Bab 35
Ketika Arisa dan Kazuya menghubungi Naoki Amagi, dia dengan mudah setuju untuk membiarkan Arisa menginap, berkata, “Aku bisa mempercayai Takasegawa-san dengan putriku.”.
Kemudian, dengan Sayori menemaninya, mereka pergi ke toko serba ada terdekat untuk membeli kebutuhan Arisa seperti pakaian dalam.
Karena mereka sudah makan malam di festival, mereka memutuskan untuk mandi.
Dan ……
“Ini kimonoku.…… Bagaimana menurut mu? Arisa-chan. Apa ukurannya pas untukmu? ”
"Iya. Ini pas. ”
Arisa menjawab.
Yang dikenakan Arisa adalah kimono yang digunakan Sayori sebagai baju tidurnya.
Itu bukan jenis kimono indah yang akan kau kenakan ke festival atau di hari yang cerah, tapi kimono berwarna biru polos tanpa pola.
Mungkin karena dia baru saja selesai mandi, rambut kuning muda Arisa tampak basah.
Kulitnya sedikit lembab dan kemerahan, dia memiliki warna kulit yang bagus.
Mungkin karena itulah penampilannya sedikit …… atau cukup berkilau.
Selain itu, Arisa menjawab, “Rasanya cukup pas.” …… Sepertinya ukurannya sedikit kekecilan.
Ukuran dada khususnya, tidak pas.
Itu terlihat sedikit sesak, dan jika dia membungkuk, belahan dadanya akan terlihat.
Namun, Arisa sepertinya tidak terlalu peduli dengan itu.
Sebaliknya, dia tampaknya menerimanya sebagai "begitulah adanya," mungkin karena dia tidak memiliki banyak pengalaman memakai kimono sejak awal.
“Yah, Yuzuru. Giliranmu pergi dan mandi berikutnya. Sementara itu, kami akan mendengarkan apa pendapat Arisa-chan tentang Yuzuru. ”
"Iya, iya. …… Arisa, jangan mengatakan hal yang terlalu aneh, oke?
"Aku akan melindungi kehormatan Yuzuru-san dengan baik."
Cara dia mengatakannya, seolah-olah dia memberi tahu Sayori dan yang lainnya bahwa ada sesuatu yang tidak menyenangkan telah terjadi.
Namun, sejauh yang bisa diingat Yuzuru, tidak ada yang dia tidak ingin keluarganya ketahui.
Yuzuru memutuskan untuk mandi dengan cepat.
Ketika dia keluar dari kamar mandi dan kembali ke ruang tamu, dia menemukan Arisa dan keluarga Takasegawa sedang bersenang-senang.
Rupanya, mereka sedang membicarakan masa lalu Yuzuru, sembari memakan oleh-oleh yang dibawakan Arisa ditemani dengan teh.
“Oh, Nii-san. Kami baru saja membicarakanmu. ”
"Aku bisa melihat itu. Apa yang kalian bicarakan?"
Yuzuru duduk di bantal di sebelah Arisa dan meraih manisan di tengah mangkuk.
Dia melepas bungkusnya dan membawa ke mulutnya.
Sepertinya ini jenis manisan barat yang bisa dimakan dalam keadaan dingin.
Yuzuru mengemukakan pendapatnya tentang Ayah angkat Arisa, berpikir bahwa seleranya tidak begitu buruk.
Tentu saja, dia berbicara tentang kemampuannya, bukan kepribadiannya.
“Yuzuru sejak dulu selalu tidak membereskan barang-barangnya dengan benar. Saat dia mengeluarkan mainan, dia akan meninggalkannya di semua tempat. Saat dia selesai memainkan game, dia akan meninggalkannya begitu saja. ”
"Butuh banyak upaya untuk mengajarinya membereskan barang-barang setelah dia bermain dengan itu. Aku akan memberinya pujian yang berlebihan karena mengembalikan satu mainan ke dalam kotak. "
"" Benar ~! "" Kazuya dan Ayumi berkata dengan gembira.
Karena Yuzuru setidaknya bisa membereskan barang-barangnya sendiri, mereka mungkin membicarakan dia ketika mereka masih sangat muda, seperti di taman kanak-kanak atau baru saja memasuki sekolah dasar.
“Itulah yang dilakukan semua anak kecil, kurasa. …… Apakah ada yang menarik sana? ”
Yuzuru bertanya sambil menyesap teh barley-nya.
Kemudian Kazuya dan Sayori saling memandang dan tersenyum bahagia.
“Kau telah belajar membereskan mainanmu, tapi kau tidak pernah membersihkan kamarmu, kan?”
“Dia bahkan tidak mengizinkanku membersihkan kamarnya, dengan mengatakan, 'Apa yang aku lakukan di kamarku adalah urusanku!'. “
"…… Lalu?"
Entah bagaimana, dia merasa bisa membaca arah pembicaraannya.
Sampai beberapa waktu yang lalu, Yuzuru adalah tipe orang yang tidak meluangkan waktu untuk membersihkan ruangan pribadinya sendiri.
Tapi sekarang dia berbeda.
Setelah bertemu dengan Arisa, ia mulai membersihkan kamarnya.
“Aku bertanya-tanya bagaimana kamu 'didisiplinkan' oleh Arisa-san, sesuatu seperti itu.”
“Meskipun aku menyuruhnya untuk melakukannya, dia tetap tidak melakukannya. Tapi setelah pacarnya memberitahunya, dia mulai melakukannya. Kau membuat ibu cemburu. ”
“Apa Arisa-san memberitahumu, kamu melakukan pekerjaan yang hebat dalam bersih-bersih dan kau menjadi 'anak baik' atau semacamnya, Nii-san ?.”
Kazuya, Sayuri dan Ayumi mengolok-olok Yuzuru.
Seperti yang diharapkan, Yuzuru merasa malu dan sedikit kesal ketika dia diberitahu sebanyak ini.
Dan saat dia melihat ke arah Arisa, yang menceritakan kisah itu kepada mereka, …… dia mengangkat bahu meminta maaf.
"Maafkan aku. Maksudku, aku tidak bermaksud menyinggungmu.….. Aku pikir aku menjelaskan bahwa Yuzuru-san sekarang sangat hebat hingga dia membersihkan kamarnya. ”
“…… Yah, itu bukan salahmu. Orang-orang inilah yang harus disalahkan. "
Yuzuru menghibur Arisa dan kemudian …… menatap ringan pada orang tua dan adiknya.
Namun, memang benar dia belum membersihkan kamarnya, dan dia tidak bisa berdebat dengan orang tuanya tentang hal itu.
Setelah itu……
"Hei, Ayumi, bahkan kau tidak bisa membersihkan kamarmu dengan benar, itu berantakan bukan?"
“Nii, Nii-san! Kau mengintip ke kamarku tanpa izin!"
“Tidak, aku hanya menebak. Tapi dari reaksimu, kupikir aku menebak dengan benar. "
Ekspresi Ayumi berubah.
Dia menggelengkan kepalanya dari sisi ke sisi dengan panik.
“Tidak, itu tidak benar. Itu tidak berantakan! ”
“Lalu …… Mengapa kau tidak membiarkan Arisa dan Ibu memeriksanya? Sesama perempuan harusnya tidak masalah untuk masuk. "
"Tidak, tidak! Itu adalah pelanggaran privasi! ”
Ketika Yuzuru dan Ayumi melakukan percakapan seperti itu, ……
Arisa terkikik dan tertawa senang.
“Aaah! Arisa-san, kamu jahat! Kamu menertawakanku! "
“Fufu, maaf. Aku hanya bahwa berpikir kalian benar-benar dekat. ”
Dia terlihat sangat senang, tapi ada sedikit kerinduan di ekspresinya.
Pada saat Arisa dan keluarga Takasegawa menyudahi waktu bersama mereka, jam telah menunjukkan pukul dua belas.
Yuzuru membawa Arisa ke kamar tamu dan mengeluarkan kasur dari lemari.
"Maafkan aku. kamu harus mengaturnya untukku. ”
“Jangan khawatir tentang itu. Bagaimanapun juga, kamu adalah tamu kami. "
Setelah dia selesai menata futon, Yuzuru bertanya pada Arisa,
“Kau tahu di mana letak kamar mandi, kan?”
"Ya itu tidak masalah."
“Jika haus, kamu bisa membuka lemari es dan minum teh barley. …… Apa ada hal lain yang kamu khawatirkan? ”
Ketika Yuzuru menanyakan itu, sedikit keraguan muncul di wajah Arisa.
Kemudian dia menatap langit-langit dan lampu dengan cemas.
“Nah, apakah ada …… lampu oranye di sini?”
“Lampu oranye? ….. Apa itu lampu malam? Cahaya diantara cerah dan gelap? "
“Ya, yang seperti itu.”
Arisa mengangguk.
Kemudian dia menceritakannya pada Yuzuru, terlihat sangat cemas dan malu.
“Aku …… benci gelap. Maksudku, aku tidak bisa tidur kecuali ada lampu malam. …… A-Apa kalian memiliki itu?”
“Jangan khawatir tentang itu. Ya, ada satu, dan ini remotenya. "
Yuzuru memberinya remote untuk lampu dan juga AC.
Arisa mengarahkan remote ke lampu dan menekan tombol.
Lampunya agak redup…..
Tapi itu cukup terang sehingga dia bisa melihat sekelilingnya dengan cahaya oranye.
Lega, Arisa menghela nafas kecil.
“Baiklah, Arisa. Selamat malam, ……, dan jika kamu butuh sesuatu, datang saja ke kamarku. ”
"Ya aku mengerti. Selamat malam."
Yuzuru melambaikan tangannya ke Arisa dan menutup pintu geser.
>\\\<
ReplyDelete