Bab 7
Agustus akan segera berakhir, dan liburan musim panas sudah dimulai. Waktunya telah tiba—itu adalah hari diadakannya Wonder Festival di Makuhari Messe.
Pukul enam tiga puluh pagi, jauh lebih awal daripada biasanya aku bangun, alarmku meraung ke telingaku. Karena aku diberitahu kalau terlihat bersih adalah hal yang paling penting, aku menuju ke kamar mandi dan mulai menata rambutku. Kokoro juga sudah memilihkan pakaianku untukku—setidaknya, sebisa mungkin dari koleksi pakaianku yang terbatas.
“Aku tidak melupakan apapun, ‘kan? Aku sudah membawa kostumku, wigku…” Kokoro dengan gugup memeriksa isi tasnya. Dia bangun lebih awal dariku untuk menyiapkan riasan dan pakaiannya.
"Kau membawa kameramu, ‘kan?"
“Y-Ya.”
Antusiasme Kokoro tentang seluruh festival ini luar biasa. Kau bisa tahu betapa dia berharap untuk bisa berteman dengan cosplayer tampan di sana. Bagiku, aku masih sangat galau dengan masalah Yume/Mashiro hingga tidak lagi memikirkan tentang bertemu gadis lain, tapi setelah meminta nasihat Ai dan melatih keterampilan fotografiku dengan Kokoro, aku merasa bertanggung jawab untuk pergi.
Rencana kami untuk hari itu adalah sebagai berikut. Di pagi hari, Kokoro akan ganti baju mengenakan kostum cosplaynya, lalu aku akan ikut dengannya, mengambil foto. Kami akan melihat-lihat figur anime dan game—inti dari WonFes—yang dipajang, sambil berharap bertemu cosplayer yang menarik sehingga kami bisa memotretnya dan bertukar kartu nama. Pukul satu, pengenalan anime yang dibawakan oleh Elena akan dimulai. Kokoro dan aku akan menuju panggung tiga puluh menit sebelum itu sehingga kami dapat menemukan tempat yang bagus untuk mendukung teman cosplay kami itu.
Kami meninggalkan rumah pukul tujuh dan naik kereta ke tempat festival.
“Hari ini akhirnya tiba! Aku akan menjaga mataku tetap terbuka untuk mencari semua pria tampan itu, awaaah! ”
“Kau tidak menyembunyikan rasa laparmu pada pria sama sekali, ya? Ini agak tidak bisa.”
“Jangan bicara seolah-olah kau tidak gugup! Kau sebaiknya bertemu beberapa cosplayer imut juga!”
“Y-Yah, kau ada benarnya, tapi setelah apa yang terjadi baru-baru ini, aku tidak tahu yakin aku harus mencari gadis lain.”
“Tapi tidak satu pun dari mereka berdua yang memintamu menjadi pacar mereka, dan kau tidak yakin apakah kau menyukai salah satu dari mereka. Apa aku benar?" tanya Kokoro.
Terkejut, aku membiarkannya melanjutkan.
“Jika kau bertemu dengan seorang gadis yang sangat kau sukai hari ini. Apa salahnya? Kita tidak punya banyak waktu lagi, ingat? Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan seseorang.”
Aku terkejut, tapi mendengarnya mengatakan itu membuatnya terdengar agak masuk akal... bahkan benar. Setelah berbicara dengan Kokoro, aku sudah merasa jauh lebih baik.
“K-Kupikir kau benar..." kataku.
Tidak ada alasan untuk menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku akan habis-habisan hari ini. Ini untuk yang terbaik, ya?
Kami segera tiba di Kaihin Makuhari, stasiun yang paling dekat dengan Makuhari Messe. Aku pernah ke Tokyo Big Sight, tempat serupa, untuk acara lain, tapi ini adalah pertama kalinya aku ke sini. Meski masih pagi, stasiun sudah ramai dengan pengunjung Wonder Festival lainnya.
“Whoa, lihat semua orang ini! Seperti inikah Summer Comiket?” Kokoro bertanya padaku.
“Ini pertama kalinya kau datang ke acara sebesar ini, ya?”
"Ya! Dan aku sangat bersemangat!”
Kami melewati kerumunan dan akhirnya sampai ke aula acara. Kegembiraan Kokoro juga mulai menular padaku. Aku menantikan untuk melihat pertunjukan Elena, para cosplayer, dan berbagai figur. Aku berkata pada diri sendiri, jika aku bertemu dengan cosplayer yang kusuka, aku akan meminta izin untuk memotret mereka. Tentu saja, aku juga mengingat nasihat Ai dan Kokoro.
“Aku akan mengirimimu pesan setelah aku selesai ganti baju. Kau bisa jalan-jalan dan sebagainya jika kau mau, asalkan kau nanti menemuiku lagi di sini, ”kata Kokoro.
"Baiklah kalau begitu. Sampai nanti,” jawabku sambil menuju ke ruang ganti.
Sekarang terserah aku, kupikir aku akan menggunakan waktu ini untuk melihat-lihat figur-figur yang sedang dipajang. Aku berjalan ke beberapa area yang menurutku menarik dan melihat-lihat stan dari berbagai perusahaan. Ada banyak hal yang menarik perhatianku—entah karena mereka adalah figur karakter yang kusuka atau karena mereka sangat seksi—tapi aku tidak punya cukup uang untuk membelinya.
Sambil bergerak dari satu area ke area lain di aula Makuhari Messe, aku berjalan ke area cosplayer. Cosplayer paling imut dari kelompok itu sudah memiliki antrean orang yang menunggu untuk mengarahkan kamera mereka ke arahnya. Satu per satu fotografer akan mengambil beberapa foto, berterima kasih pada si cosplayer, lalu pergi.
Hampir tidak ada interaksi yang terjadi! Aku tidak berpikir aku akan bisa berteman dengan salah satu cosplayer populer ...
Mereka juga saling menukar kartu nama, tapi berapa banyak peluang seorang cosplayer benar-benar mengingatmu setelah acara selesai? Kecil, pikirku, kecuali jika kau bisa membuat kesan yang baik pada mereka.
Namun, para cosplayer yang memiliki antrean tidak memberikan kartu nama mereka. Sebagai gantinya, mereka mencetak atau menuliskan nama cosplayer dan akun Twitter mereka di selembar kertas besar atau karton di sebelah mereka. Mungkin maksudnya agar, dengan mengambil gambar tanda itu bersama si cosplayer, tidak perlu memberikan kontakmu pada fotografer satu per satu, yang akan membutuhkan banyak waktu dan membuat tumpukan kartu nama yang besar.
Mungkin aku juga akan mengambil beberapa foto sambil menunggu Nishina, pikirku, dengan cepat mengamati sekelilingku. Tidak jauh dariku ada seorang gadis yang sedang bercosplay menjadi Fumiko, salah satu karakter IMS favoritku. Cosplayer itu imut, langsing, dan akurat dalam mengcosplay karakternya. Aku langsung terpukau pada pemandangan itu.
Karakter yang kusuka, dicosplay oleh seorang gadis cantik! Ayo foto dia.
Tentu saja, aku hanyalah orang terakhir dalam antrean panjang orang yang juga berpikir, “Ayo foto dia.”
Bahkan jika aku tidak bisa benar-benar mengenal gadis itu, aku ingin mencoba apa yang telah diajarkan Ai dan Kokoro kepadaku. Aku juga ingin memberinya kartu namaku dan men-follow dia di Twitter. Sehingga aku bisa mengiriminya foto yang kuambil sudah cukup.
Saat antrean bergerak dan aku semakin dekat ke depan, aku mulai gugup. Tentu saja, aku menantikan giliranku, tapi tanganku benar-benar gemetar. Karena ada lebih banyak orang yang menunggu di belakangku sekarang, aku mulai mempersiapkan kamera dulu sehingga aku dapat segera mulai mengambil foto.
Mengingat betapa populernya gadis ini, mengambil hanya satu atau dua foto adalah yang terbaik, tapi semua fotografer lain yang lebih dulu memotretnya jelas mengambil lebih dari itu. Karena Ai mengatakan kepadaku kalau tidak sopan mengambil terlalu banyak, aku memutuskan untuk mengambil sekitar setengah lusin.
Ketika giliranku akhirnya tiba, aku mendekati cosplayer itu, yang memiliki senyum yang terlihat permanen terpampang di wajahnya. Baginya, ini mungkin sudah menjadi rutinitas.
"Hai, yang di sana!" Katanya.
“H-Hai. Katakan chiss, kurasa…” jawabku sambil mengarahkan lensa kamera ke arahnya.
Aku mengubah angle dan zoom seperti yang diajarkan Kokoro padaku. Cosplayer itu jelas sudah terbiasa dengan hal semacam ini, karena dia mengubah pose setiap kali aku memencet tombol rana. Jadi beginilah cara cosplayer berpengalaman bekerja...
Beberapa saat kemudian, aku sudah mengambil lima foto.
Aku berterima kasih padanya karena sudah berpose dan menurunkan kameraku, dan dia mengucapkan terima kasih kembali. Tapi tentu saja, pergi begitu saja akan membuat semuanya sia-sia.
“J-Jika kamu tidak keberatan, tolong terima kartu namaku…” kataku, dengan hati-hati menyerahkannya padanya.
"Oh terima kasih!" katanya, dengan sopan menerimanya.
"A-Aku bisa mengirimimu foto-foto yang kuambil jika kamu mau!"
"Oh benarkah? Itu bagus! Terima kasih! kamu dapat menghubungiku di sini, ” katanya, mengambil buku sketsa yang ada di sampingnya dan membukanya untuk memperlihatkan nama dan akun Twitternya. Seluruh gerakannya benar-benar lancar seolah itu seperti sesuatu yang selalu dia ulang berkali-kali.
Aku mengucapkan terima kasih dan mengambil foto informasi itu.
Apakah hanya ini yang bisa kulakukan? Dia akan melupakanku dalam lima menit jika interaksi kami hanya seperti ini.
Aku ingat sesuatu yang Ai katakan padaku: salah satu hal yang paling dihargai seorang cosplayer pujian yang tidak menyeramkan.
“N-Ngomong-ngomong, cosplay Fumikomu benar-benar hebat! Fumiko adalah kesukaanku, jadi senang melihatnya dicosplay dengan sangat baik! Terima kasih banyak!" Kataku, berusaha berbicara secepat mungkin agar tidak membuat orang lain yang mengantre menunggu terlalu lama.
Dia tersenyum. Apakah itu juga rutinitasnya? Aku tidak tahu, tapi dia terlihat sangat bahagia. Aku senang menemukan keberanian untuk memujinya.
Aku harus ingat untuk men-follow dia di Twitter begitu aku pulang ke rumah. Aku tidak tahu apakah aku telah membuat kesan yang baik, tapi itu patut dicoba...
Setelah istirahat, aku menerima pesan LINE dari Kokoro, jadi aku kembali ke tempat di mana kami berencana untuk bertemu. Dia tiba beberapa menit kemudian.
"Apakah aku membuatmu menunggu?" dia bertanya.
“T-Tidak...”
Ini bukan pertama kalinya aku melihat cosplay Unithorn-nya, tapi bahkan dengan semua cosplayer lain untuk dibandingkan dengannya, itu terlihat sangat bagus. Sebenarnya, jika aku harus jujur, itu mungkin cosplay terbaik yang pernah kulihat hari itu.
Jika dia pergi ke area cosplay itu, dia akan membuat orang-orang mengantri dalam hitungan menit, dia akan jadi sangat sibuk hingga dia tidak akan bisa bertemu cosplayer tampan yang sedang dia cari.
“Apakah kau tadi pergi melihat-lihat cosplayer lain?”
“Ya… Yang semuanya sangat imut mereka punya banyak fotografer yang mengantere untuk memotret mereka. Aku berhasil memotret Fumiko dari IMS, sebenarnya, tapi…”
“Kedengarannya bagus! Aku harus melihatnya!" katanya, tidak meninggalkan ruang untuk keberatan.
“Jika kau pergi ke sana,” aku mulai memperingatkannya, “kau akan membuat orang mengantri untuk memotretmu juga. Kau tahu, Unithorn begitu populer dan sebagainya. Jadi kau mungkin tidak akan bisa meninggalkan area itu selama sisa pagi ini. ”
Sebenarnya, itu karena keimutannya daripada pilihan karakternya yang kupikir akan menarik perhatian, tapi aku benar-benar tidak ingin mengakuinya.
"Benarkah?! Akan sangat menyenangkan jika ada banyak fotografer hebat yang memotretku. Dengan begitu, aku bisa mengunggahnya... Tapi aku ingin menikmati festivalnya,” jawabnya.
“Sekarang aku kepikiran ini, apakah kau tidak masalah kalau fotomu beredar di internet? Para fotografer bisa mengunggahnya di akun mereka sendiri, tahu?”
Dulu, Kokoro mengatakan kepadaku kalau dia hanya mengunggah foto-foto yang sudah banyak diedit sehingga tidak ada kenalannya di dunia nyata yang bisa mengenalinya dan tahu kalau dia adalah seorang otaku. Tapi tidak jarang aku melihat thread di internet di mana orang-orang memposting semua foto cosplayer yang berhasil mereka ambil selama acara seperti ini, bahkan tanpa izin.
“Aku jadi kepikiran, dan kupikir itu... heh, itu tidak terlalu penting. Teman-temanku di dunia nyata tidak akan mencari foto cosplay di internet, dan bahkan jika mereka melihatnya, aku bisa memberi tahu mereka kalau itu adalah seseorang yang kebetulan mirip denganku. Dengan wig, lensa kontak berwarna, dan riasan ini, mereka mungkin akan percaya padaku.”
"Oh, begitu ya..."
Tak lama kemudian, kami tiba di area di mana para cosplayer sedang melakukan sesi foto.
"Lihat, lihat! Ada cosplayer di mana-mana! Ada Yumeno☆Saki! Dan itu adalah grup IMS! Mereka sangat imut! Ohhh, di sana! Gadis-gadis itu melakukan crossdress menjadi karakter A4! Mereka terlihat sangat bagus!”
Kokoro memekik ke kiri, kanan, dan tengah saat dia melihat cosplayer demi cosplayer.
"Apakah kau ingin berkeliling sementara aku memotret mereka, atau sebaiknya kita mengambil fotomu dulu?" aku bertanya padanya.
“Um... Mari kita ambil fotoku dulu, tapi hanya beberapa. Kemudian kita bisa berjalan-jalan dan melihat-lihat cosplayer lainnya. Oh, beri tahu aku jika kau melihat cosplayer yang kau suka!” dia berkata.
Aku mengeluarkan kamera, memasang lensa, dan menggantungkannya di leherku.
"Baiklah kalau begitu. Kapan pun kau siap, ” kataku padanya.
Kokoro memulai dengan melakukan salah satu pose Unithorn yang sudah dilatihnya dengan baik. Bahkan melalui kamera, dia terlihat sangat imut. Sadar akan kurangnya bakat artistikku, aku mengambil gambar sebanyak mungkin dari berbagai angle, berharap salah satunya akan membuatnya dan cosplaynya bersinar. Jika aku mengambil banyak foto, setidaknya salah satunya harus cukup bagus untuk diunggah ke Twitter.
Setelah aku mengambil sekitar sepuluh foto, Kokoro melihat ke arahku dengan ekspresi sangat terkejut di wajahnya. Penasaran, aku berhenti dan melihat ke arahnya. Ternyata, dia memang melihat ke belakangku, jadi aku berbalik... dan melihat antrean fotografer menunggu untuk mengambil fotonya setelahku. Mereka mungkin tidak tahu kalau aku adalah fotografer pribadinya, kupikir, jadi mereka pasti berasumsi kalau aku hanyalah seorang pria acak yang ingin memotretnya. Aku melakukan satu-satunya hal yang masuk akal bagiku: minggir dan membiarkan orang berikutnya memotret.
“Hei, cosplay yang bagus,” kata fotografer itu sambil tersenyum ke arah Kokoro.
"Apa...?! A-Ah! T-Terima kasih!” dia menjawab, dengan cepat kembali berpose. Namun, kali ini dia terlihat jauh lebih kaku dan dibuat-buat.
Pria itu mengambil tujuh atau delapan foto dan berterima kasih pada Kokoro, mengambil salah satu kartu nama dari tasnya dan menyerahkannya padanya. Satu selesai, tapi masih banyak yang lain. Beberapa fotografer hanya mengambil beberapa foto, sementara yang lain mengambil lebih dari selusin, yang jelas memakan banyak waktu.
Seperti yang kutakutkan...
Antrean itu semakin lama semakin panjang. Bahkan jika itu berhenti bertambah, mungkin sudah ada cukup banyak orang di sana untuk mengisi seluruh pagi kami. Namun, karena Kokoro sendiri mengatakan kalau dia ingin fotografer hebat—aku jelas tidak termasuk—memotretnya, kupikir lebih baik tidak ikut campur. Meski begitu, aku tidak memiliki keberanian untuk memulai percakapan dengan cosplayer lain, dan lewat di depan orang lain sepertinya bukan ide yang bagus, jadi aku hanya berdiri di sana, menunggu.
Kuperhatikan dalam beberapa detik antara waktu salah satu fotografer pergi dan yang berikutnya menggantikannya, Kokoro menatapku seolah mati-matian mencoba memberitahuku sesuatu. Penasaran, aku berjalan ke arahnya.
“Aku baru saja melihat cosplayer tampan bercosplay menjadi Toppo dari HypMic! Dan juga dia mungkin laki-laki!” dia berbisik, jelas bersemangat.
HypMic, kependekan dari Hypnotic Mic, adalah salah satu game kesukaan Kokoro. Itu dibintangi beberapa seiyuu yang memerankan berbagai rapper tampan.
"Ya? Di mana?"
“Dia baru saja melewati kita!”
"Apa—"
“Permisi…” salah satu fotografer menyela, seolah bertanya apakah sudah gilirannya.
Kokoro dan aku memiliki waktu yang terbatas, dan tempat acara ini sangat besar. Jika kami tidak buru-buru, kami mungkin tidak akan dapat menemukan cosplayer yang disukainya lagi.
"Apa yang harus kulakukan...?" Kokoro bergumam pada dirinya sendiri.
Dia mungkin tidak punya pilihan sekarang... Aku harus membantunya kalau begitu!
“M-Maaf! Dia ingin pergi ke kamar kecil! Bisakah kita hentikan sesi fotonya sebentar?” Aku berteriak pada antrean fotografer yang menunggu.
"Hah?!"
Kokoro menatapku, setengah bingung, setengah malu. Orang-orang dalam antrean terlihat sama terkejutnya. Sayangnya, itu adalah ide terbaik yang bisa kudapatkan dalam waktu sesingkat itu...
“Ayo pergi, Nishina! Ke kamar kecil!” Aku memberitahunya.
"Apa...?! O-Oke. Maaf, semuanya!”
Dia membungkuk meminta maaf kepada para fotografer, membereskan barang-barangnya, dan mengikutiku.
“Ada apa denganmu, Ichigaya?! Apa-apaan semua ini?!” Kokoro bertanya saat kami berlari.
“Itu satu-satunya cara untuk menyingkirkan orang-orang itu! Sekarang, kemana perginya cosplayer itu?”
“Cosplayer yang mana?”
“Cospleyer tampan itu! Yang katamu mengcosplay karakter HypMic!”
"O-Oh, jadi kau mencoba... Bagaimanapun, dia pergi ke sana!"
Kami mulai berlari ke arah yang dia tunjuk, mengabaikan tatapan aneh yang diarahkan pada kami.
"Sekarang aku mengerti..." lanjutnya. “aku tidak ingin mengecewakan orang-orang itu, jadi terima kasih, kurasa. Tapi apakah kau benar-benar harus mengatakan padanya semua orang itu kalau aku harus kamar kecil?! ”
Aku tidak tahu apakah Kokoro mencoba berterima kasih padaku atau dia marah lagi padaku.
“Lalu apa yang harus kukatakan?! Itulah satu-satunya cara untuk mengeluarkanmu dari sana tanpa terlihat tidak sopan. “Yang lebih penting, apakah kau melihat pria yang kau maksud atau tidak?”
“Hm? Aku, eh—Oh! Itu dia!"
Dia tiba-tiba berhenti, aku juga berhenti. Aku melihat ke arah yang dia tunjuk dan menemukan cosplayer tadi berdiri di samping dinding, dengan antrean gadis di sampingnya. Aku tidak begitu tenang tahu karakter HypMic, tapi cosplayer pria agak jarang di sini, dan dia lumayan tampan, jadi aku sekilas mengerti kalau itu memang dia.
Dia memiliki rambut merah cerah dan mengenakan setelan hitam dengan kemeja bergaris.
“Wah! Dia di dekat kita beberapa detik yang lalu dan sekarang dia sudah punya antrian yang sangat panjang!”
Bahkan cosplayer pria pun punya antrean panjang para fotografer—wanita, dalam hal ini—menunggu untuk memotret mereka jika mereka cukup tampan. Dunia tempat para cosplayer hidup adalah dunia yang luar biasa.
“Untuk saat ini, kenapa kau tidak ikut mengantre juga? Kau bisa mendapatkan fotonya dan mencoba mendapatkan kartu namanya,” saranku.
“B-Benar!” katanya, gugup bergabung dengan akhir antrean.
Inilah alasan dia ke sini sejak awal. Aku senang setidaknya kami berusaha mencapai tujuannya.
Aku merasakan ponselku bergetar di saku belakang celana jinsku, jadi aku mengeluarkannya untuk melihat siapa yang meneleponku.
"Apa...?"
Itu Elena, yang seharusnya berada di atas panggung sekitar satu jam lagi. Kenapa dia menelponku di saat seperti ini?
"Halo? Minami?”
“Hai, Ichigaya. Aku minta maaf karena meneleponmu di saat seperti ini…”
Karena aula ini sangat ramai, aku kesulitan mendengar suaranya.
“Tidak masalah. Ada apa?"
"Apa kamu bisa berbicara denganku sekarang?"
“Yah… tentu saja,” kataku, melirik ke arah Kokoro. Akhirnya gilirannya, dan dia adalah yang terakhir dalam antrean. Setelah mengambil beberapa foto dan memberikan kartu namanya pada cosplayer itu, dia sekarang mengobrol dengannya.
Bagus untukmu, Nishina. Sepertinya kau akan mengobrol dengannya sebentar. Tepat waktu.
"Aku baru saja selesai bersiap-siap," kata Elena, "sekarang aku sedang menjelajah internet di ponselku, dan..."
Suaranya gemetar. Mungkinkah ini semacam keadaan darurat?
"...orang-orang tahu kalau aku adalah Emily Saionji..."
"Apa?!"
Kata-katanya mengejutkanku. "Benarkah? Tapi bagaimana bisa?!"
“Baru-baru ini, aku mendapatkan peran pertamaku jadi seiyuu karakter pendukung di anime. Sebuah klip dari acara TV diunggah di internet, dan seseorang mencari informasi tentangku di situs web perusahaan. Kemudian mereka membandingkan suaraku dengan video YouTube-ku... Semua itu terjadi antara tadi malam dan pagi ini. Waktunya sangat buruk!”
"Pagi ini? Jadi mereka baru tahu?!” tanyaku, berusaha mengecilkan suara sebisa mungkin.
"Ya. Aku memeriksa akun Twitter-ku — yang akun seiyuu. Pengikutku meroket, jadi aku mencari alasannya dan menemukan thread di 3chan, di mana seseorang memposting tentang itu. Banyak orang men-tweet itu dan beritanya menyebar! Aku belum bisa membaca seluruh thread di 3chan itu, tapi aku membaca beberapa postingan dari orang-orang yang menghadiri WonFes hari ini yang berencana untuk melihat penampilanku.”
"Apa? Apakah kamu serius?"
"Sangat serius. Satu-satunya fotoku yang ada di internet adalah yang ada di situs web perusahaan, dan itu sudah benar-benar lama. Jadi orang benar-benar ingin melihat wajah asli Emily untuk pertama kalinya. Tidak ada yang diizinkan untuk mengambil foto selama pertunjukan, tapi sudah ada posting yang mengatakan kalau mereka akan mengambil foto dan mengunggahnya ke thread itu!”
Elena terdengar seperti dia akan mulai menangis. Akhirnya, seseorang menemukan identitasnya. Selama dia menjadi seiyuu dan VTuber, itu tidak dapat dihindari. Tapi ini benar-benar waktu yang buruk. Dia sudah gugup untuk harus tampil di atas panggung dengan pakaian terbuka, tapi sekarang dia juga harus menghadapi beban harapan dari penggemar Emily dan orang-orang yang akan mencoba mengambil fotonya tanpa izin. Tahu ini adalah pertama kalinya dia tampil di atas panggung, aku merasa tidak enak untuknya.
“Tidak banyak waktu tersisa sebelum pertunjukan, tapi aku benar-benar bingung dan tanganku gemetar, aku panik dan menelponmu. Aku minta maaf..."
"Tidak apa-apa. Aku benar-benar mengerti. Tidak ada alasan untuk meminta maaf! Jika aku dapat membantumu dengan cara apa pun, aku akan melakukannya! ”
Kuharap aku bisa melakukan sesuatu yang lebih, tapi saat ini, membantunya untuk tenang adalah prioritas utamaku.
"Terima kasih... Harus tampil dengan kostum ini di depan para penggemar Emily membuatku sangat takut, tapi aku bahkan lebih takut tidak bisa memenuhi harapan mereka..."
“Minami...”
Bahkan pada saat seperti ini, Elena lebih memikirkan penggemarnya. Dia benar-benar peduli dan memiliki pola pikir seorang profesional.
"Jangan khawatir! Tidak ada penggemar Emily yang akan kecewa denganmu! ”
Aku mencoba yang terbaik untuk menemukan kata-kata yang bisa menghiburnya. Tentu saja, kata-kata itu jujur ...
"M-maaf, tapi di sini sangat berisi hingga aku tidak bisa mendengarmu..." katanya. Aku sendiri juga kesulitan mendengarnya.
Tidak mungkin... Bahkan jika kita bisa mendengar satu sama lain dengan lebih baik, menyemangatinya lewat telepon tidak akan terlalu membantu.
“Minami, apakah kamu punya waktu sebentar? Kalau tidak ada yang harus kamu kerjakan, maksudku.”
“I-Iya. Jika hanya sepuluh menit ... "
"Kamu sekarang di mana?"
“Di ruang ganti dekat panggung...”
Aku melihat peta venue ini dan menemukan ruang ganti itu, yang untungnya tidak terlalu jauh dari tempatku saat ini. Itu juga dekat dengan kamar kecil.
“Kalau begitu, bisakah kamu pergi ke kamar kecil? Yang paling dekat dengan tempatmu berada. ”
“Jika aku bertanya pada manajerku, sepertinya dia akan membiarkanku pergi...”
“Bisakah kamu pergi ke sana sendirian? Aku akan menemuimu di sana sebentar lagi, jika tidak masalah denganmu."
"Benarkah?! Kamu akan datang menemuiku? ”
"Ya! Aku akan sampai sana dalam lima menit!"
"T-Terima kasih banyak!"
Pada awalnya, kupikir aku hanya akan mengganggunya jika aku meminta untuk bertemu dengannya secara langsung, tapi karena aku adalah orang yang dia panggil saat panik, mungkin dia merasa aku cukup dapat diandalkan. Yah, mungkin itu hanya karena aku satu-satunya yang tahu rahasianya, tapi tetap saja...
"Oke! Sampai jumpa lagi!" kataku, menutup telepon dan berjalan cepat ke arah Kokoro. Dia masih berbicara dengan cosplayer itu.
Mungkin semuanya berjalan lancar untuknya. Aku akan bertanya padanya nanti.
“Ichigaya! Kamu mau ke mana?!" dia bertanya ketika dia melihatku mendekat, meskipun masih berada di tengah percakapan. Seringai di wajahnya sudah cukup bagiku untuk tahu kalau itu berjalan lancar.
"Aku minta maaf! Ini semacam keadaan darurat. Aku akan kembali sekitar lima belas menit lagi... dua puluh menit, paling lama! Aku akan mengirimimu pesan saat aku kembali!"
"Hah?! Ada apa?” dia bertanya, tapi aku membiarkannya kebingungan dan dengan cepat berjalan menuju tempat itu.
Aku merasa tidak enak karena tidak menjelaskan situasinya pada Kokoro, tapi dia sepertinya bersenang-senang mengobrol dengan pria itu, jadi kupikir dia tidak akan terlalu keberatan. Lagipula aku tidak bisa memberitahunya tentang apa yang terjadi pada Elena, karena itu masih harus dirahasiakan.
Ada begitu banyak orang di sekitar sini sehingga lari akan berbahaya, jadi aku berjalan secepat yang kubisa untuk ke sana. Elena sudah ada di sana.
Sekarang aku kepikiran, aku seharusnya memilih tempat yang lebih baik untuk bertemu... Yah, setidaknya itu mudah ditemukan.
“Ichigaya!”
Dia sangat imut dan seksi mengenakan kostum itu hingga aku harus memalingkan muka, jangan sampai jantungku meledak. Ugh, ini bukan waktunya untuk sesuatu seperti ini!
“M-Minami! Apakah kamu baik-baik saja?"
Dia tampak sangat pucat, dan aku tidak bisa menyalahkannya dalam keadaan seperti itu.
Aku melihat sekeliling untuk memastikan apakah ada yang memperhatikan kami, tapi untungnya tidak. Meskipun identitasnya sudah bocor di internet, dia masih belum begitu terkenal.
"Aku tahu aku harus menghadapi ini," katanya. "Ini adalah pekerjaanku. Aku tidak boleh membiarkan rasa takutku menghalangiku, tapi jika aku memikirkan para penggemar... Mereka mungkin akan mengatakan kalau aku tidak tampak seperti Emily atau Emily tidak akan pernah mengenakan kostum seperti ini. Mereka mungkin akan marah padaku dan menyuruhku mengembalikan Emily mereka! aku sangat takut…”
“Minami...”
Kami tidak punya banyak waktu. Aku harus menghiburnya sebelum pertunjukan dimulai, dan aku perlu menemukan kata-kata yang tepat untuk itu. Itu sebabnya aku ke sini.
“Tidak ada yang akan berpikir begitu! Aku tahu itu! Aku sudah lama menjadi penggemar Emily. Semua penggemar Emily tahu betapa seriusnya dia bekerja. Ini adalah pertama kalinya kamu bercosplay, kamu melalui begitu banyak kesulitan untuk mempersiapkannya. Kamu terlihat sangat menawan aku hampir tidak percaya ini adalah pertama kalinya kamu bercosplay! Para penggemar hanya akan lebih menghargai Emily karena itu!”
“I-Ichigaya...”
“Dan aku adalah penggemar berat Emily. Aku sudah menonton semua videonya dan aku bahkan menonton siaran langsungnya kalau aku bisa, dan aku membaca semua tweet-nya! Aku sudah menjadi penggemarnya sejak lama, sebelum aku bertemu denganmu.”
"Hah? O-Oh…”
Elena menatapku, tercengang.
“Dan ketika aku bertemu kamu dan tahu kalau kamu adalah gadis di balik Emily Saionji, aku sama sekali tidak kecewa! Ketika orang membayangkan seiyuu Emily, mereka membayangkan seorang gadis sepertimu.”
Dia terus mendengarkan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“Sebagai seorang penggemar, tahu kalau Emily diisi suaranya oleh seorang gadis imut sepertimu itu sungguh luar biasa!”
“I-Imut...?!”
Sampai saat ini, aku tidak pernah menemukan keberanian untuk memberitahunya tentang itu karena itu sangat memalukan, tapi itulah yang selalu kupikirkan. Itu tidak lain adalah kebenaran — dia terlihat seperti karakternya, dia sama imutnya. Aku tidak bisa membayangkan banyak penggemarnya akan mengeluh.
Setelah mendengar itu, wajah pucat Elena memerah.
“T-Tidak hanya imut, tapi kamu juga punya gaya seperti yang kubayangkan, dan kamu juga memiliki tubuh yang bagus! Sama bagusnya dengan Emily! Dan dengan kostum yang kamu kenakan hari ini, para penggemar akan tahu itu!”
"Apa?!" serunya, wajahnya semakin memerah.
A-Apa yang baru saja kukatakan padanya?! Aku pasti terdengar sangat menjijikkan!
“A-aku minta maaf! Tidak bermaksud mengatakan sesuatu yang aneh. Yang kumaksud adalah kamu terlihat dan terdengar sangat mirip dengan Emily. Kepribadianmu, tentu saja, sama seperti dia. Jadi kupikir para penggemar akan senang mengetahui kalau kamu adalah orang di baliknya! Aku memberitahumu ini sebagai penggemar, jadi mungkin... tidak, ini pasti benar!”
Elena terus menatapku, wajahnya masih merah. Aku ingin dia tahu apa yang sebenarnya dipikirkan oleh seorang penggemar sejati, tapi aku takut aku akan dianggap menjijikkan. "Kamu imut," mungkin tidak masalah, tapi "Kamu memiliki tubuh yang bagus," mungkin terlalu berlebihan.
Saat aku berpikir kalau aku seharusnya tidak membuka mulutku, Elena mengeluarkan suara yang agak tidak terduga.
"Hehehe..."
Apakah dia... tertawa?
“Kamu tahu,” katanya, “Aku sangat takut dengan reaksi para penggemar setelah mereka mengetahui itu. Hingga aku tidak bisa naik ke atas panggung. Tapi... ini sangat aneh. Sekarang aku tidak takut lagi.”
“Minami?”
“Aku tidak tahu apa yang akan dipikirkan orang lain. Setidaknya, aku tidak tahu sampai pertunjukan ini selesai. Tapi sekarang, salah satu penggemar Emily... kamu mengatakan itu padaku. Dan itu cukup memberiku kekuatan untuk naik ke sana. Jadi terima kasih.”
“O-Oh, aku tidak melakukan sesuatu—”
"Aku harus pergi," katanya sambil melihat jam tangannya. Kemudian dia kembali menatapku, senyumnya yang tenang berubah menjadi seringai yang berseri-seri.
“Sampai jumpa lagi, Ichigaya.”
“S-Sampai jumpa lagi! Semoga berhasil!"
Aku diam di sana, melihatnya berjalan kembali ke ruang ganti.
Begitu dia pergi, aku mengeluarkan ponselku dan melihat kalau Kokoro mengirimiku beberapa pesan.
"Kau ada di mana?! Ini sudah hampir waktunya untuk pertunjukan Minami!!!”
Dan kemudian:
“Aku menuju ke panggung! Aku akan mengamankan tempat duduk untukmu, jadi hubungi aku ketika kau selesai dengan urusanmu!!!”
Aku buru-buru melakukan apa yang diperintahkannya.
“Aku minta maaf, Nishina! Aku akan ke sana segera!"
“Pertunjukannya akan segera dimulai! Kau ada di mana?!"
“Di dekat sana!”
"Aku di baris ketiga dari depan, di kursi paling kanan!"
"Dimengerti! Aku akan ke sana!"
Aku berlari ke sana dan mengambil tempat duduk di sebelah Kokoro, yang segera bertanya dari mana aku.
"Aku minta maaf! Itu hanya... kau tahu..."
“Tunggu, apakah kau datang dari sana? Di sana itu arah kamar kecil. Jadi kau yang sebenarnya ingin pergi ke kamar kecil!”
"Yah, haha, kurasa begitu ..."
Karena aku tidak bisa memberitahunya tentang Elena, aku berbohong. Untungnya, aku tidak perlu menjelaskannya lebih jauh karena sudah waktunya pertunjukan dimulai.
"Halo semuanya!"
Elena melangkah dengan percaya diri ke atas panggung. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya.
“Terima kasih semuanya sudah datang! Hari ini kami akan memperkenalkan l Became the Strongest Paladin in Another World, sebuah anime baru yang akan mulai tayang pada bulan Juli nanti. Aku Elena Minami-Williams, seiyuu baru dan pembawa acara kalian. Kuharap kalian semua menikmati pertunjukannya!”
Aku tidak percaya kalau beberapa menit yang lalu dia terlihat seperti akan menangis...
Elena tidak terlihat gugup sedikit pun. Dia sangat berani dan energik hingga kau akan berpikir dia adalah pembawa acara profesional yang sudah sering melakukan pekerjaan semacam ini.
"Wow! Dia hebat!" Kokoro berbisik.
Komentar itu membuatku tersadar dari fokusku pada Elena, dan aku melihat orang-orang yang duduk di dekat kami.
Di sini ada orang yang datang untuk melihat seiyuu Emily... dan bahkan ada beberapa yang akan mencoba untuk memotretnya...
Ada sebuah tanda besar di atas panggung bertuliskan "DILARANG MEMOTRET," aku bertanya-tanya apakah ada orang yang benar-benar akan melanggar itu. Paling tidak, aku tidak bisa melihat siapa pun yang memegang kamera atau ponsel di tangan mereka.
Elena segera ditemani oleh sutradara anime itu dan beberapa seiyuunya. Dia melakukan pekerjaannya dengan sempurna, memperkenalkan setiap bintang tamu satu per satu. Sedangkan untuk penonton, sebagian besar tampak bertepuk tangan, menjerit-jerit kegirangan, dan secara umum menikmati pertunjukan. Tidak ada yang menyebabkan masalah sejauh yang bisa kulihat.
“Dia sangat hebat dalam hal ini, dan dia terlihat sangat cantik! Dia luar biasa!" Kokoro berbisik kegirangan.
"Aku tahu. Dia benar-benar hebat, ” kataku, memperhatikan Elena dengan kekaguman.
“Dan inilah akhir dari pertunjukan kami! Terima kasih telah datang, dan harap nantikan I Became the Strongest Paladin in Another World!”
Setelah tiga puluh menit, pertunjukan selesai. Elena tidak melakukan kesalahan sekali pun. Sangat melegakanku, tidak ada orang di kerumunan yang melakukan sesuatu yang mencurigakan atau bahkan menyebut nama Emily.
“Dia sangat keren tadi… Maksudku, dia benar-benar terlihat profesional. Aku tidak percaya aku berteman dengan seseorang yang sangat keren! Hm? Ichigaya?”
Aku terlalu sibuk melihat ponselku dan tidak terlalu mendengar kata-kata Kokoro. Elena yadi bilang kalau orang-orang sudah mulai menyebarkan berita tentang identitasnya, jadi kupikir ini saat yang tepat untuk mencari tentang "Emily Saionji" di Twitter.
(Jika kau mengatakan sesuatu tentang seiyuu Emily Saionji, aku akan menganggapmu seorang hater.)
Itu adalah tweet pertama yang muncul. Berbicara tentang identitas VTuber sering dianggap tabu, dan ini adalah seorang penggemar yang bermain sesuai aturan. Aku terus membaca tweet terkait lainnya.
(Apakah benar mereka sudah tahu siapa di balik Emily Saionji?)
(Seseorang tolong tunjukkan padaku seperti apa seiyuu Emily Saionji yang asli!)
Saat menggulir melewati semua tweet biasa itu, aku menemukan beberapa tweet yang lebih menonjol:
(Aku melihat gadis yang mengisi suara Emily Saionji dan dia seperti... benar-benar Emily Saionji. Seolah itu benar-benar dia.)
(EMILY ASLI.)
Ini jelas orang-orang yang pernah melihatnya di atas panggung, dan mereka terdengar antusias. Aku terus menggulir, tapi tidak ada satu orang pun yang mengeluh tentang Elena, juga tidak ada satu foto pun.
Semuanya berjalan baik pada akhirnya...
Aku merasa sangat lega, dan sebagai penggemar beratnya, aku benar-benar senang tentang semua itu.
“Kenapa kau menyeringai? Ayo pergi," kata Kokoro.
“Oh, baiklah.”
“Mungkin aku harus mengirim pesan ke Minami…” kataku, saat kami meninggalkan tempat duduk kami. Aku ingin mengucapkan selamat kepadanya karena melakukannya dengan sangat baik, tapi mungkin ini bukan waktu yang tepat baginya untuk mengangkat telepon.
“Oh, benar! Aku juga harus melakukannya!”
Kokoro dan aku berhenti tepat di luar area panggung dan mengirim pesan kepada Elena. Aku memutuskan untuk memberi tahu dia apa yang kutemukan di Twitter, karena dia mungkin masih belum punya waktu untuk mencarinya sendiri, dan aku tidak ingin dia mengkhawatirkan itu lagi.
“Kamu melakukannya dengan baik! Kamu menjadi pembawa acara yang luar biasa hingga aku tidak bisa berkata-kata. Aku mencoba mencari tentangmu di Twitter, dan semua orang menyukaimu! Mereka bilang kamu seperti Emily Saionji di dunia nyata!”
Aku tahu penggemar Emily akan mencintainya. Aku ingin tahu apa yang akan dikatakan penggemar yang kecewa, jika ada.
"Oke, terkirim!" kata Kokoro. “Aku lupa memberitahumu tentang ini, sepertinya Iroha dan Mikoto juga datang ke sini!”
"Apa? Benarkah?!"
"Ya! Mereka memposting tentang itu di Twitter. Mereka juga bercosplay, kau tahu?”
“Aku tidak tahu...”
Mungkin normal bagi gadis yang bekerja di maid café untuk suka bercosplay. Aku juga ingin melihat cosplay mereka...
"Aku akan mencoba mengirim pesan kepada mereka," katanya.
"Kedengarannya bagus. Oh, sekarang aku kepikiran, bagaimana dengan cosplayer pria yang kau incar itu?” aku bertanya padanya. Aku begitu sibuk memikirkan Elena hingga aku lupa bertanya tentang itu sampai sekarang. Saat aku menyebut namanya, wajah Kokoro langsung berseri-seri.
Dia benar-benar luluh ...
“Dia pria yang sangat keren!”
"Begitu ya... Apakah kau bisa mengobrol banyak dengannya?"
"Ya! Sedikit! Dia bilang dia suka kostumku! Kami bahkan saling mengikuti di Twitter!” katanya, tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
“Meskipun kau baru saja bertemu dengannya? Aku merasakan déjà vu sekarang ... "
“Yah, aku mengerti kenapa kau mengira dia hanyalah Bambi yang lain, tapi aku merasa kalau kali ini berbeda, kau tahu? Dari semua gadis yang kulihat datang memotretnya, aku satu-satunya yang dia sempatkan untuk diajak mengobrol dan bertukar kontak. Kupikir itu juga karena aku adalah yang terakhir mengantre. Dan dia tidak terdengar putus asa untuk berkenalan denganku seperti Bambi. Itu seolah kami berdua memiliki batasan, jika kau mengerti? ”
"Uh-huh," jawabku, tidak yakin. Aku tahu kalau Kokoro akan kehilangan semua rasa penilaiannya jika itu menyangkut pria tampan, aku berjanji pada diriku sendiri untuk bertanya lebih banyak tentang dia nanti.
“Oh, Iroha membalas! Dia bilang mereka akan—”
“Heart-chan! Ichi! Sudah cukup lama, ya!"
“Nishina dan Ichigaya! Senang melihat kalian berdua.”
Sebelum Kokoro bisa menyelesaikan kata-katanya, Iroha dan Mikoto datang mengenakan kostum cosplay karakter IMS. Iroha menjadi Karen Nanjo, dan Mikoto menjadi Kaede Takagi, keduanya dalam kostum pertunjukan mereka yang baru. Kostum mereka terlihat bagus, tapi yang membuat mereka menonjol adalah betapa cocoknya penampilan kedua gadis itu dengan karakter pilihan mereka.
“Karen dan Kaede! Terlalu imut! Kalian berdua imut!" Kokoro menjerit.
"Cosplaymu dari Adore Lane, ‘kan?" tanya Iroha.
“Aku tidak tahu kalian berdua suka bercosplay,” kataku.
“Aku sudah lama jadi cosplayer, tapi aku tidak ingin pergi sendiri jadi aku mengajak Mikoto untuk ikut denganku.”
"Itu benar. Ini sebenarnya pertama kalinya untukku. Iroha mengajariku segalanya tentang cosplay. ”
“Bagaimana denganmu, Ichi? Kenapa kau tidak bercosplay?” Iroha bertanya, terdengar sedikit kecewa.
"Apa? Kenapa aku harus bercosplay juga?!”
“Kau tahu, aku juga bereaksi seperti itu ketika Iroha pertama kali menyarankan agar aku pergi bersamanya. Tapi dia berhasil meyakinkanku. Mungkin jika kamu memiliki sedikit lebih banyak keberanian, kamu akan bercosplay juga ... "
"Keberanian tidak akan membuatku terlihat bagus!" Balasku.
“Hm? Kau menyeret itu ke mana-mana? ” Iroha bertanya, menunjuk ke tas Kokoro.
"Iya, memangnya kenapa?"
“Ada tempat di mana kau bisa menyimpan barang-barangmu secara gratis, kau tahu?”
"Benarkah?! Aku sudah membawa barang-barang ini sepanjang hari! ”
"Akan kutunjukkan padamu, ayo ke sini."
"Terima kasih banyak!"
“Oh, aku harus ke kamar kecil, jadi aku akan ikut kalian berdua karena arahnya sama,” tambah Mikoto.
Aku merasakan ponselku bergetar—itu adalah pesan dari Elena.
"Terima kasih banyak. Aku sebenarnya punya sedikit waktu luang sekarang. Apakah kamu ingin bertemu? Aku ingin mengucapkan terima kasih ... "
"Kau akan menunggu di sini, Ichigaya?" Kokoro bertanya padaku.
“Oh, y-ya! Aku akan tetap di sini!"
“Oke, sampai jumpa nanti. Aku akan mengirimimu pesan jika kami tidak dapat menemukanmu.”
"Oke, baiklah," kataku, dan ketiga gadis itu pergi.
Ketika mereka sudah tidak terlihat, aku dengan cepat mengirim balasan ke Elena.
"Tentu saja! Dengan senang hati! Aku masih di dekat area pertunjukan!”
“Aku akan ke sana kalau begitu! Aku akan sampai dalam beberapa menit."
Aku terkejut aku bisa melihat Elena lagi begitu cepat setelah pertunjukan, aku senang. Dia muncul beberapa menit kemudian, seperti yang dijanjikannya, setelah ganti mengenakan pakaian biasanya dengan topi dan masker. “Ah, Minami!”
"Maaf membuatmu menunggu! Di mana Nishina...?” Elena bertanya.
“Salah satu kenalan kami menunjukkan padanya tempat untuk menyimpan tasnya. Dia baru saja pergi.”
"Jadi begitu..."
“Ngomong-ngomong, Minami, kerja bagus! Kamu sempurna! Aku tidak percaya ini adalah pertama kalinya kamu di atas panggung. Tidak ada yang akan menduga betapa gugupnya kamu sebelum pertunjukan!” Kataku.
“Sebenarnya, itu semua berkatmu.”
"Apa? Aku?"
“Setelah berbicara denganmu, semua kecemasanku hilang, dan aku bisa naik ke atas panggung dan melakukan yang terbaik,” katanya, melepas masker dan menunjukkan senyumnya yang menakjubkan. “Kamu membuatku sadar kalau bahkan jika akan ada beberapa penggemar akan kecewa, setidaknya seseorang akan siap menerimaku. Dan hanya itu yang kubutuhkan. Aku tidak akan bisa melakukannya tanpamu.”
Aku tidak tahu kalau kata-kataku membuat kesan seperti itu padanya ...
“Kamu sudah banyak membantuku. Dan kamu begitu baik hingga aku akhirnya mengandalkanmu lagi dan lagi. Hari ini aku panik dan meneleponmu tanpa mempertimbangkan kalau kamu mungkin sedang sibuk. Tapi kamu membantuku lagi, dan mengatakan semua hal yang perlu kudengar. Dan itu bukan hanya hari ini. Kamu selalu ada untukku saat aku membutuhkan bantuan…”
Untuk beberapa alasan, meskipun dia tersenyum, dia terdengar seperti akan menangis.
"A-Aku tidak melakukan sesuatu yang sehebat itu," kataku, meskipun kata-katanya membuatku sangat senang.
“Selama ini, aku selalu mengagumi gadis-gadis yang kuat dan keren. Aku berpikir jika aku akan jatuh cinta pada seseorang, itu hanya akan terjadi dengan gadis seperti itu. Sampai sekarang, begitu.”
"Hah?"
Apa yang coba dia katakan?
Dia menatapku dengan air mata di matanya, berhenti sejenak sebelum berbicara lagi.
“Aku akhirnya menyadari sesuatu. Ichigaya... kamulah orang yang kuinginkan.”
Oh.
Tunggu...
Apa?! Apa yang kudengar itu benar?!
Kejutan itu membuat otakku berhenti bekerja.
Itu pastilah terdengar seperti... pengakuan cinta. Pengakuan cinta yang romantis. Seperti... Minami menyatakan cintanya pada... aku?!
Dia mulai berbicara lagi, kali ini tergagap dan wajah memerah sampai ke telinganya. “A-Ah, a-aku, um, sangat... Apa yang kukatakan?! T-Tolong lupakan itu! Aku tidak percaya aku mengatakan sesuatu seperti itu. A-Aku minta maaf! Aku akan pergi!” katanya, membungkuk padaku, berputar, dan kabur.
Apakah dia... Dia baru saja mengatakan kalau akulah orang yang dia inginkan, ‘kan? Aku tidak mungkin salah dengar. Dia benar-benar menganggapku seperti itu? Apa yang terjadi?!
Terkejut dan membeku di tempat, yang bisa kulakukan hanyalah menyaksikan Elena secara bertahap menghilang ke kerumunan.
Translator: Janaka
Bro, lu tuli apa gimana
ReplyDeleteAma Elena aja 👍