OmiAi - Chapter 73 Bahasa Indonesia


 

Bab 73

Ini adalah hari pertama sekolah setelah libur tahun baru.

Seperti biasa, Yuzuru sedang makan siang bersama teman-temannya.

"Hei, itu kelihatannya hangat."

Soichiro berkata dengan iri sambil melihat kotak makan siang Yuzuru.

Yuzuru mengangguk sambil menyesap sup consommé hangatnya.

"Ah. Sangat menyenangkan bisa makan makanan panas dan sup di musim dingin.”

Yuzuru menggunakan kotak makan siang terisolasi yang juga bisa menampung sup.

Tentu saja, isinya adalah bento buatan Arisa.

Nasi putih, lauk pauk, dan supnya masih hangat.

Sampai sekarang, dia menggunakan kotak bento acak yang dia miliki di rumah, tetapi selama liburan musim dingin, dia memutuskan untuk menggunakan ini.

" Aku juga ingin… ngomong-ngomong, bagaimana saat musim panas? Tidak mudah berjamur kan?”

“Mereka bilang aman karena bakteri tidak bisa berkembang biak saat panas. Ini lebih cenderung rusak jika kau membiarkannya dingin. ”

Rupanya, Arisa juga menggunakan kotak makan siang terionisasi yang sama.

Pengetahuannya tentang memasak sesempurna seperti yang diharapkan dari Arisa.

(Itu benar... jika aku bisa menikahi Arisa, maka aku bisa makan seperti ini selama sisa hidupku.)

Sebaliknya, jika dia melepaskan Arisa, dia tidak akan bisa memakan ini.

Yuzuru memperbarui tekadnya untuk membuat pertunangan itu sukses, menyatakan kalau dia pasti akan menjadikan Arisa jadi miliknya.

“Kenapa kau tersenyum? Wajahmu Menyeramkan…"

"Maaf. Aku sedang memikirkan Arisa.”

Ketika Yuzuru dengan bangga menjawab ucapan Hijiri, dia membuat wajah seolah-olah dia telah memakan gula batu yang direndam dalam madu.

Dia minum teh seakan untuk membersihkan langit-langit mulutnya.

“Kelasku ada pendidikan jasmani nanti…”

Kemudian dia mengatakan itu seolah-olah untuk mengubah topik pembicaraan.

Dia sepertinya sangat tidak nyaman.

"Setelah makan siang…"

"Itu sulit. Terutama saat ini terutama tahun ini.”

Yuzuru dan Soichiro merasa kasihan pada Hijiri.

Bagaimana tahun ini bisa menjadi "kasus" sulit?

Itu karena acara tertentu di sekolah Yuzuru yang akan diadakan sebulan lagi.

"Turnamen maraton."

Pada awal Februari, sekolah Yuzuru mengadakan maraton.

Pada tahun ini, hampir semua pendidikan jasmani dialihkan ke materi lari maraton sebagai latihan untuk acara tersebut.

“Itu… 10 km untuk laki-laki dan 7 km untuk perempuan kan?”

Ketika Yuzuru mengatakan itu, Soichiro mengangguk.

“Itu jarak yang panjang, bukan? Sepuluh kilometer.”

Yuzuru tidak pernah menolak untuk berolahraga.

Dia terkadang lari jarak jauh untuk kesehatannya.

Dia percaya diri dengan daya tahannya.., tapi dia bukan pelari maraton, juga bukan olahragawan biasa.

Begitu juga Soichiro dan Hijiri.

“Yah… itu melelahkan jika kau berpikir tentang berapa km lagi yang harus ditempuh. Tetapi jika berlari tanpa memikirkannya, itu akan segera berakhir. Berdasarkan pengalaman.”

“Kau akan bosan dengan itu… Maraton itu membosankan.”

Kata-kata Yuzuru dijawab oleh Hijiri sambil menghela nafas.

Itu tergantung pada orangnya, suka atau tidak suka lari jarak jauh seperti maraton.

Tapi.. Hijiri sepertinya tidak terlalu menyukainya.

"Kau pikir begitu? Aku suka lari jarak jauh. Karena aku hanya harus berlari dengan pikiran kosong dan menyelesaikannya. Ini lebih mudah daripada olahraga di mana kau harus memikirkan setiap gerakan yang kau akan lakukan.”

Soichiro-lah yang mengatakan itu.

Dia mungkin terlihat serius, tapi sebenarnya dia sedikit pendiam.

Pada saat yang sama, dia adalah pria dengan otak yang encer.

(Jika aku memikirkan Arisa sambil berlari… Tidak, seharusnya aku tidak memikirkannya, karena wajahku akan menyeringai nanti)

Seorang pria yang berlari dengan seringai di wajahnya akan sangat menyeramkan, setidaknya akan terlihat seperti itu.

Yuzuru memutuskan untuk menahan diri.

“Yah… Membosankan berlari tanpa tujuan. Kenapa kita tidak bertaruh? Orang yang paling lambat harus mentraktir makan. Bagaimana?”  

Yuzuru menyarankan, dan dua lainnya menyeringai padanya.

Mereka tampaknya memiliki pemikiran yang sama.

"Aku tidak keberatan."

"Aku juga tidak. Lagi pula, lebih menyenangkan jika punya tujuan.”

Ini adalah bagaimana "pertandingan" diputuskan.

Yuzuru sendirilah yang memulai ide itu, tapi ...dia memutuskan kalau dia harus mengambil kelas pendidikan jasmani sedikit lebih serius.

Sekarang, sepulang sekolah.

Yuzuru berdiri sendirian di depan gerbang sekolah.

Saat dia menunggu sebentar ..., sekelompok gadis datang berjalan ke arahnya.

Mereka adalah gadis-gadis yang sekelas dengan Yuzuru.

Dan ada seorang gadis yang tersenyum ramah saat dia berbaur di antara mereka.

(......Dengan cara itu, dia secara mengejutkan tidak mencolok.)

Saat Yuzuru melihat Arisa mengobrol dengan gadis-gadis itu, sebuah pikiran muncul di benaknya.

Meski Arisa adalah gadis yang sangat cantik, ketika dia berbaur dengan kelompok itu, dia secara mengejutkan tidak mencolok.

Arisa sendiri mungkin mencoba untuk menjaga kehadirannya agar tidak mencolok.

Sebenarnya, pada pandangan pertama, dia tampak bersenang-senang mengobrol dengan mereka.., tapi setelah diamati lebih dekat, orang dapat melihat kalau dia telah mundur selangkah dan hanya mendengarkan percakapan temannya.

Bahkan senyum di wajahnya dipaksakan.

Mungkin itu cara Arisa bertahan.

Ketika seseorang begitu cantik, mereka menarik banyak rasa iri dan cemburu. Jika mereka tidak hati-hati, mereka akan diintimidasi.

Itu akan menjadi cerita yang berbeda jika dia adalah pemimpin dari sebuah kelompok, tapi Arisa tampaknya tidak pandai dalam hal semacam itu.

Itulah mungkin mengapa dia mencoba untuk tetap merendah.

Untuk gadis-gadis lain, menyenangkan mengetahui kalau Arisa yang cantik itu pendiam dan dalam posisi yang relatif "lebih rendah" dari mereka. ……

Ini mungkin pandangan yang terlalu seksis.

[ED Note: seksis, prasangka yang didasarkan pada gender/jenis kelamin.]

Setelah memikirkan itu, Yuzuru mengeluarkan ponselnya dan memainkannya ... Sambil menunggu Arisa berpisah dari gadis-gadis itu di gerbang sekolah.

Dia sudah menyelidiki kalau Arisa adalah satu-satunya yang pulang ke arah yang berbeda.

Kemudian Arisa berjalan menjauh dari gadis-gadis lain dan berbalik.

Pada saat itu, Yuzuru memanggilnya.

“Arisa.”

“Fu~e~!… Yuzuru-san, kenapa?”

Arisa melebarkan matanya karena terkejut.

Yuzuru berkata, sedikit gugup, tapi berusaha untuk tetap tenang.

“Kupikir aku ingin pulang bersama denganmu.”

Dia benar-benar berpikir untuk menyingkirkan teman-temannya dengan bicara dengan Arisa di depan teman sekelas lainnya. Tapi dia mengubah rencananya di tengah jalan karena sepertinya itu akan menimbulkan masalah bagi Arisa.

Tentu saja, segera, dia berencana untuk menyebarkan fakta ke seluruh sekolah kalau Arisa adalah pacar Yuzuru (masih rencana).

“Apa tidak boleh?”

Ketika dia bertanya pada Arisa, yang membeku ...

Arisa menggelengkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain beberapa kali dengan gerakan yang berlebihan, tampak seolah-olah kepalanya akan terlepas.

“T-Tidak ada yang seperti itu! Tidak masalah sama sekali…”

Wajah Arisa sedikit memerah saat dia mengatakan itu.

Dia melihat wajah Yuzuru dengan ekspresi bingung.

“Ayo pergi kalau begitu. Arisa.”

Yuzuru berkata dan mulai berjalan dengan Arisa.

Dia mencocokkan langkahnya dan berhati-hati untuk tidak membiarkannya berjalan di sisi yang berdekatan dengan jalan.

“Tentang itu…… Yuzuru-san. Kenapa begitu tiba-tiba hari ini?”

“Aku hanya berpikir aku ingin pulang bersama Arisa…Aku ingin pulang bersamamu jika bisa. Apa itu tidak masalah? ”

Ketika Yuzuru menanyakan itu, wajah Arisa menjadi semakin merah.

Kemudian dia mengangguk kecil.

“Ya… Tidak apa-apa. Tapi, kamu tahu, tentang orang-orang di kelas…”

"Baiklah. Kalau begitu aku akan menyergap dan menyembunyikanmu. “

“… Kedengarannya seperti penguntit.”

Arisa tertawa kecil.

Yuzuru tertawa sebagai tanggapan.

Yuzuru berjalan dengan Arisa, menjaga jarak antar bahu mereka cukup dekat untuk bersentuhan.

Awalnya, mereka berdua mengobrol dengan gembira, tapi saat mendekati stasiun..., Arisa mulai jarang bicara.

Kemudian, ekspresi linglung muncul di wajahnya.

“Arisa. Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?”

Tujuan Yuzuru pulang bersama Arisa adalah untuk menanyakan keadaannya.

Karena akhir-akhir ini, Arisa, baik perilaku dan wajahnya sering bengong dan melamun.

Dia tahu itu karena dia telah mengawasinya di kelas sejak sebelum liburan musim dingin.

Dulu dia serius dalam membuat catatan pelajaran, tapi akhir-akhir ini, dia menatap kosong ke langit seakan dia sedang memikirkan sesuatu dan kemudian bergegas untuk menuliskan apa yang ada di papan tulis.

Pada awalnya, itu terlihat menyegarkan dan imut, tapi kemudian Yuzuru menyadari kalau Arisa sepertinya ada masalah.

Kemudian Yuzuru memperhatikan kalau Arisa tampak sedang dalam masalah, karena akhir-akhir ini ketika dia memikirkan sesuatu, ekspresinya jadi agak gelap.

“Eh?… Tidak, aku baik-baik saja.”

Ketika Yuzuru bertanya padanya, Arisa menggelengkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain.

Namun, kata-katanya bukanlah kata-kata penyangkalan, tapi kata-kata yang meyakinkan Yuzuru kalau dia baik-baik saja.

"Aku mengerti."

Sejujurnya, dia tidak terlihat baik-baik saja.

Namun, dia tidak bisa langsung berasumsi 'Dia sepertinya tidak baik-baik saja'.

Ketika Arisa mengatakan "Dia baik-baik saja", itu karena dia tidak ingin Yuzuru terlibat terlalu banyak.

Dan saat itu, mereka tiba di depan gerbang tiket stasiun.

Arisa menoleh ke arah Yuzuru dan membungkuk ringan.

“Lalu, Yuzuru-san. Sampai jumpa besok."

“Ah… Arisa.”

Ketika Arisa mencoba pergi, Yuzuru menghentikannya.

Dia meletakkan tangannya di kedua bahunya.

“Eh, um…”

“Aku akan ada di sisimu. Jika ada yang bisa aku bantu, beri tahu aku.”

Mata hijau giok Arisa bergetar karena gelisah.

Dan matanya sedikit basah.

“Ya, Yuzuru-san. Terima kasih banyak."

Kemudian Arisa mengangguk kecil.


Translator: Exxod

Editor: Janaka

5 Comments

Previous Post Next Post


Support Us