberanian untuk menjawab, meskipun aku hanya bisa membalas singkat.
"Aku pasti akan ke sana dalam waktu dekat, tapi kamu tidak perlu mentraktirku!"
Lagipula, aku tidak melakukan sesuatu yang besar untuknya. Rasanya tidak benar jika aku ditraktir karena itu.
“Aku memaksa. Aku berhutang budi padamu, karena kamu menyelamatkan hidup Yumeko! ⭐ ”
Yumeko tampaknya adalah nama gantungan kunci kelinci yang hilang yang dulu kubantu untuk menemukannya. Bagaimana bisa gadis ini begitu girly? Pesannya ditaburi emoji, dan dia bahkan menamai gantungan kuncinya.
Kami terus berbicara dan memutuskan pada hari kerja kapan dia akan bekerja sehingga aku bisa pergi ke kafenya sepulang sekolah.
Saran Kokoro untuk membalas tweet Yume membuahkan hasil lebih cepat daripada yang kuduga. Terima kasih lagi, Nishina.
Berdasarkan apa yang dapat kupahami dari percakapan singkat kami, Yume adalah gadis yang sangat manis, dan yang paling penting, dia tampaknya tipeku, tapi prioritasku sekarang adalah untuk mengenalnya lebih baik dan jadi lebih dekat sebagai teman.
"Sungguh?!"
Kokoro tampak terkejut ketika aku memberi tahunya saat makan malam tentang balasan yang kuterima. Anehnya, bahkan.
"Itu hebat! Apakah aku ini benar-benar seorang penasihat yang luar biasa? Tapi... bagaimana kau bisa sampai membuat janji untuk bertemu? Apakah kalian berdua akan kencan di suatu tempat?” dia bertanya.
"Yah, dia men-tweet kalau dia akan pergi bekerja, jadi aku mencoba keberuntunganku dan mengomentarinya, dan kemudian dia mengatakan padaku untuk datang menemuinya di tempat kerja kapan-kapan."
“Kau percaya itu? Kedengarannya seperti obrolan pemasaran paling kotor yang pernah—”
"Hei! Dia benar-benar tidak mencari untung dari itu! Dia bahkan mengatakan kalau ingin mentraktirku! Dia hanya ingin berterima kasih padaku untuk yang waktu itu.”
"Kapan?"
“Ingat ketika aku pertama kali bertemu dengannya, aku pernah memberitahumu kalau aku membantunya menemukan barangnya yang hilang? Ternyata dia sangat berterima kasih padaku karena itu.”
“Hmm... Gadis imut yang begitu ingin menunjukkan betapa besar rasa terimakasihnya dia? Itu agak mencurigakan, menurutku. Agak seperti dia ingin merekrutmu ke dalam sakte aneh atau skema piramida atau semacamnya. Atau mungkin dia hanya ingin kau ketagihan dengan kafenya…”
[TL Note: Skema Piramida adalah suatu sistem pemasaran yang ilegal, dimana tiap anggota di lapisan terbawah diwajibkan untuk membayar sejumlah uang ke anggota lapisan di atasnya.]
“Kenapa kau begitu kasar?! Yume bukan—”
Yume bukan tipe orang yang melakukan sesuatu seperti itu—itu yang ingin kukatakan. Tapi setelah dipikir-pikir, Kokoro ada benarnya. Bagaimana jika dia benar? Aku belum begitu mengenal Yume ...
“Hati-hati, ya? Jika dia mengatakan sesuatu yang mencurigakan, lebih baik kau segera pergi.”
“Y-Ya. Kurasa begitu..."
Secara keseluruhan, terlepas dari betapa kasarnya kata-katanya, aku dapat mengerti kalau dia mengkhawatirkankku. Sedikit rasa terima kasih pada Kokoro dan sedikit kewaspadaan pada Yume muncul di kepalaku, tapi sebagian besar, kepalaku masih penuh dengan antisipasi.
Di luar dugaanku, Yume dan aku terus mengobrol di LINE dengan frekuensi tertentu setelah itu.
“Setelah kita mengobrol untuk pertama kalinya di sini, aku benar-benar tidak tahu harus menulis apa. Aku terus menulis dan menghapus, menulis dan menghapus, berulang-ulang tanpa mengirim apa pun. Aku sangat senang ketika kamu membalasku di Twitter! ”
Tunggu sebentar. Kenapa dia sudah sangat menyukaiku? Mungkin memang seperti yang Nishina katakan...
Terlepas dari kekhawatiranku, aku membalas pesannya.
“Aku juga tidak tahu bagaimana cara memulai percakapan, jadi aku sangat senang ketika kamu mengundangku untuk menemuimu!”
“Kulihat di Twitter kamu juga bermain IMS! Siapa gadis favoritmu?”
“Fumiko! Bagaimana denganmu, Yume? Aku bisa memanggilmu Yume, ‘kan?”
“Oh, kamu suka bermain Fumifumi! Aku suka bermain Yumama dan Arimu ~”
Kami mulai dengan berbicara tentang IMS, kemudian beralih ke topik tentang pekerjaan, sekolah, hobi otaku kami yang lain ... Sebelum aku menyadarinya, kami sudah bertukar selusin pesan sehari ini. Dia akhirnya mulai membicarakan beberapa pemikiran dan perasaannya yang lebih pribadi denganku. Aku senang dia mulai cukup percaya padaku untuk membicarakan itu.
“Sebenarnya, aku tidak terlalu suka sekolah. Apakah liburan musim panasnya tidak bisa datang lebih cepat...”
“Oh, ya, aku juga tidak suka sekolah! Tapi liburan musim panas akan datang sebentar lagi. Mari kita berdua bertahan sedikit lebih lama!”
“Senang berbicara dengan seseorang yang juga tidak suka sekolah. Aku sebenarnya tidak punya teman di sana…”
Kenapa gadis manis dan imut sepertinya tidak punya teman? Mungkin dia pemalu
“Aku juga, wkwkwk. Itu agak mengejutkan, karena kamu gadis yang baik. Tapi kupikir punya satu teman saja sudah cukup!”
Kuharap aku tidak melewati batas apa pun. Lagipula, sejauh ini kami baru bertemu sekali. Mungkin aku terlalu agresif. Syukurlah, responnya positif.
“Aku sangat senang kamu mengatakan itu ~ Kuharap kita satu sekolah ⭐⭐”
Bahkan mengingat kemungkinan dia mengatakan itu hanya untuk basa basi, mau tak mau aku merasa tersanjung. Karena dia begitu terbuka denganku, aku memutuskan untuk jujur juga.
“Satu sekolah denganmu? Itu akan sangat menyenangkan. Meskipun kita bersekolah di sekolah yang berbeda, kuharap kita tetap bisa berteman baik!”
Untuk standarku, itu adalah kalimat yang cukup berani.
"Ya! Kuharap juga begitu! Jadi... maaf aku menanyakan ini tiba-tiba, tapi apakah kamu punya pacar?"
Permisi?! Apakah pertanyaan ini berarti itu?! Atau ini hanya topik acak untuk membuat percakapan kami tetap berjalan?
"Kuharap! Aku tidak punya pacar. Bagaimana denganmu?"
“Senang mendengar itu ❤️ tentu saja aku juga tidak punya pacarl.”
Sebuah pesan berisi senang-mendengar-itu-emoji hati... Akan aneh jika aku tidak terlalu berharap setelah membaca itu, ‘kan?
Seiring berjalannya waktu, percakapan kami menjadi lebih dan lebih santai.
“Aku akan berangkat bekerja sekarang! ♪♪~”
"Oke! Selamat bersenang-senang!"
“Aku senang memikirkan hari ketika aku bisa bertemu denganmu lagi. Aku sangat menantikannya! ”
"Oh?! Aku juga menantikannya!"
Meskipun kami hanya bertemu secara langsung sekali, aku merasa kalau pesan kami telah membuat kami cukup dekat. Aku tidak pernah chattingan dengan seorang gadis tentang hal-hal pribadi seperti itu ... aku tidak pernah mengirim pesan pada siapa pun untuk membicarakan itu.
Aku bertanya-tanya apakah ini rasanya punya pacar. Jika begitu, rasanya cukup enak. Cukup bagus sampai membuatku takut. Tapi takut atau tidak, aku pastilah buta jika tidak dapat melihat kasih sayang yang dia berikan ke dalam pesannya.
Apakah dia sangat menyukaiku? Apakah dia hanya membutuhkan satu dorongan kecil terakhir untuk menjadi pacarku? Tapi sekali lagi, kenapa dia begitu? Kami baru bertemu sekali...
Aku ingat apa yang dikatakan Kokoro padaku.
“Itu agak mencurigakan, jika kau bertanya padaku. Agak seperti dia ingin merekrutmu ke dalam sakte aneh atau skema piramida atau semacamnya. ”
Sejak dia mengucapkannya, kata-kata itu menetap di sudut kecil kepalaku dan tidak pernah pergi.
Yume adalah gadis yang benar-benar manis. Aku tidak percaya dia akan melakukan hal seperti itu, dan aku tidak ingin meragukannya, tapi kau tidak akan pernah tahu itu dengan pasti. Aku memutuskan ketika aku menemui Yume di kafenya, aku sebaiknya berhati-hati dengan kegembiraanku.
Beberapa hari kemudian.
Akhirnya tiba saatnya bagiku untuk mengunjungi Yume. Aku memulai pagiki di depan cermin, berbekal wax dan pengering rambut, menata rambutku untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
“Selamat pagi…” Kokoro menguap saat melihatku yang sedang menata rambut. “Hm? Kau bangun lebih awal daripada biasanya. Kau mau pergi ke mana?"
"Pagi. Hari ini aku akan pergi menemui Yume... Gadis yang pernah kuceritakan padamu itu.”
"Oh begitu. Hati-hati, oke? Jika ada yang aneh, langsung pergi dari sana daripada kau terjerumus, ”dia memperingatkan dengan tatapan serius di matanya.
"Y-Ya ... aku akan hati-hati."
Apakah fakta kalau Yume begitu baik padaku membuat Kokoro mencurigainya sebesar ini? Apakah dia segitunya mengkhawatirkanku?
Terlepas aku berterima kasih kepada Kokoro karena mengkhawatirkanku, kekhawatirannya membuatku sedikit sedih. Terlepas dari semua peringatannya, aku masih cukup bersemangat. Mungkin, mungkin saja, akhirnya aku akan menemukan pacar otaku yang sempurna.
Kekhawatiran dan kegembiraan bertarung di dalam diriku saat aku terus bersiap-siap.
Setelah jam sekolah selesai, aku segera merapikan rambutku di toilet sekolah, lalu membuka aplikasi peta di ponselku untuk menemukan Maid-Tale Café. Kafe itu berlokasi di Akihabara, seperti Meow'd Maid, tapi tempat ini sedikit lebih jauh — sepuluh menit berjalan kaki dari stasiun.
Semakin dekat aku ke kafe, semakin gugup aku.
Mungkin Nishina benar dan itu semua adalah taktik pemasaran yang rumit. Aku bahkan tidak tahu apakah aku bisa melakukan percakapan yang baik setelah sekian lama, belum lagi ini pertama kalinya aku pergi ke maid café sendirian...
Aku akhirnya menemukan tanda nama kafe itu.
Ini dia... Yume ada di sini, 'kan? Bagaimana aku harus menyapanya?
Dengan kepalaku yang masih dipenuhi pertanyaan, aku membuka pintu dan berjalan masuk.
“Selamat datang di dunia do—!”
"Hah?!"
Aku tidak bisa mempercayai mataku. Aku sangat terkejut hingga suaraku menjadi gemetar dan bernada tinggi, sama dengan suara maid di depanku.
"M-Mashiro...?"
Di depanku, gadis yang membuatku galau begitu lama, menyapa pelanggan dengan mengenakan kostum seperti Little Red Riding Hood.
"I-Ichigaya?"
"Apa yang kamu lakukan di sini?!"
"S-Seharusnya aku yang menanyakan itu!" dia membalas, tampak sama bingungnya denganku. "A-Aku di sini hanya untuk membantu karena mereka kekurangan orang ..."
Aku belum pernah memikirkan itu, tapi karena Meow'd Maid dan Maid-Tale milik perusahaan yang sama, masuk akal jika mereka bisa tukar menukar maid mereka seperti ini saat dibutuhkan.
Tentu saja aku terkejut, tapi aku juga sedikit senang. Setelah akun Twitter-nya hilang, aku khawatir aku tidak akan pernah bertemu Mashiro lagi kecuali aku pergi ke Meow'd Maid sebagai pelanggan. Bertemu dengannya di sini adalah kebetulan yang beruntung.
Melihatnya setelah sekian lama, aku berpikir dia masih terlihat seperti malaikat seperti biasanya. Cosplay itu sangat cocok untuk gadis sepertinya, dengan kulitnya yang putih dan wajah yang seperti anak kecil.
“Y-Yah, bagaimanapun, aku akan mengantarmu ke tempat dudukmu,” katanya, masih terdengar sedikit terguncang. Dia membawaku ke sebuah meja dan mengarahkanku ke kursi kosong dengan gaya maid yang sempurna. "Kamu mau di sini?"
“Y-Ya …”
Aku duduk, dan Mashiro mulai berbicara...
“Kamu tahu, Ichigaya, a-aku—”
...hanya untuk diinterupsi oleh gadis lain yang memanggil namaku.
"Oh, Ichigaya!"
Itu Yume, yang baru saja muncul dari ruang belakang.
“Y-Yume!”
Dia datang jauh-jauh ke mejaku dan menyapaku dengan membungkuk dalam-dalam.
“Terima kasih sudah datang jauh-jauh ke sini!” katanya, tampak gugup tapi senang melihatku.
"Tidak masalah sama sekali!" Jawabku, masih kaget gadis imut seperti itu bisa gugup, bersemangat, atau kombinasi dari itu karena aku. Kostumnya terlihat seperti berasal dari Alice's Adventures in Wonderland, dan dia sama imutnya seperti boneka seperti yang kuingat.
"Aku sangat senang! Aku benar-benar tidak sabar untuk bertemu denganmu lagi setelah sekian lama," katanya, matanya basah karena emosinya meluap. Dia jelas tidak terlihat atau terdengar seperti seseorang yang mencoba menjebakku dalam skema piramida.
“Yu—” aku akan bicara, tapi tiba-tiba teringat kalau Mashiro juga ada di sini.
Snap! Dia melihat betapa akrabnya aku dan Yume! Aku senang melihat Mashiro lagi, tapi apakah itu harus sekarang?!
Bukannya aku selingkuh dengan siapa pun, dan tidak mungkin salah kalau salah satu dari kedua gadis ini menyukaiku, tapi bertemu dengan kedua gadis yang suka padaku bersamaan sangat tidak terduga. Aku perlahan berbalik untuk melihat Mashiro.
“Kamu dan Yume-chan... saling kenal?” dia bertanya dengan ekspresi bingung, suaranya mengecil menjadi bisikan.
“Y-Yah, kami...”
“Hm? Ya, kami saling kenal,” jawab Yume. “Kami bertemu di sebuah acara yang diadakan oleh kepala perusahaan, dan kemudian aku memintanya untuk datang berkunjung ke sini.”
"Acara apa? Oh, yang dengan pegawai dari semua kafe, ya... Aku tidak pergi ke sana. Dan kalian berdua bertemu di sana, ya...?”
Sedikit demi sedikit, aku bisa melihat cahaya menghilang dari mata Mashiro.
“Tapi, Mashiro, ka—” Aku mencoba menjelaskannya, tapi dia dengan cepat memotongku.
"Sepertinya aku mengganggu kalian," katanya dengan senyum dingin. Senyuman itu membuatku takut.
"Jadi kalian berdua juga saling kenal?" Yume bertanya, dengan cemas menatapku. "Apakah kalian berdua... maksudku, bagaimana kalian bisa saling kenal?"
Apakah ini hanya aku atau apakah senyum Yume saat ini juga memiliki... getaran yang menakutkan? Aku harus menjelaskan banyak hal padanya juga!
"Kami, um, rekan kerja ketika aku bekerja di Meow'd Maid," jawabku, tiba-tiba sadar betapa menjijikkannya aku karena berpikir kalau aku harus mencoba menenangkan kedua gadis ini. Aku tahu aku tidak lagi memiliki peluang untuk kembali seperti dulu dengan Mashiro. Pacaran dengan Yume, di sisi lain, masih mungkin. Keduanya bertemu denganku bersamaan adalah yang terburuk.
"Oh benarkah? Jadi kamu hanya mantan rekan kerjanya?"
“Aku, eh, kami—”
"Tepat. Hanya mantan rekan kerja, ” jawab Mashiro sebelum aku bisa bicara. Dia masih memasang senyum yang—juga menakutkan—di wajahnya.
“Ohhh, itu sangat melegakan! Aku sedikit takut untuk sesaat. Aku hampir mengira Ichigaya berteman dengan gadis lain meskipun kami sering chattingan setiap hari…” jawab Yume, meraih lenganku dengan kedua tangannya.
Aku bingung.
“O-Oh, kalian chattingan setiap hari?” Komentar Mashiro, senyumnya semakin menyeramkan. “Di mana kamu mendapatkan waktu untuk itu, Ichigaya, mengingat semua hari yang kamu habiskan men-DM-ku belakang ini?!”
Apa-apaan ini?!
“D... M? Kalian DM-an?”
“Y-Ya, begitulah, tapi itu jauh sebelum kamu dan aku bertemu!”
"Ya, ya, ya," Mashiro memanggilku. “Sepertinya tergetmu sekarang adalah Yume-chan. Walaupun kamu pernah mengajakku berkencan.”
"Ap—"
"Berkencan...? Kamu mengajak Mashiro-chan berkencan…?”
“Oh, maaf, aku salah bicara. Maksudku sering mengajak berkencan. Dua kali. Bagaimana denganmu, Yume-chan? Apa dia sudah pernah mengajakmu berkencan?” Mashiro bertanya mengejek pada teman sesama maidnya.
Kenapa kau melakukan ini?! Kau tidak membalas DM-ku karena kau tidak peduli lagi denganku, ‘kan! Kenapa kau tiba-tiba terdengar cemburu?!
"Tidak pernah," jawab Yume. “T-Tapi itu semua terjadi sebelum kami mulai chattingan, ‘kan? Jadi sekarang kamu tidak peduli dengan Mashiro-chan lagi, 'kan. Begitu 'kan, Ichigaya?”
Yume menatapku, menusukku dengan matanya yang tanpa emosi saat dia menunggu jawaban.
"Aku, yah... um, er, uh..."
Aku sangat, sangat bingung sekarang, pikirku saat merasakan keringat dingin menetes di dahiku. Apa alasan Mashiro? Seperti yang kutahu, dia dulu sedikit suka padaku, tapi kemudian dia berhenti suka padaku. Tapi sekarang dia terdengar seperti dia masih menyukaiku. Dan Yume sama membingungkannya! Kami baru bertemu sekali dan dia bertingkah cemburu! Apakah aku akan melihat dua gadis saling memperebutkanku? Itu luar biasa, tapi juga mengerikan.
"Apakah ... tidak begitu?" Yume mendesakku untuk menjawab. Melihatnya seperti itu, hampir menangis, aku jadi semakin kesulitan menjawab.
"Aku akan kembali bekerja!" Mashiro berkata begitu, senyum dinginnya masih terpajang saat dia berbalik dan pergi.
“T-Tunggu, Mashiro!” Aku memanggilnya, dan kakinya berhenti. "Kenapa... kamu tidak membalas DM-ku?"
Aku tahu betapa bodohnya menanyakan itu. Saat ini aku tidak berpikir untuk mendapatkan gadis ini atau itu. Aku hanya berpikir, jika aku punya kesempatan, aku harus menanyakan itu.
Masih menghadap membelakangi kami, Mashiro tetap diam selama beberapa saat sebelum menggumamkan sesuatu.
“...aku ingin memba, tapi...ketika aku mencoba...akun itu...erhapus.”
"Hah?" Aku tidak bisa memahami bahkan setengah dari apa yang dia katakan.
“Berbahagialah, Yume-chan, Ichigaya,” dia kemudian berkata begitu, berputar untuk menunjukkan senyum mengerikan itu untuk terakhir kalinya sebelum menuju ke meja lain.
Apa yang dia katakan?
“Ichigaya...”
Aku kembali menatap Yume. Wajahnya adalah hal paling menakutkan yang pernah kulihat. Itu benar-benar tanpa ekspresi, matanya berkaca-kaca.
"Apakah kamu... suka pada Mashiro-chan?"
"Apa?"
"Apa yang kamu pikirkan tentangku? Bagimu aku ini apa?" dia bertanya.
Matanya masih tampak mati, dan aku benar-benar takut. Aku tidak tahu apa yang merasukinya. Adapun pertanyaannya, sejujurnya aku tidak mengerti. Aku tidak yakin aku apakah aku suka pada Mashiro, tapi aku juga tidak bisa mengatakan kalau aku tidak menyukainya sama sekali, dan aku tidak ingin berbohong tentang itu.
Apa yang harus kukatakan padanya?
"Sebelumnya kupikir pertemuan ini adalah kencan, tapi tampaknya hanya aku yang berpikir begitu," katanya.
"Hah?!"
Wajahnya akhirnya mulai menunjukkan emosi, tapi sayangnya emosi itu benar-benar tampak sedih. Dia tampak seperti dia bisa mulai menangis kapan saja.
"Pertemuan ini kencan"? Dia sangat menyukaiku? Padahal kami baru bertemu sekali?
“Kamu sangat baik padaku ketika kita pertama kali bertemu, dan kamu mengirimiku pesan dan membalasku meskipun tidak ada yang mau berbicara denganku. Dan kata-katamu sangat baik, dan aku sangat bahagia, dan... dan aku sangat menantikan hari ini..." dia terus berbicara, menatap lurus ke arahku, hampir menangis.
"A-Apa...?"
Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. Aku bahkan ragu Yume benar-benar menyukaiku dan mengira dia hanya mencoba memikatku untuk bergabung dengan sekte aneh atau semacamnya, tapi semua itu tidak benar.
“M-Mengobrol denganmu juga sangat menyenangkan untukku. Aku sangat menantikan hari ini, sumpah!”
“Tolong pergi. Melihatmu membuatku terluka…” katanya, dengan nada yang tidak menyisakan ruang untuk sanggahan. Kemudian, dia berbalik.
“Y-Yume... Oke. Aku minta maaf.."
Aku bersiap dan meninggalkan kafe, masih bingung. Mashiro memperhatikanku dari jauh.
Begitu banyak hal terjadi dalam waktu yang sangat singkat hingga aku hampir tidak bisa memproses semuanya.
Bagaimana semuanya bisa jadi begini? Ini salahku, aku yakin, tapi aku bahkan tidak pernah menjadi pacar siapa pun...
Yang kutahu adalah, dalam satu gerakan, aku telah membuang kesempatanku untuk dekat dengan Mashiro maupun Yume.
Aku masih tercengang ketika aku sampai di rumah. Kokoro tidak ada di sana. Jika dia, aku bisa menceritakan padanya tentang apa yang telah terjadi. Meskipun aku tidak tahu apa yang akan dia katakan, aku tahu kalau mendengarnya akan membuatku merasa lebih baik.
Aku pergi ke kamarku untuk berbaring.
Apa kesalahan yang telah aku perbuat? Apakah aku pantas mendapatkan ini, atau ini hanya karena waktu yang buruk? Apakah ada cara untuk memperbaiki hubunganku dengan mereka berdua?
Aku merasa kalau situasiku dengan Yume tidak dapat diperbaiki. Kupikir dia gadis yang baik dan manis, tapi melihatnya bereaksi berlebihan seperti itu... Aku senang dia menyukaiku, tentu saja, tapi aku juga takut. Aku tidak pernah begitu ketakutan pada ekspresi seorang gadis sebelumnya.
Adapun Mashiro, bahkan jika aku ingin menjelaskan situasinya padanya, aku tidak punya cara untuk menghubunginya. Sejak awal kenapa dia melakukan itu? Untuk seseorang yang seharusnya tidak lagi menyukaiku, dia terdengar agak... cemburu. Mungkin dia masih menyukaiku. Hanya sedikit. Tapi sekali lagi, kenapa dia tidak membalas DM-ku? Aku bahkan tidak bisa mendengar jawabannya...
Tiba-tiba sebuah notifikasi di ponselku membuyarkan lamunanku. Itu adalah pesan LINE, jadi aku segera memeriksanya.
"Hah?!"
Itu adalah pesan dari Yume. Aku secara mental mempersiapkan diri untuk pukulan dari pesan itu dan mulai membaca:
"Aku minta maaf. Seharusnya aku tidak mengusirmu dari kafe setelah kamu datang jauh-jauh ke sana untuk menemuiku. Aku hanya terkejut saat tahu kalau kamu berteman dengan gadis lain, reaksiku terlalu berlebihan. Aku benar-benar minta maaf. Itu sangat mengejutkanku karena aku sangat menantikan untuk bertemu denganmu. Tolong biarkan aku menebusnya. Juga, dan aku tahu aku tidak dalam posisi untuk mengatakan sesuatu seperti ini, tapi jika kamu tidak pacaran dengan Mashiro-chan, kuharap kita bisa menjaga hubungan kita tetap seperti sebelumnya... Tapi tentu saja hanya jika kamu mau.”
Dari semua hal yang mengejutkanku belakang ini, pesan inilah yang paling mengejutkanku.
Ada... Ada apa dengan kepala gadis ini?
Saat di kafe, Yume terlihat sangat marah padaku hingga dia tidak ingin melihat wajahku lagi. Bagaimana dia bisa berubah pikiran begitu drastis dalam waktu yang begitu singkat?
Ponselku berdering lagi.
“Juga, jika kamu dan Mashiro-chan tidak pacaran dan jika kamu tidak menyukainya, aku ingin memintamu untuk benar-benar berhenti bicara dengannya.”
Hah?
Aku semakin bingung dari waktu ke waktu. Aku tidak mengerti Yume. Antara ledakannya di kafe dan pesan-pesannya sekarang, aku hanya bisa menyimpulkan kalau dia itu tidak normal. Meskipun pesannya baik dan meminta maaf, bagaimana jika kami benar-benar bertemu lagi dia marah padaku lagi?
Meskipun aku tahu kemungkinan itu ada, mau tak mau aku merasa senang karena dia sangat menyukaiku setelah beberapa kali bertemu denganku. Memiliki seorang gadis manis yang begitu dekat denganku tidak dapat disangkal rasanya menyenangkan, dan kecemburuan hanyalah cara lain untuk membuktikan kalau seseorang menyukaimu. Benar, 'kan?
Aku ingin membalas Yume, tapi aku tidak tahu harus menulis apa. Jika aku menerima permintaan maafnya dan setuju untuk tidak pernah bicara dengan Mashiro lagi, aku memiliki kesempatan bagus untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik. Tapi... apakah itu yang benar-benar kuinginkan? Apakah aku siap menyerah pada Mashiro?
Kecemburuan Mashiro di kafe tadi pasti berarti dia masih menyukaiku, terlepas dari apa yang kupikirkan. Mungkin, jika aku bisa menghubunginya dan bicara dengannya, aku bisa menyelesaikan masalah dengannya. Masalahnya, tentu saja, aku tidak bisa menghubunginya.
Aku tidak ingin Yume salah paham sementara aku masih belum mengambil keputusan. Jelas dari kata-katanya kalau dia serius denganku, dan aku tidak ingin berkomitmen kecuali aku juga serius dengannya. Lagi pula, meskipun dia tidak benar-benar menyatakan cintanya padaku, apa yang dia katakan tidak salah lagi pasti itu.
Saat aku masih berbaring di tempat tidur, memikirkan apakah akan membalas pesan-pesan itu, dan bagaimana aku akan membalasnya, aku mendengar Kokoro pulang melewati pintu depan. Aku bergegas menemuinya di ruang tamu, ingin mendapatkan saran darinya.
"Hai, aku kembali."
"Hai..."
"Apakah ada sesuatu?" dia bertanya, mungkin dia sadar ada yang tidak beres denganku.
“Yah, aku pergi ke kafe tempat Yume bekerja hari ini...”
“Oh, benar, kau bilang kau akan melakukan itu. Bagaimana hasilnya?”
Aku duduk dengan berat di sofa dan menceritakan kejadian di kafe tadi. Kokoro menatapku kaget, seolah dia hampir tidak percaya dengan apa yang kukatakan padanya.
“Woah…”
“Itu adalah waktu terburuk yang pernah ada! Aku benar-benar sial. ”
"Tidak mungkin! Ada banyak gadis yang menyukaimu!”
"Hah?"
“Jika aku harus jujur padamu, gadis itu—Yume, ‘kan? Kupikir dia merencanakan sesuatu yang mencurigakan, tapi ternyata dia mengajakmu kencan!”
"A-Apakah dia begitu?!"
Apakah gadis-gadis itu... benar-benar tertarik padaku? Aku bahkan tidak tahu. Aku tidak pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya, dan aku berasumsi kalau aku tidak akan pernah mengalaminya.
“Aku hanya tidak begitu mengerti kenapa ada orang yang begitu menyukaimu walau baru bertemu denganmu sekali…” katanya. Dia tampak benar-benar bingung, dan seandainya aku tidak merasakan hal yang sama, aku mungkin akan sangat tersinggung.
"Jadi apa yang akan kau lakukan? Jika kau mau, kau mungkin bisa mulai pacaran dengan Yume dengan mudah.”
“Hmm… sejujurnya, aku masih sedikit takut. Dia imut, dan aku tidak bisa menyembunyikan betapa bahagianya aku saat tahu kalau dia sangat menyukaiku.”
“Dan bagaimana dengan Gojo?”
“Menilai dari tindakannya hari ini, sepertinya aku masih punya kesempatan dengannya. Jika mungkin, aku tidak ingin membuang kesempatan itu ... "
"Seberapa ragu-ragunya sih kau ini?!" seru Kokoro, tapi aku tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. "Bukankah itu berarti kau tidak memiliki perasaan untuk kedua gadis itu?"
“Aku punya perasaan untuk Mashiro sebelum semuanya hancur, tapi sekarang aku tidak begitu yakin. Aku menyukainya dalam beberapa hal. Hal yang sama berlaku untuk Yume, tapi—”
"Aku tidak percaya kau begitu beruntung setelah waktu yang begitu singkat ..." katanya, menghela nafas keras.
"Hah? Tapi aku bahkan tidak tahu apakah salah satu dari mereka menyukaiku atau tidak!”
“Ugh. Bagaimanapun, jika kau tidak akan pacaran dengan gadis itu, jangan beri dia harapan palsu. Karena kau masih tidak tahu apa perasaanmu, tidak bisakah kau berteman saja dengan Yume? Jadi kau bisa benar-benar memikirkan gadis mana yang kau suka dan ingin kau pacari.”
“Y-Ya …”
Nasihat Kokoro tepat sasaran, seperti biasanya. Aku memutuskan untuk menerima semua yang dia katakan untuk saat ini.
Selanjutnya, aku kembali berbaring di tempat tidurku, aku memutuskan satu hal: aku tidak bisa menggantung Yume seperti ini tanpa membalasnya.
“Aku senang mendengar itu. Kupikir kamu sudah tidak ingin bertemu denganku lagi, jadi aku senang kamu menghubungiku lagi. Karena kita baru tahu sedikit tentang satu sama lain, Kupikir mungkin lebih baik untuk menjaga hubungan kita seperti sebelumnya, sebagai teman.”
Aku sedikit khawatir menyarankan kami untuk melanjutkan hubungan kami sebagai teman ketika dia bahkan tidak menembakku akan terdengar terlalu kegeeran, tapi kupikir aku harus membuat semuanya jelas. Dengan begitu, seperti yang Kokoro katakan padaku, Yume tidak akan berharap untuk sesuatu yang sia-sia.
Pesanku ditandai telah dibaca segera setelah aku mengirimnya, dan balasan Yume segera datang setelah itu. Kecuali saat dia di sekolah atau di tempat kerja, dia selalu membalas dengan cepat.
"Itu bagus. Kapan kita bisa bertemu lagi? Semoga lain kali hanya kita berdua...?”
"Hanya kita berdua"? Maksudnya mungkin "tanpa Mashiro"...
Ada sesuatu yang meresahkan tentang nada pesannya, dan aku tidak dapat bisa segera mengusulkan waktu dan tanggal lain untuk bertemu dengannya. Sebaliknya, akhirnya aku menghindari topik itu.
"Ketika aku luang, aku akan memberitahumu!"
Sekali lagi, tanggapannya langsung datang.
"Oke. Aku akan menunggu."
Biasanya, kami akan terus chattingan, mengobrol tentang apa saja sepanjang hari, tapi aku khawatir melakukannya sekarang akan membuatnya salah paham. Mengindahkan saran Kokoro, aku memutuskan kalau percakapan kami di LINE akan berakhir dengan itu untuk hari itu, atau kami akan terus mengobrol sampai tiba waktunya untuk tidur. Namun, akhirnya, aku ingin melakukan percakapan dengan Yume secara langsung, karena pertemuan pertama kami sangat singkat dan yang kedua ... seperti itu.
Adapun Mashiro, satu-satunya pilihanku adalah memeriksa shiftnya di kafe dan menemuinya di sana, tapi setelah melihat bagaimana reaksinya hari ini, aku ragu dia akan mau bicara denganku.
Acara cosplaynya tinggal beberapa hari lagi, dan mencari calon pacar lain telah tenggelam ke bagian terbawah daftar prioritasku. Setelah semua persiapanku, kupikir aku masih harus melakukan yang terbaik.
Translator: Janaka
MC 🤬
ReplyDelete