OmiAi - Chapter 94 Bahasa Indonesia


 

Bab 94

"Pagi, Takasegawa-kun."

“Wah!”

Saat Yuzuru menghela nafas,

Tiba-tiba, sebuah suara memanggilnya, dan dia gemetar tanpa sadar.

“…Kau tidak perlu terkejut”

“T-Tidak, aku minta maaf. …Pagi, Nagiri-san.”

Orang yang mendekati Yuzuru adalah seorang gadis tinggi, langsing, dan cantik.

Itu adalah Tenka Nagiri.

"Ya, ini dariku. Aku selalu berhutang budi padamu. Meski ini hanya giri choco.”

“Ah, terima kasih banyak.”

Sepertinya dia datang untuk memberi Yuzuru giri choco.

Yuzuru dengan senang hati menerima cokelat dari Tenka.

“… Dari siapa itu? Itu bukan dari Arisa-san, kan?”

Dia berkata sambil melihat kotak yang terbungkus dengan cantik di meja Yuzuru.

Menurut kesaksian Ayaka, Ayaka dan teman-temannya membuat cokelat bersama-sama … jadi mereka seharusnya tahu kotak dan kemasan untuk masing-masing cokelat yang mereka buat.

Itu sebabnya dia bisa mengetahui kalau itu dari orang lain meski hanya melihat sekilas karena mereka berempat membuat coklat bersama.

“Tidak, aku tidak tahu. Itu sudah ada di atas mejaku sejak sebelum aku sampai di sini… Tidak disebutkan siapa yang mengirimnya.”

Mungkin itu disebutkan di dalam kemasan…

Tidak ada surat atau pesan apa pun, setidaknya di luarnya tidak ada.

“Cokelat dari orang asing… Bagaimana jika itu tidak dibeli di toko?”

"…Tidak ada komentar."

“Yah, kurasa begitu. Aku pikir itu normal. Keselamatanmu adalah hal yang utama. ”

Tenka, menebak dari jawaban Yuzuru, menepuk pundak Yuzuru seolah-olah untuk menghiburnya.

"Menjadi pria yang populer itu sulit."

“Aku tidak sepopuler dirimu. Aku yakin banyak anak laki-laki akan senang mendapatkan cokelat darimu”

Tak perlu dikatakan kalau Tenka juga seorang gadis yang sangat cantik dan sangat populer di kalangan anak laki-laki.

Penampilannya setara dengan Arisa, Ayaka, dan Chiharu (tentu saja, Yuzuru menganggap Arisa adalah yang terbaik).

Banyak anak laki-laki akan senang menerima cokelat dari Tenka.

…Bahkan, anak laki-laki di kelas sepertinya sedang menatap Yuzuru dengan tajam.

“…Aku tidak pandai memasak. Jujur saja, aku tidak berpikir itu seenak buatan Ayaka.”

“Yang penting bukan coklat itu sendiri, tapi siapa yang memberikannya padamu, dan dengan maksud apa.”

Dalam hal ini, cokelat dari pengirim yang tidak dikenal agak sulit untuk ditangani.

Untuk saat ini, Yuzuru memutuskan untuk menyimpan cokelat dari pengirim yang tidak dikenal dan cokelat dari Tenka di tasnya.

Lalu dia bertanya pada Tenka.

“Apa kamu sudah memberikan coklat pada Hijiri?”

“Eh? …K-Kenapa nama Hijiri-kun yang muncul?”

"Tidak, aku tidak punya niat apa-apa."

Ketika dia mengatakan itu, Tenka memalingkan wajahnya dari Yuzuru.

“...Kelas akan segera dimulai.”

“Ah ya. Selamat berjuang.”

“…Bukannya aku harus berjuang atau apa pun itu.”

Setelah mengatakan itu, Tenka berjalan menjauh dari kelas seakan dia sedang melarikan diri.

Sekarang, sudah jam makan siang.

Setelah menyelesaikan makan siangnya bersama Soichiro dan yang lainnya, Yuzuru kembali ke kelas.

Hampir di saat yang bersamaan, ponsel Yuzuru bergetar.

Ketika dia memeriksa untuk melihat dari siapa, ternyata itu adalah pesan dari Arisa.

"Apa kamu menikmati makan siangmu?"

Entah bagaimana, Yuzuru bisa menebak maksud dari pesan Arisa.

Biasanya dia tidak meminta pendapat tentang bentonya saat istirahat makan siang.

Biasanya, setelah makan siang, Yuzuru akan mengirim pesan ke Arisa ketika dia sudah tenang.

Keesokan paginya, ketika Yuzuru menerima bentonya, dia biasanya mengucapkan terima kasih secara langsung dan memberikan pendapatnya.

Karena itu, yang ingin ditanyakan Arisa sekarang bukanlah pendapat Yuzuru tentang bentonya.

Alasan mengapa Arisa bertanya padanya pendapat Yuzuru tentang makan siang hari itu mungkin hanya pembuka percakapan untuknya.

“Hari ini juga enak. Ikan putihnya sangat enak.”

“Aku senang mendengarnya karena aku belum pernah memasukkannya ke dalam bento sebelumnya… Aku memanggangnya dengan bumbu. Apakah baunya amis?”

"Tidak, itu tidak amis."

Biasanya, percakapan akan diakhiri dengan, “–enak” dan “Senang mendengarnya”.

Tapi hari ini, percakapannya sangat panjang.

Jelas bagi Yuzuru kalau Arisa terang-terangan berusaha memperpanjang obrolan.

Kemudian, setelah percakapan singkat …

"Dari siapa cokelat itu?"

Akhirnya, Arisa menanyakan tentang topik utama itu.

Itu hanya sebuah pertanyaan, tidak ada emoticon atau stiker yang digunakan, tapi, entah bagaimana ada aura jahat dan tidak bisa ditutupi.

“……”

Yuzuru mendongak sejenak dan kemudian mengalihkan pandangannya ke kursi Arisa.

Arisa menggenggam ponselnya dengan kedua tangan, menatap layar dengan ekspresi kosong.

... Sangat menakutkan.

"Aku tidak tahu. Tidak ada nama pengirimnya.”

Yuzuru menjawab, dan dibalas dalam sekejap mata.

"Apa kamu mengatakan yang sebenarnya?"

Tidak ada alasan bagi Yuzuru untuk berbohong. 

Entah kenapa, Yuzuru merasa seolah Arisa menuduhnya melakukan sesuatu.

Padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Benar, aku tidak berbohong."

“Apa kamu sudah membukanya?”

"Tidak, belum."

"Tolong buka."

Meski hanya dua kata,

Pesan itu cukup kuat untuk meyakinkan Yuzuru untuk membukanya.

Ketika Yuzuru merasa sedikit bingung, pesan lain datang segera setelahnya.

"Tolong buka."

Itu adalah pesan yang sama.

Yuzuru tanpa berpikir melihat ke arah Arisa. 

Lalu… mata mereka saling bertemu.

Wajahnya tanpa ekspresi.

Yuzuru buru-buru mengetik balasan.

“Aku akan membukanya di toilet sekarang.”

Kemudian Yuzuru segera berdiri seolah melompati dari tempat duduknya dan berlari ke toilet sambil membawa tasnya.


Translator: Exxod

Editor: Janaka

7 Comments

Previous Post Next Post


Support Us