Bab 3
Ketika hari Sabtu tiba, Kokoro dan aku membereskan semua barangnya yang tersebar di seluruh rumah dan memasukkannya ke dalam kamarnya. Kami menyembunyikan sepatunya dari depan pintu masuk dan menyembunyikan semua produk mandi untuk perempuan, penata rambut, dan kosmetik dari kamar mandi.
"Ini harusnya sudah cukup," kataku, ambruk ke sofa setelah aku puas dengan keadaan rumah sekarang. Aku hanya tinggal memastikan Elena tidak masuk ke kamar Kokoro, kami akan baik-baik saja.
"Apakah kau benar-benar berencana untuk membiarkan Minami berkunjung ke rumah yang terlihat seperti ini?" Kokoro bertanya, terkejut.
"Hah? Apakah aku melupakan beberapa barangmu di suatu tempat? ”
“Bukan begitu! Kau masih harus merapikan rumah! Dan membersihkan kamar mandi!”
“Itu tidak terlihat kotor bagiku …”
“Kau sadar kalau kau ini mengundang seorang gadis, ‘kan?! Apakah kau tidak ingin membuat kesan yang baik? Kau sebaiknya menganggap ini serius! ”
Aku belum pernah membiarkan seorang gadis masuk kerumahku sebelumnya—kecuali Kokoro, tentu saja. Jika dia tidak mengatakannya, aku akan berpikir usahaku ini sudah lebih dari cukup.
“Hmm, kurasa kau benar. Baiklah! Aku akan membuat tempat ini jadi lebih bersih!”
Dengan bantuan Kokoro, aku mulai membersihkan debu, menyedot debu, dan menyapu seluruh rumah.
"Sempurna!" Kataku bangga, melihat karya kami. Tempat itu tampak sangat bersih setelah sekian lama.
"Setidaknya ini cukup," katanya, masih belum sepenuhnya puas. “Ah, benar!”
Dia berlari keluar ruangan, kembali beberapa detik kemudian dengan botol semprot merah muda di tangannya.
“Ini adalah pengharum ruangan yang kugunakan di kamarku. Semprotkan di seluruh ruangan sebelum Minami tiba di sini besok, ” katanya, menyerahkan itu kepadaku.
“Oh, jadi kau menggunakan ini. Terima kasih,” kataku, akhirnya mengerti kenapa kamarnya berbau harum. Gadis-gadis memiliki teknologi yang sangat canggih, ya?
"Jika kau benar-benar akan mendapatkan pacar, kau setidaknya harus bisa mengurus ini sendiri," katanya. Seperti biasa, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara dengan cara yang merendahkan, tapi aku masih berterima kasih atas nasihatnya.
“N-Ngomong-ngomong, rumahnya sudah sempurna sekarang, kan?”
Dalam keadaannya saat ini, tempat tinggalku yang sederhana cocok untuk menyambut Elena dan pacar masa depanku yang masih berupa hipotesis.
"Yah... Apakah kau sudah menyiapkan camilan dan minuman?"
"Camilan...?" Jawabku, berlari ke lemari es untuk memeriksa isinya. Satu-satunya hal yang bisa kutawarkan kepada tamu adalah teh jelai dingin yang dibuat Kokoro, dan itu tinggal sedikit.
Camilan dan minuman... Aku tidak berpikir sejauh itu.
“Aku akan membuat teh lagi. Lalu aku harus membeli beberapa camilan…”
“Ya, kau harus melakukan itu! Kau bisa bertaruh dia akan membawa sesuatu untuk dimakan sebagai oleh-oleh besok! Apakah kau ingin terlihat seperti pria yang tidak pengertian yang bahkan tidak bisa menawarinya camilan sebagai balasannya?! ”
“T-Tidak, aku tidak...”
“Dan kau akan mengantarnya ke sini dari stasiun besok, ‘kan? Itu kesempatan yang sempurna! Tanyakan padanya apa yang dia suka saat kalian berjalan bersama dan beli itu sebelum pulang!”
“Sebenarnya, kami masih belum membicarakan apakah aku akan mengantarnya ke sini atau tidak…”
"Apa?! Jarak ke sini sepuluh menit dari stasiun! Kau harus melakukan itu! ”
"Kau benar ... aku akan mengirim pesan padanya."
Kokoro mendesah keras. "Jika kau berhasil mendapatkan pacar, sebaiknya kau lebih siap daripada ini, atau hubungan itu tidak akan bertahan lama."
“Ugh...”
Apa yang harus kulakukan?! Ini adalah pertama kalinya aku melakukan ini! Ai dan teman-teman laki-lakiku lainnya, tidak pernah menganggap ini sebagai acara besar! Hmm... mungkin orang tuaku juga begitu. Ketika orang tua temanku datang dengan mereka, aku akan menyiapkan minuman dan camilan untuk mereka... kupikir. Sebaiknya aku mencatat semua yang Nishina katakan, jadi aku siap ketika aku berhasil mendapatkan pacar...
Aku mengirim pesan ke Elena dan kami sepakat untuk bertemu di stasiun.
“Tentang besok,” kataku pada Kokoro, “maaf aku harus menanyakan ini, tapi kau bisa pergi ke luar rumah selama dia di sini, ‘kan?”
“Ya… Kurasa aku akan pergi ke kafe manga atau semacamnya. Ada banyak sekali manga yang ingin kubaca.”
"Terima kasih. Aku akan mengirimimu pesan saat dia sudah pergi, oke?”
"Oke."
Keesokan harinya.
“Ayo, Nishina, ini tinggal satu jam lagi! Jika kau tidak segera pergi, kau akan bertemu dengan Minami di luar rumah!”
“Sheesh, aku mengerti, aku mengerti,” kata Kokoro, cepat-cepat bersiap, lalu meninggalkan rumah.
Aku menyemprotkan pengharum yang dia berikan kepadaku ke seluruh ruangan, baunya segera jadi sangat enak hingga aku hampir tidak bisa mengenalinya.
Aku siap... pikirku dalam hati, tiba-tiba merasa gugup.
Aku melompat ke sepedaku dan sampai di stasiun tepat waktu.
“Ah, Minami!” Kataku ketika aku melihatnya berdiri di samping gerbang tiket. Dia mengenakan blus putih yang terbuka di bagian bahu — aku pernah dengar dari Kokoro itu disebut blus “bahu dingin” — dan rok selutut berwarna biru yang memamerkan kaki putihnya yang indah. Hari ini dia menata rambut emasnya yang halus menjadi kuncir kuda, memperlihatkan telinga mungilnya yang ditaburi dua anting kecil. Penampilannya dilengkapi dengan kalung tipis yang berkilauan di bawah sinar matahari. Dia benar-benar memahami keseimbangan antara "keimutan" dan "keseksian"—sedemikian rupa hingga aku benar-benar tidak bisa berkata-kata.
“Ichigaya! Maaf datang seperti ini” katanya, tampak sangat bersalah. "Aku sangat menghargai kamu mau datang jauh-jauh ke sini untuk menjemputku!"
“Oh, ini bukan apa-apa. Jangan khawatir tentang itu! Ayo! Kita hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit berjalan dari sini.”
Kami mulai berjalan, mengobrol sambil aku mendorong sepeda di trotoar.
Sepanjang jalan, aku bertanya kepada Elena jenis camilan apa yang dia suka dan membelinya di toserba saat kami lewat. Aku harus bersikeras, karena dia terus bilang padaku kalau aku tidak perlu melakukannya, tapi kami akhirnya meninggalkan toko dengan sekantong keripik dan sekotak cokelat.
Kami tiba di rumahku segera setelah itu, Elena tampaknya lebih gugup daripada aku.
"Kamu tinggal sendiri di rumah sebesar ini?"
“Dulu aku tinggal bersama keluargaku, tapi kemudian mereka pindah ke luar negeri karena pekerjaan ayahku, jadi sekarang aku tinggal sendiri.”
“B-Benarkah?!” dia bertanya, tiba-tiba jadi bersemangat.
“A-Ada apa...?"
"Ah maaf. Aku hanya bersemangat karena situasimu ini seperti 'cerita latar protagonis anime'.”
“Haha, aku mengerti. Yah... Kalau begitu, silakan masuk,” kataku, membuka kunci pintu dan mempersilakan Elena masuk. Saat dia melangkah masuk, kegugupanku meningkat tiga kali lipat.
Minami ada di rumahku! Dia di dalam! Benar-benar di dalam!
Aku secara naluriah melihat ke bawah. Sepatu Kokoro semuanya sudah disembunyikan dengan aman. Bahkan jika kami lupa sepasang, aku bisa dengan mudah membuat alasan kalau itu milik ibu atau adikku.
“Oh, benar, aku hampir lupa. aku membawakanmu ini..." kata Elena, menyerahkan tas belanjaan kertas yang dia bawa.
"Apa ini?" Aku bertanya.
“Ini hanya tanda kecil dari rasa terima kasihku,” jelasnya.
Aku membuka tas itu dan melihat sekotak kue.
“Ah, kamu tidak perlu repot-repot! Terima kasih! Hmm...?”
Saat aku melihat lebih seksama, aku melihat ada sesuatu yang lain di dalam tas itu: folder file dan gantungan kunci, keduanya dengan gambar Yumeno☆Saki di atasnya.
"Apakah ini barang kolaborasi dengan toserba?!"
"Ya, benar. Setelah panggilan telepon kita, aku sadar betapa tidak sopannya aku meminta sesuatu seperti itu... Aku tahu ini tidak cukup, tapi aku ingin berterima kasih karena telah begitu baik padaku.”
"Kamu terlalu baik! Itu bukan masalah besar, sungguh!"
Aku (atau lebih tepatnya, Kokoro) memang mengharapkan dia akan membawakan oleh-oleh kecil, tapi aku terkejut dia akan repot-repot membelikan sesuatu seperti ini untukku. Aku sangat senang aku berhenti untuk membeli camilan itu ... Jika sampai benar-benar tidak punya apa-apa untuk disajikan akan sangat buruk bagiku.
"Tunggu..." kataku, menggali lebih jauh ke dalam tas. “Ada lagi? Ini... Emily Saionji!”
Selain kue dan merchandise Yumeno☆Saki, Elena juga memberiku standee akrilik Emily Saionji.
[TL Note: Standee, semacam hiasan 2D tapi bisa berdiri sendiri.]
“Aku punya beberapa yang seperti itu di rumah. Kupikir mungkin kamu akan suka.”
“Oh, aku suka! Terima kasih banyak!"
“Aku juga ingin memberimu sesuatu sebagai ucapan terima kasih karena selalu mau mendengarkan ceritaku dan memberiku sarana…”
"Aku hampir tidak melakukan apa-apa!" Aku menjawab, benar-benar tidak percaya seorang gadis yang lebih muda dariku akan memberiku semua barang ini.
Ketika aku mengantarnya ke ruang tamu, tekanan dari tindakan sederhana seperti itu tiba-tiba menyadarkanku. Aku memperhatikan Elena, seorang gadis, di dalam ruang tamuku ... dan dia bukan sembarang gadis. Dia adalah VTuber favoritku.
Emily Saionji dan aku berduaan di rumahku!
"K-Kamu bisa duduk di sofa jika kamu mau," kataku, sangat tegang hingga suaraku pecah.
“Wah, rumahmu sangat rapi! Dan baunya sangat harum!” dia berkomentar, tampak terkejut.
Terima kasih telah menyelamatkanku, Nishina.
"Apakah aku ... alasannya?" Elena bertanya. "Apakah kamu membersihkan semuanya karena aku akan datang?"
Apakah dia mencoba mengatakan kalau rumahku terlalu rapi untuk orang sepertiku?!
"S-Sama sekali tidak!" kataku, menawarinya teh dari lemari es. Aku kemudian membuka keripik dan cokelat dan meletakkannya di piring di atas meja.
"Terima kasih! Karena kamu menyambutku dengan sangat sopan meskipun aku ke sini hanya untuk bermain game ... "
"Oh, ini hanya beberapa makanan ringan!"
Terima kasih lagi, Nishina.
"A-Maukah kamu menunjukkan padaku di mana aku bisa mencuci tangan?" Elena bertanya. Seperti yang diharapkan dari seorang gadis yang berperilaku sangat baik, dia ingin mencuci tangannya sebelum menyentuh makanan apa pun.
"Tentu!" Kataku, mengantarnya ke kamar mandi. Kami juga sudah membersihkan tempat ini, jadi aku merasa cukup aman mengantarnya ke sana, tapi secara naluriah aku melihat sekeliling untuk terakhir kalinya hanya untuk memastikan.
Saat itulah aku melihat itu. Sesuatu yang seharusnya tidak ada di sana.
Di dalam keranjang cucian ada satu pakaian: bra pastel merah muda.
Dari semua hal yang bisa kau lupakan, kenapa malah pakaian dalammu?!
Aku bergegas masuk dan menutup pintu di belakangku sebelum Elena bisa masuk.
"A-Apakah ada sesuatu?" dia berseru, bingung, dari sisi lain.
“M-Maaf! Tolong tunggu sebentar!” kataku, cepat-cepat mengambil bra itu. Karena yang bertanggung jawab mencuci pakaian adalah Kokoro, aku bahkan belum pernah melihat—apalagi menyentuh—pakaian dalamnya sebelumnya.
Masih hangat... Apa dia lupa membereskannya setelah selesai mandi?
Aku melihat sekeliling, tapi tidak ada tempat untuk menyembunyikannya. Aku tidak bisa membiarkan Elena menunggu lebih lama, jadi aku melakukan satu-satunya hal yang masuk akal untuk kulakukan saat ini: Aku menyelipkan bra ke bawah bajuku.
Jika dia tahu tentang ini, Nishina akan membunuhku, tapi ini salahnya karena meninggalkannya di sini!
“M-Maaf aku membuatmu menunggu!”
“Oh, eh, tidak sama sekali...”
“Itu agak, erm, di sini agak berantakan, kamu tahu? Tapi aku sudah merapikannya! Sudah tidak masalah sekarang!” Kataku sealami mungkin, menekan ujung bajuku ke tubuhku agar bra itu tidak jatuh.
"Aku menghargainya, tapi sebenarnya kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu," jawab Elena.
Aku menyelipkan bagian depan bajuku ke dalam celanaku. Ini mungkin terlihat konyol, tapi lebih baik daripada bra acak keluar dari bajuku. Aku harus menemukan cara untuk membuangnya ke kamarku.
Kampret kau, Nishina! Sebuah bra! Itu hal terakhir yang aku ingin Minami temukan di sini! Dia akan mengira aku punya pacar. Atau apakah dia? Mungkin dia hanya akan berpikir kalau aku suka memakai pakaian dalam perempuan... Tunggu, itu lebih buruk!
Setelah Elena mencuci tangannya, kami berdua kembali ke ruang tamu dan duduk bersebelahan di sofa. Aku membawa laptopku dan meletakkan kotak Yuri Kiss di atas meja terlebih dahulu. Berada begitu dekat dengan Elena, aku butuh semua konsentrasiku untuk menjaga tanganku agar tidak gemetar.
“Oh, ini dia! Ini Yuri Kiss!” katanya, matanya berbinar. Aku menyerahkan kotak itu padanya agar dia bisa melihatnya lebih dekat.
"Terima kasih banyak! Kupikir aku tidak akan pernah bisa memainkan ini. Aku sangat terharu!” Kegembiraannya terus meningkat, begitu banyak hingga dia hampir meledak dari tempat duduknya. Dia pasti lebih menyukai yuri daripada yang kukira.
“Haha, aku senang bisa membantu. Oke kalau begitu,” kataku sambil membuka CD drive... tapi sudah ada disk lain di dalamnya.
“Apa—?!” Aku berteriak, kaget, setelah melihat sekilas apa itu. Aku segera menutup drive lagi untuk menyembunyikan disk di dalamnya. Aku tidak boleh membiarkan Elena melihat itu. Itu adalah game yang Kokoro paksakan kepadaku untuk dimainkan agar aku bisa belajar lebih banyak tentang gadis otaku dan minat mereka. Jadi ya, itu adalah game BL, dengan adegan dewasa dan semacamnya.
Aku hanya mencobanya sekali, aku sangat tidak menyukainya sehingga aku melupakannya.
Bagaimana aku bisa lupa mengeluarkan disk ini?! D-Dia tidak melihatnya, ‘kan...? Aku bertanya-tanya.
Keherananku singkat. Aku sedikit sadar kalau aku hanya memperburuk keadaan ini.
Loading screen game itu muncul di depan kami. Lima pria tampan berdiri di samping satu sama lain di bawah logo judul game, berkedip dengan huruf-huruf yang elegan dan panas:
Me & My Lovely Ass♥ociates.
“Gahhhh!” teriakku sambil membanting laptop sampai tertutup.
Tentu saja driver akan memutarnya secara otomatis jika kau memasukkannya kembali ke laptop, pikirku dalam hati, diam. Aku berakhir. Berakhir. Hidupku sudah berakhir. Mungkin aku bisa menjelaskannya tadi, tapi sekarang sudah terlambat.
Aku perlahan berbalik untuk melihat Elena. Dia tampak sama sekali tidak terganggu.
"Ada apa?" dia bertanya kepadaku.
“K-Kamu melihatnya, ‘kan? Di layar..."
“Oh, game barusan? Tentu. Itu adalah game BL, ‘kan?”
Tidak! Dia melihatnya!
“Aku pernah mendengar kalau anak laki-laki yang suka BL disebut fudanshi,” katanya santai. “genre ini sangat populer akhir-akhir ini, ‘kan? Aku sangat kagum karena kamu menikmati semua jenis hobi otaku.”
Tidak salah lagi ada rasa hormat asli dalam nada suaranya.
Itu... Itu reaksi yang tidak kuduga. Jika dia tidak masalah dengan ini, dia baik, sangat baik, atau sangat pengertian tentang hobi orang. Atau mungkin dia hanya kurang akal sehat.
“Hahaha... A-Aku hanya meminjam ini dari seorang teman, kau tahu, karena penasaran! Sebenarnya aku bahkan tidak penasaran! Tidak sama sekali! Teman ini agak memaksaku untuk memainkannya! Aku sebenarnya tidak suka BL, k-kau tahu?”
"Oh begitu ya."
"Baiklah! Sekarang, sampai di mana kita...?”
Dia tidak jijik atau semacamnya, tapi aku tapi tidak ingin dia berpikir kalau aku ini seorang fudanshi...
Aku mengeluarkan game Kokoro dari laptopku dan menggantinya dengan Yuri Kiss. Alih-alih lima pria tampan di layar, sekarang ada enam gadis cantik.
“Awaaah!” Elena memekik antusias.
"Ini, silakan," kataku, menggeser laptop ke depannya.
"Terima kasih banyak! A-aku bisa bermain sendiri, jadi jangan pedulikan aku! Kamu dapat pergi dan melakukan apa yang kamu suka sementara itu! ”
“Hm? Tentu, tapi... Aku sudah lama tidak memainkannya, jadi kupikir aku akan ikut bermain. Jika itu tidak masalah untukmu, tentu saja.” kataku.
"Tentu!" katanya sambil dengan gembira mengklik tombol "New Game".
Elena sepertinya bukan tipe gadis yang akan mengintip komputer orang lain tanpa izin, tapi, untuk berjaga-jaga, aku membuat dua folder baru sebelum dia tiba: "Dokumen Pekerjaan" dan "Game." Semua file yang sebelumnya terlihat jelas di desktop sekarang berada di salah satu folder ini. Lebih khusus, "Dokumen Pekerjaan" berisi hal-hal 4no dan hal-hal mencurigakan lainnya, sementara "Game" berisi shortcut dan data dari semua game R18-ku.
Namun, terlepas dari tindakan pencegahanku, laptopku masih penuh dengan semua jenis file dan bookmark yang tidak ingin kuperlihatkan pada Elena. Aku terlalu takut untuk meninggalkannya sendirian saat dia menggunakannya, meskipun keberadaanku mungkin akan mengganggunya. Tapi aku harus ada di sana kalau-kalau terjadi sesuatu.
“Awww, intronya sangat manis! Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Kupikir aku harus pindah dulu agar aku bisa memainkan ini! Aku sangat, sangat berterima kasih, Ichigaya!”
“Jangan katakan itu...”
Sambil bermain, dia berkomentar tentang betapa imutnya gadis itu, betapa dia mencintai gadis itu, betapa dia ingin menikahi gadis itu, dan seterusnya.
Bagiku, meskipun aku jelas sudah pernah memainkannya dulu, aku cukup suka game ini untuk menikmati menonton seseorang memainkannya. Lebih dari itu, menyenangkan menonton Elena dan reaksinya terhadap segalanya dalam game itu.
Benar-benar fokus, Elena memainkan Yuri Kiss tanpa memperhatikan apa pun yang seharusnya tidak dia lakukan.
"Ah! Aku tidak sadar aku sudah bermain terlalu lama! Maaf!" Kata Elena setelah sekitar empat jam bermain.
"Tidak masalah. Tapi... bukankah tidak nyaman jika aku mengawasimu sepanjang waktu?”
"Tidak sama sekali! Aku senang bisa bertukar pendapat dengan sesama pecinta yuri!”
"Itu melegakan. Bagaimanapun, setiap rute dalam game ini membutuhkan waktu sekitar delapan jam untuk diselesaikan, jadi kamu masih jauh dari endingnya,” kataku, berpikir kalau dia mengunjungi rumah anak laki-laki—rumahku—sampai larut malam akan jadi masalah baginya.
"Aku mengerti..." katanya, tampak kecewa. Lagi pula, beberapa hal dalam hidup lebih menyedihkan daripada bermain VN, menyukainya, lalu harus berhenti tanpa bisa melihat ending ceritanya.
“Kalau mau, kamu boleh ke sini lagi,” saranku, sebelum langsung menyesalinya.
“B-boleh?!”
Kenapa aku mengatakan itu?! Kami entah bagaimana berhasil mengatasinya kali ini, tapi menyembunyikan Nishina lagi akan sangat sulit! Tapi bagaimana aku bisa membiarkannya pergi seperti ini? Dia terlihat sangat sedih!
"Terima kasih! Aku tidak bisa mengungkapkan betapa bahagianya aku dengan kata-kata! ” katanya, tersenyum dan menatapku dengan mata besar dan bersinar itu.
Menyembunyikan Nishina lagi kelihatannya tidak terlalu buruk. Itu pasti harga yang sebanding...
“T-Tidak, tidak masalah, sungguh…”
"Aku sudah berhutang banyak padamu karena mendengarkan masalah pekerjaanku dan kamu masih begitu baik padaku."
“Oh, itu tidak seperti aku melakukan sesuatu selain mendengarkan. Dan bagaimana pekerjaanmu?” Aku bertanya padanya, senang aliran percakapan memungkinkanku untuk membahas pekerjaannya sebagai Vtuber.
"Luar biasa! Segalanya berjalan sangat lancar sejak pertemuan terakhirku. ”
“Itu bagus! Oh, video kolaborasi terakhirmu dengan Bunny adalah video terlucu yang pernah ada! Yang horor!”
Bunny Bellhop adalah VTuber imut dengan telinga kelinci khas yang sering berkolaborasi dengan Emily Saionji. Mereka berdua telah menjadi teman baik, dan banyak penggemar mereka—termasuk aku—senang membayangkan tensi romantis tertentu di antara gadis-gadis itu.
Secara khusus, video terbaru mereka berisi Kelinci yang mudah ketakutan bermain game horor bersama Emily, menempel padanya untuk berlindung. Keimutan itu hampir membuatku terkena serangan jantung.
"Benarkah? Aku sangat senang saat membuat video itu, jadi aku senang kamu menyukainya! Aku juga berteman dengan Bunny di dunia nyata, dan kami sering bermain bersama baru-baru ini!”
"Apa?!" jawabku kaget. Sisi otakku yang menyukai yuri mulai kepanasan. Aku dengan skeptis berasumsi kalau persahabatan mereka tidak lebih dari akting yang mereka lakukan untuk menghibur, tapi sekarang aku tahu kalau itu lebih dari itu. “Para penggemar yang menjodohkan kalian berdua akan meleleh jika mereka tahu...”
“Apakah begitu? Baru-baru ini aku pergi ke rumahnya dan menginap di sana. Aku ingin tahu apakah aku harus menyebutkan itu di salah satu video kami... Apakah para penggemar akan menyukainya?”
“Kamu menginap di rumahnya?! Kamu benar-benar harus menyebutkan itu! Itu berita besar!” kataku, melepaskan otaku kotor di dalam diriku.
Elena, sedikit bingung, menatapku.
Oh tidak, aku yakin dia sangat jijik sekarang—
“Hehehe... Kamu tahu, aku selalu membayangkan fantasi yuri tentang gadis lain, tapi menjadi bagian dari fantasi itu juga menyenangkan. Aku akan meminta izin Bunny untuk membicarakannya di video kami berikutnya! ” katanya senang.
Fiuh... Dia menerimanya dengan baik...
"Oh, bukankah kalian mengumumkan kalau kalian akan hadir di acara live bersama?" Aku bertanya.
"Ah iya! Kami akan menyanyikan beberapa lagu bersama. Aku sangat menantikannya!”
Acara live VTuber adalah hal baru yang luar biasa: teknologi augmented reality digunakan untuk membuatnya terlihat seperti gadis-gadis virtual benar-benar bernyanyi dan menari di atas panggung. Aku hanya berharap aku bisa menonton salah satu acara live itu.
“Kedengarannya hebat. Aku tidak mampu membeli tiketnya, tapi aku akan menonton lewat streaming dan mendukungmu dari kolom komentar!
"T-Terima kasih!"
“Sekarang setelah kupikir-pikir, kamu juga pernah berkolaborasi dengan Sakurajosui Rinne beberapa kali... Apakah kamu berteman dengannya juga?” aku bertanya kepada Elena, tapi wajahnya berubah suram begitu dia mendengar nama Vtuber itu.
Apakah aku mengatakan sesuatu yang buruk? Apakah mereka benar-benar membenci satu sama lain atau apa?
“Hmm, kami belum terlalu mengenal satu sama lain, tapi... kurasa kamu belum mendengar berita tentang dia?”
"Berita apa?"
"Dia terlibat dalam sedikit skandal ..."
Aku tidak terlalu tahu tentang Rinne, karena aku hanya tahu tentang dia dari video Emily.
"Skandal macam apa?"
“Mereka menemukan identitas gadis yang mengisi suaranya. Dia tidak tergabung dalam perusahaan hiburan mana pun dan bekerja sebagai seiyuu untuk beberapa game dewasa dan suara skenario…”
“Suara skenario?”
“Kamu belum pernah mendengar tentang itu? Mereka merekam seiyuu yang memainkan berbagai skenario cabul. Ada juga yang tidak cabul, tapi…”
“Ohhh, itu maksudmu! Kupikir para penggemarnya pasti terkejut karena dia memiliki kepribadian yang imut dan polos.”
Rinne memiliki rambut hitam panjang dan pakaian yang, untuk seorang VTuber, menunjukkan sedikit kulit. Latar belakangnya adalah dia berasal dari keluarga kaya, dan dia selalu berperilaku dengan cara yang bermartabat dan halus. Dia adalah tipikal wanita muda yang berkecukupan.
Jika aku penggemarnya, aku juga akan terkejut saat tahu kalau dia mengisi suara sesuatu yang erotis... tapi ini sepertinya tidak layak untuk disebut skandal bagiku. Secara pribadi, jika ada, aku akan senang dengan hal itu.
Wanita muda yang elegan mengatakan hal-hal cabul? Aku akan segera tergila-gila padanya.
“Ada beberapa sampel suara dari karya khusus dewasanya di internet, dan orang-orang tahu kalau suaranya persis sama.”
“Sejujurnya, aku tidak melihat itu sebagai masalah.”
“Masalah sebenarnya adalah ketika ada orang yang menemukan akun Twitter pribadinya. Dia berbicara tentang kehidupan pribadinya di sana, dan para penggemar tidak senang dengan caranya bicara.”
"Kenapa tidak? Orang seperti apa dia di dunia nyata?”
“Anggap saja dia jauh dari karakter Rinne.”
Aku sangat penasaran hingga aku segera mengeluarkan ponselku untuk memeriksanya. Akun Twitter-nya telah di-private, tapi masih ada tangkapan layar dari tweet-nya yang beredar.
(Kenapa rekaman ini harus dijadwalkan sekarang ketika aku dalam periode paling menyakitkan dalam hidupku ughhhh...)
(Karena aku akan jadi terkenal, mungkin lebih baik aku memberi tahu mantanku untuk menghapus semua foto dan videoku yang dia ambil.)
(Aku tidak tahan dengan para pria horny yang menggangguku di pesta perjodohan. Aku berharap mereka semua dibakar di neraka!)
“Wh-Whoa …”
Ini agak terlalu berlebihan. Aku senang aku bukan penggemarnya. Terlalu berlebihan untuk membuat personalisasi virtualmu jadi wanita muda yang elegan dan polos.
Selain tweet mengerikan itu, ada juga tangkapan layar selfie yang diunggahnya. Rambutnya disemir pirang jelek, pakaiannya minim, dan dia perlu diet untuk membuang berat badannya beberapa kilogram. Seperti ceri di atas kue yang tidak enak ini, dia tampak seperti berusia setidaknya tiga puluh tahun.
Semakin aku melihatnya, semakin aku mengerti tentang apa skandal itu. Dia selalu mengeluh tentang pekerjaannya sebagai seiyuu dan VTuber, dan dia terus-menerus membalas tweet seiyuu pria yang berpenampilan menarik untuk meminta bertemu dengan mereka di dunia nyata.
“Karena semua itu terungkap,” Elena menjelaskan, “dia men-private akun pribadinya dan berhenti men-tweet dari akun VTubernya juga. Banyak orang mulai membencinya, termasuk beberapa penggemar lamanya. Mereka terus menuliskan komentar jahat padanya, seperti 'kau membunuh Sakurajosui'..."
"Dia tidak akan bisa kembali dengan mudah saat ini, ya?"
"Tidak mungkin sama sekali. Dia mungkin akan pensiun.”
Meski menyedihkan, dia ikut bertanggung jawab atas kejatuhannya sendiri. Setelah menjadi VTuber yang terkenal, dia seharusnya berhenti men-tweet hal-hal semacam itu dan menghapus apa yang pernah dia tulis. Dia seharusnya tahu ada kemungkinan dia bisa ketahuan...
Elena melihat ke lantai dengan ekspresi khawatir. Melihat seorang rekan melalui begitu banyak masalah pasti sulit baginya.
"Mungkin lain kali aku yang..." gumamnya.
"Maksudmu, seseorang mencari tahu siapa di balik Emily Saionji?"
“Ya… Perusahaan tempatku bekerja memiliki foto semua seiyuu mereka, termasuk aku, di situs web mereka, dan mereka juga memintaku untuk memposting di Twitter secara teratur, aku melakukannya. Mau tak mau aku merasa takut kalau suatu hari nanti para penggemar akan tahu siapa yang mengisi suara Emily Saionji dan jadi sangat kecewa, seperti halnya mereka saat tahu identitas Sakurajosui. Mengecewakan penggemar adalah hal terakhir yang ingin kulakukan…”
“M-Minami. Bahkan jika mereka tahu itu kamu, aku ragu ada yang akan kecewa, ”kataku.
Elena sangat mirip dengan Emily. Dia memang suka yuri dan dia mirip tidak hanya karakternya, tapi juga penampilannya. Suaranya yang biasa tidak jauh berbeda dari suara yang dia gunakan untuk mengisi suara Emily.
Itulah kenapa bersamanya membuatku merasa bersemangat seolah-olah aku di samping Emily...
Namun, kelebihan utama yang dimiliki Elena dibanding rekannya itu yang malang adalah betapa cantiknya dia. Itu saja cukup untuk berasumsi kalau situasinya akan benar-benar berbeda... tapi bukan berarti aku bisa mengatakan itu padanya.
“Aku senang kamu mengatakan itu, tapi aku tidak bisa mengabaikan kemungkinan itu. Ini menakutkan. Aku sering mendengar tentang orang-orang yang berhenti menjadi penggemar karakter tertentu setelah tahu siapa yang mengisi suara mereka karena aktris itu terlalu berbeda dari harapan mereka ... "
"Orang-orang benar-benar sampai segitunya?"
“Mereka begitu. Tapi tentu saja, aku tetap ingin memberikan yang terbaik tidak hanya sebagai VTuber, tapi juga sebagai seiyuu. Saat ini aku hanya mendapatkan peran yang sangat kecil, tapi suatu hari aku ingin mengisi suara karakter anime besar; anime yang benar-benar terkenal. Tapi semakin aku fokus pada pekerjaan seiyuu, semakin aku berisiko ketahuan kalau aku pengisi suara Emily…”
“Aku ingin mendengar suaramu di anime! Aku tidak berpikir kamu harus menyerah pada impianmu menjadi seiyuu karena itu, meskipun itu adalah karier yang benar-benar berbeda dari VTuber. Mungkin suatu hari para penggemar akan tahu, tapi hei, kamu bisa menyeberangi jembatan itu ketika kamu sampai di sana. Ada banyak VTuber yang identitasnya ditemukan tanpa skandal, ‘kan?”
“Aku... kurasa kamu benar! Lagi pula, aku mulai menjadi Vtuber karena aku sangat suka mengisi suara karakter. Jika aku menyerah untuk menjadi seiyuu, maka itu tidak akan ada gunanya, ” katanya sebelum menatapku lagi. "Kata-katamu membantuku keluar dari tempat yang buruk lagi... Terima kasih, Ichigaya."
"Hah? Aku tidak berpikir aku mengatakan sesuatu yang layak untuk diberi ucapan terima kasih. ”
“Tapi ucapanmu layak diberi terima kasih! Aku merasa jauh lebih baik setelah berbicara denganmu. Sebenarnya... jika tidak merepotkan... bolehkah aku meminta pendapatmu tentang satu hal lagi?”
"Tentu saja! Silakan!”
Fakta kalau kau mempercayai dan mengandalkanku adalah suatu kesenangan dan kehormatan untukku!
"Terima kasih! Jadi, pekerjaanku sebagai VTuber sekarang jauh lebih mudah, tapi ada sesuatu yang membuatku khawatir.”
"Oh? Apa itu?”
"Yah..."
Elena terdiam saat mendengar suara tetesan air hujan mengenai jendela.
"Hujan?" dia bertanya, terkejut.
“Hujan mulai turun tiba-tiba. Apakah kamu membawa payung?"
"Aku punya payung lipat kecil, tapi ramalan cuaca mengatakan kalau hari ini akan cerah sepanjang hari..."
“Yah begitulah musim hujan. Ah! Jemuranku!” Aku ingat, berlari ke balkon untuk mengangkat jemuran sebelum basah.
Aku membuka pintu balkon, dan... segera menutupnya kembali.
"A-Ada apa?" Elena bertanya. “Emm...”
Oh tidak! Apakah dia melihatnya?!
"Apakah itu... pakaian perempuan?"
Tidakkkk! Kami menghabiskan begitu banyak waktu membersihkan rumah tapi malah meninggalkan pakaian di balkon! Nishina yang bertanggung jawab mencuci pakaian jadi itu bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiranku!
“Y-Yah, eh, itu, kamu tahu …” Aku tergagap, tidak dapat mengatakan sebuah kalimat yang lengkap.
"Kamu harus membawa masuk mereka, atau mereka akan basah kuyup!" katanya, melesat cepat melewatiku, membuka pintu, dan mulai mengangkat pakaian-pakaian itu. Badai musim panas melanda dengan cepat dan deras—cucian akan segera basah kuyup.
“T-Tapi…” aku hampir bicara, sebelum menyerah dan mengikuti Elena ke balkon untuk membantunya. Sementara itu, pikiranku berpacu untuk mencari alasan, tapi aku tidak dapat menemukan alasan.
“Kupikir ini sudah semua!”
“Y-Ya. Terima kasih..."
“Tidak apa-apa, sungguh. Tapi..." Elena menatapku dengan ekspresi khawatir. Dia mungkin sedang mempertimbangkan apakah dia boleh bertanya tentang pakaian itu.
“I-Ini adalah... hobi! Ya, aku mengumpulkan ini untuk kesenanganku!”
"Hobi?"
Itulah alasan yang akhirnya kugunakan, aku bisa mengatakan kalau itu, benar-benar konyol.
“I-Ini tidak seperti aku suka crossdress, hanya saja, eh, aku suka membeli pakaian yang sama dengan yang dipakai seiyuu favoritku, mengerti? Semacam itu!” kataku, mencoba membuat segalanya jadi sedikit lebih baik, tapi pada akhirnya membuat aku terdengar lebih bodoh daripada yang pernah kubayangkan.
“O-Oh? Begitu..." katanya, jelas curiga.
"Kamu tahu, ini koleksi—"
“Hm? Kamu menjatuhkan sesuatu...”
Aku melihat ke bawah, kembali ke atas, lalu ke bawah lagi. Tapi itu masih ada di sana: bra merah muda terlihat di lantai. Itu jatuh dari bajuku pada saat yang paling buruk.
Aaaaah! Aku lupa menyembunyikan itu di kamarku!
"Apakah itu—?" Elena mulai bertanya, tapi aku segera memotongnya.
“Ohh, ini?! Ini, um, milik adikku!”
Dengan setiap alasan, aku menggali lubang yang lebih dalam dan lebih dalam untuk diriku sendiri.
"Bukankah kamu mengatakan kalau kamu tinggal sendiri?"
Beristirahatlah dengan tenang, Kagetora. Saatnya mengubur dirimu sepenuhnya. Setelah semua kesulitan yang kulalui untuk membersihkan rumah dan membeli camilan, dia mungkin berpikir kalau aku mungkin suka crossdress... Dan sekarang dia akan membenciku!
“Aku sejak tadi ingin menanyakan ini padamu, kamu dan Nishina tinggal bersama, ‘kan?”
“A-Apa?! Kenapa kamu menanyakan itu?!" tanyaku, terkejut.
“Ketika kita mengangkat jemuran, Aku melihat blus seorang gadis. Seragam sekolah kita... dan beberapa pakaian itu adalah jenis pakaian yang akan dipakai Nishina.”
Dia tahu rahasia kami hanya dari melihat jemuran kami?!
“Minami… maafkan aku karena sudah berbohong padamu!” kataku sambil menundukkan kepala. “Seperti yang kamu katakan. Kami tinggal bersama. Aku minta maaf."
"K-Kamu tidak perlu minta maaf," jawabnya sambil menatapku, bingung. “Jadi kalian berdua memang pacaran…”
"Hah?! Tidak, kami tidak pacaran! Alasan kami tinggal bersama ceritanya sangat panjang. Aku akan meminta Nishina untuk ke sini sehingga kami dapat menjelaskannya kepadamu. ”
Aku memutuskan kalau meminta Kokoro menjelaskan cerita versinya adalah pilihan yang paling aman, karena aku tidak tahu seberapa banyak sebenarnya teman serumahku itu ingin mengungkapkan tentang situasinya. Jadi, aku mengirim pesan padanya.
“Minami tahu kita tinggal bersama. Bisakah kau kembali ke rumah? Aku harus menjelaskan tentang itu padanya ... "
"Apa? Bagaimana dia bisa tahu?!!!”
“Kami mengangkat jemuran ketika hujan mulai turun dan dia melihat pakaianmu. Ngomong-ngomong, apa kau bisa pulang sendiri? Saat ini sedang hujan.”
“Maaf, aku tidak kepikiran tentang jemuran...”
“Ya, jangan khawatir. Pulanglah.”
Setelah sekitar sepuluh menit yang canggung menunggu bersama Elena, Kokoro akhirnya tiba di rumah.
"Hai..."
"Selamat datang kembali..."
"Halo," Elena menyapanya. “Apakah kamu berjalan melewati hujan? Kamu basah kuyup ... "
"Ini," kataku, menyerahkan handuk kepada Kokoro.
"Oh, terima kasih," katanya, menggunakannya untuk mengeringkan rambutnya. "Jadi, seberapa banyak yang kamu jelaskan?"
"Aku hanya memberitahunya kalau kita tinggal bersama tapi kita tidak pacaran... Aku tidak yakin seberapa banyak yang harus kukatakan tentang situasimu."
"Baiklah kalau begitu. Dengar, Minami, aku akan menjelaskannya dari awal…”
“B-Baiklah!”
"Ichigaya dan aku bertemu di pesta perjodohan, di mana kami, tahu kalau kami sama-sama sedang mencari pacar otaku..."
Kokoro terus menceritakan kisah tentang bagaimana kami menjadi teman serumah, termasuk bagaimana kami saling membantu, tentang orang tuaku yang tinggal di luar negeri, dan tentang orang tuanya yang percaya kalau dia dan aku benar-benar pacaran.
“Aku tahu ini sangat sulit dipercaya, tapi itulah kebenarannya. Aku benar-benar minta maaf karena kami berbohong kepadamu. Kami harus menyembunyikan ini dari semua orang, karena jika seseorang di sekolah tahu, kamu tahu, orang-orang akan membicarakannya, orang tua Ichigaya akan tahu, dan aku harus pindah dari Jepang. Dia membantuku merahasiakannya.”
“Ah, aku mengerti sekarang. Terima kasih sudah menceritakannya padaku. Meski terdengar sulit dipercaya, itu menjelaskan banyak hal. Intinya, kamu dan Ichigaya tidak pacaran, ya?”
"Tentu saja tidak! Tidak dalam seribu tahun! Aku mencari pria yang berbeda dari dia, dan dia mencari gadis yang tidak sepertiku!”
"Kau bisa mengatakannya lagi!" Aku setuju, dengan penuh semangat menganggukkan kepalaku.
Mendengar betapa tersinggungnya kami, Elena mulai cekikikan.
Apakah dia percaya kami? Aku tahu aku sendiri akan sulit memercayai hal ini. Kupikir dia akan marah pada kami karena berbohong, tapi dia memaafkan kami untuk itu. Dia sangat baik. Lalu, kenapa dia menyeringai seperti itu? Apakah kami mengatakan sesuatu yang lucu?
“Minami?”
"Oh maaf! Hanya saja tadi, ketika aku melihat seragam itu, kupikir kalian berdua pacaran. Aku sudah sangat terkejut, tapi kemudian aku melihat celemek berenda yang imut itu...”
“Oh, itu yang kugunakan saat memasak,” kata Kokoro.
“Ketika aku melihat itu, aku tidak bisa tidak membayangkanmu dan Ichigaya sebagai pasangan mesra, dan kamu memasak untuknya hanya mengenakan celemek itu...”
"Apa?!" Kokoro mengeluarkan jeritan horor, saat wajahnya merona merah.
“Aku mulai membayangkan bagaimana kalau kalian berdua, yang biasanya begitu menjaga jarak, sebenarnya sangat mencintai satu sama lain. Dan kemudian otakku menjadi agak liar…”
“I-Ini hanya celemek! Aku tentu saja memakai pakaian di bawahnya, ya ampun! ”
“Aku benar-benar minta maaf, aku hanya ingat ada adegan seperti itu di manga yuri yang aku baca baru-baru ini.”
Dia berpikir begitu hanya dengan melihat celemek? Minami benar-benar otaku berat. Setidaknya aku senang dia bersenang-senang dengan itu daripada marah pada kami.
“Pokoknya,” kataku, “kami benar-benar minta maaf. Kuberharap kami tidak harus berbohong kepadamu seperti itu. Jika ada yang bisa kulakukan untuk menebusnya, beri tahu aku! Apa saja!”
"Tidak masalah sama sekali! Aku adalah yang tidak sopan karena ingin berkunjung. ”
“Aku juga!” kata Kokoro. "Jika ada yang bisa kulakukan untuk minta maaf, beri tahu aku!"
“Tidak perlu minta maaf, sungguh. Tapi ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu,” kata Elena, menoleh ke Kokoro. "Kamu suka cosplay, ‘kan?"
“Hm? Ya, lumayan, ”jawab Kokoro.
“Apakah kamu pernah mendengar tentang Wonder Festival? Itu adalah acara tentang anime, figur, dan semacamnya. Perusahaan tempatku bekerja sebagai seiyuu memintaku untuk tampil dan mengcosplay karakter dari anime baru yang akan segera rilis. Mereka memberiku kostum, tapi aku harus membeli sendiri aksesorisnya. Wig, kaus kaki, sepatu, riasan, dan sebagainya. Aku belum pernah bercosplay sebelumnya, jadi saran dari seseorang yang berpengetahuan luas tentang itu akan sangat membantu.”
Aku tahu tentang WonFes—itu adalah acara besar yang diadakan di pusat konvensi Makuhari Messe, dekat Tokyo. Aku sendiri belum pernah ke sana, tapi akan menyenangkan untuk pergi ke sana suatu hari nanti.
Itu pasti hal yang ingin Elena bicarakan denganku tadi.
"Tentu itu? Tidak masalah!" kata Kokoro. “Aku sendiri belum pernah bercosplay di suatu acara, tapi aku tahu satu atau dua hal tentang menyusun kostum, mengenakan wig, dan lain-lain! Aku sebenarnya berencana untuk pergi ke konvensi pertamaku juga, jadi waktunya tepat sekali! Mari kita lakukan yang terbaik bersama-sama!”
"Terima kasih banyak! Harus kubilang juga kostum yang harus kukenakan ..." Elena berhenti, malu. “Kostum yang harus kukenakan agak... terbuka. Aku benar-benar gugup untuk memakainya, jadi jika kamu bisa memberitahuku bagaimana caranya agar aku merasa nyaman memakainya, maka…”
"Apa? Kamu punya tubuh yang bagus! Kamu akan terlihat sangat seksi saat mengenakannya! Kostum apa itu?” tanya Kokoro. Aku juga sangat tertarik dengan kostum terbuka seperti apa yang mereka minta untuk Elena kenakan.
"Ini..." katanya, mengeluarkan ponselnya untuk menunjukkan sebuah foto kepada kami. Untuk sesuatu yang dianggap sebagai "pakaian" lengkap, kostum yang dia tunjukkan pada kami hampir tidak menutupi apa pun: bagian atasnya tidak lebih dari bra mengkilap dengan lengan berenda yang disertai dengan beberapa manset berenda di pergelangan tangan. Bagian bawahnya adalah rok yang sangat mini hingga tidak berguna untuk menutupi apa pun, dan tampaknya itu diikat di pinggangnya dengan beberapa pita. Aku pernah melihat pakaian renang yang lebih tertutup dibandingkan itu.
Aku melihat foto itu, belahan dada dan pusar dan segalanya, dan membayangkan Elena mengenakan pakaian itu. Menelan kegembiraanku membutuhkan cukup banyak usaha.
"Ini adalah cosplay heroine animenya."
"Wow! Itu sangat imut! Tapi ya, itu sangat terbuka. Itu seperti bikini dengan rok, ‘kan?”
“Ya… Mereka bilang mereka akan membuat roknya sedikit lebih panjang jadi setidaknya celana dalamku tidak akan terlihat, tapi itu tetap memalukan, terutama karena aku harus memakainya di depan banyak orang. Meskipun begitu, aku ingin melakukan yang terbaik, karena itu adalah bagian dari pekerjaanku.”
"Hmm... Bagaimana kalau pergi ke suatu konvensi sebagai cosplayer untuk membiasakan diri memakai pakaian seperti itu?" saran Kokoro.
“Aturan perusahaan sebenarnya menyatakan kalau aku tidak boleh bercosplay di depan umum jika bukan karena mereka. Mereka tidak ingin fotoku beredar.”
“Kalau begitu kita harus memikirkan cara lain untuk membuatmu terbiasa…”
Aku dapat mengerti bagaimana bercosplay pada saat kau aktif sebagai seiyuu bisa menjadi masalah... tapi apakah benar-benar tidak ada cara lain?
"Oh," aku ingat. "Aku baru saja membaca artikel berita tentang seorang seiyuu yang pergi ke kolam renang malam."
Dannnn itu terdengar seperti aku ingin mengajak Minami ke kolam renang... pikirku, tapi Kokoro sepertinya menyukai ideku.
“Beberapa temanku pernah pergi ke tempat seperti itu—kolam renang yang ada di hotel, kamu tahu? Mereka bilang kalau di sana pemandangannya bagus. Ichigaya ada benarnya. Apa susahnya bercosplay dengan pakaian terbuka jika kamu terbiasa mengenakan pakaian renang di sekitar orang asing?”
"Itu akan lebih mudah, ya ... Aku memang tertarik pada tempat seperti itu, tapi sejauh ini aku tidak pernah menemukan keberanian untuk pergi keluar mengenakan pakaian renang," kata Elena.
"Aku juga tidak pernah. Ini bisa menjadi kesempatan yang baik bagi kita berdua untuk, memakai baju renang di kolam renang, dan kemudian sedikit terbiasa mengenakan kostum cosplay yang terbuka.”
"Apa kamu mau pergi ke sana bersamaku?" Elena bertanya pada Kokoro.
"Tentu! Aku bilang aku akan melakukan apa saja untuk meminta maaf, dan aku ingin membiasakan diri memakai pakaian seperti itu sama sepertimu!”
"Benarkah?! Itu melegalkan! Aku tidak sabar untuk itu!"
Meskipun aku sendiri yang mengangkat topik itu, aku masih terkejut mereka benar-benar membahasnya.
Keduanya akan ke kolam renang, mengenakan pakaian renang? Itu akan menarik banyak perhatian. Bukannya aku akan berada di sana untuk melihat, tapi—
"Apakah kamu ingin ikut juga, Ichigaya?"
“H-Hah?!” Aku menjawab, terkejut dengan ajakan Elena.
"Apa?! Dia juga?" seru Kokoro, sama terkejutnya denganku. “Hmm... Tidak, tunggu. Itu sebenarnya bisa jadi ide bagus. Aku pernah mendengar kalau ada banyak pria di kolam renang malam mencoba untuk menggoda para gadis, jadi mengajaknya bersama kita akan lebih aman. ”
"Apakah kalian berdua serius?" Aku bertanya pada mereka—bukan karena aku tidak ingin pergi, tapi karena rasanya aneh mereka ingin aku ikut.
"Ada apa? Kamu tidak mau?”
"Tidak, tidak. Bukan itu maksudku. Oke, baiklah. Aku akan ikut.”
"Luar biasa! Sekarang kita hanya perlu pergi membeli pakaian renang! Ada beberapa pakaian renang imut yang sudah lama kuincar, tapi aku tidak pernah membelinya karena, kamu tahu, aku merasa tidak nyaman memakainya. Tapi aku harus memakainya cepat atau lambat, ya?”
"Benar! Sepulang sekolah, kita bisa pergi berbelanja baju renang bersama!” Elena mengusulkan, mendapatkan anggukan persetujuan dari Kokoro.
Rencana kami sudah diputuskan, Elena melihat ke luar jendela. “Hujan masih turun, tapi tidak sederas tadi. Aku mungkin harus pulang. Aku sudah terlalu lama di sini, ” katanya.
"Tidak masalah sama sekali! Dan kamu bebas datang kapan pun kamu mau!” kataku.
Kokoro dan aku mengantar Elena ke stasiun, tempat kami berpisah untuk hari itu. Namun, tidak akan lama, sebelum kami bertemu lagi — kami membuat janji untuk pergi ke kolam renang bersama.
“Kau membuatku takut untuk tadi saat kau memberi tahuku kalau dia sudah tahu! Aku sangat senang dia mengerti tentang semuanya, ” kata Kokoro saat kami kembali ke rumah.
“Ya,” aku setuju, masih memikirkan sesuatu yang tampaknya lebih penting bagiku—aku akan pergi ke kolam renang bersama Elena dan Kokoro. Mimpi macam apa ini?
“Ngomong-ngomong, festival yang dia bicarakan... Itu acara yang cukup besar, ‘kan? Mungkin aku bisa bercosplay di acara itu! Aku bisa mendukung Minami saat dia di atas panggung, dan kita mungkin akan bertemu banyak cosplayer lain!”
"Hmm... Itu sebenarnya ide yang bagus!" kataku, ingin sekali melihat Elena dan kostum terbukanya—Elena dan penampilannya yang sangat bergairah.
“Kalau begitu sebaiknya aku bergegas dan memutuskan siapa yang akan kucosplay! Aku akan berusaha!”
“Kau sudah punya beberapa kostum, ‘kan? Apakah kau akan mengenakan salah satunya?”
“Membeli kostum baru akan menyenangkan, tapi aku belum pernah mengenakan yang kupunya sekarang di acara apa pun, kecuali pertemuan yang kita datangi. Itu akan sedikit sia-sia. Dan bahkan jika aku membeli kostum baru sekarang, aku tidak tahu apakah itu akan sampai tepat waktu! Festivalnya di akhir bulan Juli, jadi kita hanya punya waktu sekitar sebulan ... Tapi karakter mana yang harus kupilih? Selain bersenang-senang, aku juga ingin bertemu cosplayer pria, jadi itu haruslah karakter yang populer di kalangan pria. Sebaiknya kostum yang mana menurutmu?"
“Dari kostum yang kau punya, mungkin Yumeno☆Saki, Unithorn dari Adore Lane, atau seseorang dari IMS.”
"Oke! Aku akan memilih salah satunya. Aku harus memutuskannya sesegera mungkin, karena aku masih belum punya wig dan lensa kontak warna untuk beberapa di antaranya. Dan sebaiknya kau bersiap juga, sehingga cosplayer imut mana pun yang kau temui akan benar-benar menyukaimu!”
"Bersiap? Seperti... apa?”
Aku akan pergi sebagai fotografer, bukan sebagai cosplayer. Apalagi yang harus kupersiapkan?
"Kau jelas harus berpenampilan menarik, dan kau tahu, sebagai fotografer, mungkin kau harus membeli, kamera?"
"Eh, ya ... sekarang aku memikirkannya, aku tidak punya kamera."
"Aku juga tidak punya. Kamera ponselku tidak terlalu bagus, jadi aku berpikir untuk membeli kamera untuk mengambil foto cosplay yang lebih baik, tapi harganya sangat mahal! Akhir-akhir ini aku juga tidak bisa menabung.”
Kesan seperti apa yang akan kuberikan sebagai fotografer tanpa kamera, hanya berbekal kamera ponsel burukku?
"Mungkin aku harus membeli kamera murah," kataku. "Sudah kuputuskan."
“Oh, dan juga, jika kau bertemu cosplayer yang tidak memiliki kartu nama, kau harus punya kartu namamu sendiri—sebagai fotografer, kau tahu? Kau dapat mencantumkan akun Twitter-mu atau semacamnya di sana, jadi jika seseorang menyukaimu, mereka dapat men-follow-mu atau mengirim pesan padamu.”
“Aku tidak tahu tentang itu...”
Aku tidak bisa jadi fotografer tanpa kartu nama, ya?
“Pokoknya, ayo lakukan yang terbaik! Kita akan pergi ke festival itu, mendukung Minami, dan bertemu banyak cosplayer keren!”
“Mm-hm...”
Kokoro sangat bersemangat, tapi ada hal lain di pikiranku. Katakanlah aku benar-benar bertemu cosplayer yang imut di acara itu dan akhirnya berteman dengannya. Bukankah itu berarti menyerah sepenuhnya pada Mashiro? Apakah aku tidak masalah dengan itu?
Dia masih belum membalas pesan terakhirku. Orang yang bijaksana mungkin akan sadar kalau sudah waktunya untuk pindah ke lain hati sekarang. Tapi selama ada kemungkinan—tidak peduli seberapa kecil—kalau dia akhirnya membalas pesanku, aku tidak ingin menyesal.
Segera setelah aku kembali ke kamarku, aku membuka Twitter untuk memeriksa riwayat pesanku dan Mashiro.
"Hah?"
Tidak ada riwayat pesan. Tidak ada apa-apa.
Akunnya tidak ada.
Dia benar-benar menghapusnya. Aku dapat mengirim pesan kepadanya sebelumnya karena butuh waktu agar akun menghilang setelah pemiliknya memutuskan untuk menghapusnya. Tapi, seperti yang Mashiro katakan, setelah waktu itu berlalu, itu akan hilang selamanya.
Twitter Mashiro—satu-satunya alat komunikasiku dengannya—hilang. Jika aku ingin mendengar kabar darinya lagi, aku tidak punya pilihan lain selain pergi sebagai pelanggan ke maid café tempatnya bekerja.
Namun, meskipun dia mengatakan padaku kalau dia ingin pacaran denganku, Mashiro dengan sengaja memutuskan satu-satunya jembatan yang menghubungkan kami tanpa mengirim balasan. Aku ingin membicarakan sesuatu lagi dengannya, tapi dia jelas tidak memiliki pikiran yang sama. Bagaimana aku bisa pergi dan menemuinya di kafe setelah tahu hal itu?
Saat aku sedang berbaring di tempat tidur mencoba memproses kesedihan dari situasi ini, kesedihanku diinterupsi oleh Kokoro, yang memanggilku dari bawah. Dia yang bertugas memasak hari ini.
“Makan malam sudah siap!”
Aku bangkit dan berjalan dengan lesu menuruni tangga, bertemu Kokoro di ruang tamu.
“Aku sudah tidak sabar untuk cosplayku berikutnya! Itu akan berada di acara yang tepat kali ini! ” katanya sambil dengan senang hati meletakkan makanan kami di atas meja. "Ada apa wajahmu murung begitu?"
“Hm? Ah, bukan apa-apa…”
Aku duduk di sebelahnya di sofa dan kami mulai makan.
"Tidak, sungguh, ada apa?" dia bertanya setelah beberapa saat.
“Yah… Sebenarnya, sebelum makan malam, aku mencoba mengirim pesan ke Mashiro lagi.”
"Oh? Dan...?"
"Dan aku tidak bisa mengirim pesan, karena dia menghapus akun Twitter-nya."
"Apa?! Tapi kenapa dia melakukan itu saat ini?”
"Tidak saat ini; itu sekitar sebulan yang lalu. Butuh waktu untuk menghapus akun Twitter. Adapun alasannya, dia mengatakan sesuatu tentang tidak ada gunanya memiliki banyak orang yang menyukaimu jika satu orang yang sebenarnya kau suka tidak menyukaimu, atau sesuatu seperti itu. ”
"Apa maksudnya itu?"
"Aku tidak tahu. Yang kutahu adalah aku tidak pernah mendapat balasan, dan sekarang akunnya sudah hilang. Itu artinya dia tidak mau bicara denganku, ‘kan?”
"Aku tidak bisa berbicara untuknya, tapi apakah dia benar-benar akan menghapus seluruh akunnya hanya karenamu?"
Apakah dia akan begitu? Seandainya aku tahu, pikirku dalam hati, bersyukur Kokoro tampaknya sangat peduli.
“Kalian berdua belum bertukar ID LINE?”
"Belum."
“Akun Twitter kafe juga menonaktifkan DM-nya. Itu artinya jika kau ingin bicara dengannya, kau harus pergi ke Meow'd Maid..."
"Tentu saja aku tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu."
"Ya..."
Mungkin sudah waktunya bagiku untuk melupakan Mashiro. Dia sepertinya tidak ingin bicara denganku lagi, dan bagaimanapun juga, aku tidak punya cara untuk menghubunginya.
Aku ingat dia mengatakan pikirannya kalau dia menyukaiku, tapi, karena dia tidak membalas pesanku, itu pasti berarti dia sudah berubah pikiran. Menyadari itu membuat hatiku sakit.
“Katakan, ketika kita pergi ke acara perusahaan itu, bukankah kau bertemu seorang gadis? Bagaimana hasilnya?” tanya Kokoro.
“Kami hanya menyapa satu sama lain di LINE tepat setelah acara itu, tapi hanya itu.”
Sejujurnya, Yume telah menyelinap ke pikiranku, meskipun percakapan kami sangat singkat.
“Seperti apa sih dia?”
“Dia sangat, sangat manis. Dia memakai ini... Apa sebutannya? Pakaian gothic lolita? Dia bekerja di Maid-Tale Café, kalau aku tidak salah ingat.”
“Oh… Kalau begitu, jika aku memeriksa akun kafe itu, mungkin ada fotonya di sana.”
“Sebenarnya, kami saling follow akun pribadi masing-masing, jadi mungkin ada fotonya di sana,” kataku.
"Benarkah?!" Kokoro bertanya, terkejut.
Aku mengeluarkan ponselku dan menemukan akun Yume. Foto profilnya adalah foto selfie, dan ada foto-foto lain dirinya di tweet-nya.
“Wah, dia terlihat sangat manis! Dan itu pastilah gaya lolita, 'kan. Bagaimanamu bisa mendapatkan LINE-nya?”
"Aku hanya membantunya menemukan sesuatu yang dia jatuhkan, dan dia berkata dia ingin berterima kasih kepadaku, jadi dia memberiku kontaknya."
“Dia memberikannya padamu?! Jadi dia pasti sangat menyukaimu!”
"Kami belum benar-benar saling mengirim pesan satu sama lain sejak saat itu ..."
“Kenapa kau tidak mencoba mengirim pesan padanya? Kau bisa mengajaknya bermain keluar atau semacamnya. ”
“Aku pernah memikirkan itu, tapi aku juga tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu. Kami hanya pernah bertemu secara langsung sekali.”
“Sheesh, kau tidak boleh menyerah begitu saja dan menyia-nyiakan kesempatan seperti itu!”
"Tapi apa lagi yang bisa kulakukan?"
“Balas saja salah satu tweetnya atau semacamnya! Dan ketika kalian jadi lebih akrab satu sama lain, hubungi dia di LINE!”
“Ohhh... begitu,” kataku, percaya dengan saran Kokoro. Kedengarannya jauh lebih mudah daripada tiba-tiba mengiriminya pesan.
Aku memutuskan untuk melihat timeline-nya dan membalas salah satu tweet yang kelihatannya bisa kubicarakan.
“Sebaiknya kau mencoba keberuntunganmu dengan gadis ini, di Twitter atau di mana pun. Mungkin itu akan membantumu melupakan Gojo. Dan, siapa yang tahu? Ketika kita pergi ke WonFes, kau bisa bertemu pacar masa depanmu di sana. Seorang gadis yang cukup imut untuk membuatmu melupakan segalanya tentang Gojo! Cinta baru adalah obat terbaik untuk patah hati!”
Cinta baru, ya...
Sebelum tahu kebenaran tentang Mashiro, aku sangat menyukainya. Setelah itu... Aku masih menyukainya. Tapi aku tidak boleh terus memikirkannya selamanya. Aku harus menemukan pacar impianku dalam dua tahun ke depan, sebelum lulus SMA. Dan untuk mewujudkan itu, aku harus terus bergerak maju. Kokoro terus-menerus melakukan yang terbaik, dan aku juga harus begitu.
"Ya kau benar!"
Berbicara dengan Kokoro membantu menenangkan perasaanku dengan cara yang aneh.
Aku perlu mengurangi galau dan lebih banyak bertindak. Aku akan mencoba berteman dengan Yume dan mungkin bertemu dengan beberapa cosplayer di acara itu. Tidak ada gunanya melihat ke belakang. Aku harus melakukan apa yang kubisa sekarang.
Translator: Janaka
Tim kokoro dan elena👍❤😍
ReplyDelete