Tenkou-saki no Seiso Karen na Bishoujo ga, Mukashi Danshi to Omotte Issho ni Asonda Osananajimi datta Ken - Jilid 1 Bab 3 Bahasa Indonesia

Bab 3 - Meja Makan Yang Biasa


Keluarga Kirishima baru saja pindah. Mereka sudah membongkar barang-barang penting seperti peralatan makan, pakaian musim panas, alat tulis, dan buku pelajaran, namun masih banyak kotak yang belum dibuka. Di dalam kamar Hayato masih ada beberapa kardus yang tersisa dan membentuk sebuah gunung kecil.

“Oke , waktunya berkerja.”

Sepulang sekolah, Hayato segera mengganti pakaiannya dan membenamkan dirinya dalam tugas membongkar dan menyortir. Dia tahu dia akan sibuk mengatur hal-hal ini selama beberapa hari ke depan. Berbeda dengan rumah pedesaan luas di Tsukinose yang dulu mereka tinggali, apartemen 3LDK baru mereka memberikan tantangan dengan ruang yang terbatas.

“Onii, kau di dalam? Aku masuk.”

"Hmm?"

Tanpa menunggu jawaban, Himeko memasuki ruangan. Dia masih mengenakan seragam sekolah dan memegang ponsel di satu tangan.

“Ayah mengirim pesan. Dia bilang dia akan pergi ke tempat Ibu lagi hari ini.”

“Sepertinya kita hanya akan makan malab berdua lagi.”

“Ya itu benar. Hai Onii, kapan kau akan membeli smartphone? Ini seolah aku menjadi pembawa pesan di sini.”

“Haha, maaf, maaf.”

"Dasar …"

Hayato mengabaikan kekesalan Himeko dan menuju ke kulkas.

Sejak kemarin dan pagi ini, dia telah menghabiskan sisa bahan untuk mengosongkan stoknya, jadi kulkasnya cukup kosong.

“Kosong… Apakah kita punya sesuatu di dalam freezer?”

“Hei, Onii.”

"Hmm?"

Kemejanya tiba-tiba ditarik dari belakang. Saat dia berbalik, dia melihat wajah Himeko, diwarnai dengan sedikit kesedihan dan kecemasan, seolah dia sedang menahan sesuatu. Itu mengingatkannya pada suatu waktu di masa lalu.

Tapi dia segera mengeluarkan suara yang cerah saat dia mengajukan permintaannya kepada Hayato.

“Hei, aku benar-benar ingin makan steak hamburg isi buatan Onii hari ini.”

“Itu membutuhkan banyak usaha, lho. Dan kita harus pergi berbelanja bahan-bahan.”

"Aku tahu. Aku akan membantu juga, oke?”

"Baiklah kalau begitu …"

Hayato tidak bisa menolak ketika dihadapkan pada tatapan memohon dari adik perempuannya. Himeko sudah memegang dompet keluarga di tangannya, ingin sekali pergi. Sepertinya dia berencana untuk pergi bersama. Dia tidak ingin sendirian.

Hayato mengacak-acak rambut adiknya dengan sedikit kasar.

“Hei, apa-apa ini tiba-tiba! Rambutku berantakan sekarang!”

“Tidak apa-apa. Itu yang kau inginkan, bukan?”

"Ah… ngh…”

“Ayo pergi sebelum hari gelap. Aku masih belum tahu dengan jelas di mana supermarketnya berada.”

“Ya ampun, Onii, kau tidak bisa diharapkan.”

Hayato mengeluarkan suara ceria menanggapi sikap adiknya.

Himeko, meninggalkan rumah, secara alami mempercepat langkahnya seolah menghilangkan kegelisahannya dari sebelumnya, dan akhirnya memimpin jalan, menarik Hayato.

Supermarket terdekat tidaklah luar biasa.

Dipajang sederetan sayuran, daging dan ikan segar, susu, aneka minuman, bumbu, jajanan warna-warni, dan barang-barang kecil. Itu hanya supermarket biasa, tidak ada yang luar biasa.

Namun, bagi Kirishima bersaudara, berbeda. Ketika berbelanja di lingkungan mereka di pedesaan, mereka terbiasa mengunjungi toko-toko kelontong tua, depo perusahaan pertanian, dan stasiun pinggir jalan setempat yang agak jauh. Bagi Hayato dan Himeko, yang sudah terbiasa dengan pilihan ini, supermarket, dimana segala sesuatunya dikumpulkan dalam satu atap, terasa seperti taman hiburan makanan.

“Wow, lihat bagian deli… Kroket seperti itu hanya 38 yen!? Bukankah itu membutuhkan banyak usaha untuk membuatnya!?”

“Hei, Onii, lihat! Mereka punya wafel dan kue meskipun beku!”

“Ada begitu banyak jenis pasta yang membuatku tidak bisa membedakannya …”

“Dan topingnya banyak sekali, aku bahkan tidak tahu apa itu!”

Hayato dan Himeko berjuang untuk mengendalikan diri agar tidak mengeluarkan uang terlalu banyak. Jadi pada hari itu, aturan keluarga Kirishima ditetapkan: batasi pengeluaran untuk makanan ringan hingga 200 yen untuk sekali belanja.

Saat mereka kembali dari berbelanja, matahari sudah terbenam. Mereka menyalakan lampu dapur dan segera mulai memasak.

“Himeko, bisakah kau membantuku memotong sayurannya? Aku akan mulai dengan jamurnya.”

"Dimengerti. Tapi Onii, sayur-sayuran di sini sangat mahal… Benar-benar menjadi ‘isi’ steak hamburg isi buatan Onii, ya?”

“Haha, di Tsukinose, kita mendapat begitu banyak sayuran dan jamur gratis dari tetangga kita hingga kita tidak bisa menghabiskan semuanya.”

Steak hamburg “isi” buatan Hayato adalah steak hamburg yang diisi dengan banyak sayuran. Selain bawang bombay yang sering digunakan sebagai isi, dia juga menambahkan kubis dan terong, sehingga menambah cita rasa daging dengan manisnya sayuran. Dulu, dia bereksperimen dengan sayuran apa pun yang mereka terima sebagai hadiah, setelah beberapa kali percobaan dan kesalahan, sayuran ini menjadi bahan yang biasa.

Seringkali disajikan dengan saus ala Jepang yang terdiri dari berbagai jamur seperti shiitake, shimeji, maitake, dan enoki, direbus dengan kecap, mirin, gula, dan dikentalkan dengan tepung kentang. Tidak hanya cocok dengan steak hamburg, tetapi juga dengan ikan, omurice, dan pasta, jadi mereka membuat ekstra dan menyimpannya dalam wadah plastik di lemari es.

Dan dengan menambahkan sisa sayuran ke dalam sup miso, makan malam sudah lengkap.

“Itadakimasu…*Chomp~*, panas-panas! Onii, air!”

"Nih. Hati-hati…"

Saat makan malam sudah siap, waktu sudah lewat jam 8 malam. Hayato menghela nafas sambil bergegas mengambilkan air untuk Himeko, yang mengeluh karena makanannya terlalu panas. Tapi melihat Himeko sangat menikmati makanannya membuatnya sedikit rileks. Steak hamburg isi yang dibumbui dengan baik, ditemani nasi putih, menghilangkan rasa lapar mereka dengan mudah.

“Onii, sausmu cocok sekali dengan alkohol.”

“Tapi kau belum pernah minum alkohol sebelumnya, kan, Himeko? Ya, ada orang dewasa yang memberitahuku bahwa ini cocok dengan shochu kering .”

“Fuhehe. Yah, ini enak.”

"Ya."

“…Bukankah steak hamburg isi adalah hidangan pertama yang kau buat, Onii? Rasanya seperti nostalgia bagiku… Atau lebih tepatnya, aku memperhatikan bahwa kau menjadi cukup pandai dalam memasak.”

"…Ya."

“Jadi, teruslah memasak mulai sekarang, Onii.”

“Kau juga ingat itu, Himeko.”

“Jika makanan beku atau instan, aku yang akan menyiapkannya!”

"Dasar…"

Hayato dan Himeko. Kakak beradik.

Meja makan dipenuhi dengan suara ceria mereka, tapi terasa terlalu luas hanya untuk mereka berdua. Itu adalah pemandangan yang agak sepi, tapi bagi mereka, itu hanyalah pemandangan biasa.


Penerjemah: Janaka

Post a Comment

Previous Post Next Post


Support Us