Momoku Bishojo - Chapter 5 Bahasa Indonesia


 Bab 5 - Mengantar Tetangga Berkeliling Kota Bagian 4


Setelah meninggalkan kedai kopi, kami berjalan-jalan sebentar di sekitar kota, kemudian naik bis pulang.

Sama seperti saat pergi naik bus, menarik melihat reaksi Misumi ketika sedikit terkejut saat aku menggunakan kartu IC.

Sepertinya, di desa Misumi tidak menggunakan kartu IC.

Saat berbicara tentang topik ini, “A-Aku juga akan membuat debut dengan kartu IC-ku”, kata Misumi, mungkin dalam waktu dekat dia akan membuatnya.

Karena matanya hampir tidak bisa melihat, akan lebih mudah menggunakan kartu IC daripada mengambil tiket dan membayar ongkosnya secara tunai.

“Ngomong-ngomong, bukankah kau sebaiknya duduk di kursi prioritas dekat pintu masuk? Karena kursi di sini ada tangganya dan akan mempersulitmu nanti...”

“Mungkin jika sendirian aku akan duduk di sana, tapi ... karena aku duduk bersama Tsushiro-kun, bukankah lebih baik aku duduk di kursi biasa?”

“Yah, selama kau tidak keberatan, tidak masalah.”

“... Tapi, pasti kamu memikirkan ‘itu’, ‘kan?”

“Hmm?”

Misumi sedikit tersipu, dan mengalihkan pandangannya ke samping sembari menggulung rambut dengan jari-jarinya.

“Uhm ... jika kita duduk bersebelahan seperti ini, seperti yang diharapkan, orang-orang di sekitar kita mungkin akan menganggap kalau kita berpacaran.”

Misumi sendiri, tidak bermaksud menyelipkan arti khusus dalam kata-katanya.

Hanya saja dalam kata-katanya, dari sudut pandang objektif, jika pria dan wanita muda duduk bersebalahan seperti ini, kami mungkin akan terlihat memiliki semacam hubungan asmara.

Namun, bahkan walau aku mengerti akan hal itu, jika dia mengucapkannya dengan nada tersipu begitu, siapapun pasti akan terpesona.

Ya ampun... dia benar-benar gadis yang jahat jika menyangkut hal semacam ini.

“Yah, kurasa tidak apa.”

Aku berhasil menenangkan detak jantungku yang berdegup kencang.

“Memang, mungkin ada beberapa orang yang salah paham pada pandangan perrtama, tapi aku tidak bisa dibandingkan dengan Misumi.”

“M-Memangnya kenapa?”

“Misumi itu cantik dan manis, sedangkan aku tidak begitu.”

Mengatakannya dengan mulutku sendiri membuatku sedih, tapi itulah kenyataannya.

Jika orang-orang di sekitar kami melihat dan memikirkannya, pasti mereka berpendapat kalau kami, “tidak cocok”.

“Misumi...?”

Entah kenapa Misumi terdiam.

Ketika aku mengalihkan pandanganku padanya, aku melihat wajahnya dengan ekspresi mengeras dan merah cerah.

“J-Jangan tiba-tiba... mengatakan kalau aku itu manis, itu memalukan.”

“Ah... jadi kau tipe yang tidak sadar dengan dirimu sendiri, ya.”

“B-Bukannya aku tidak sadar, hanya saja aku tidak begitu cantik.”

“Nah, itu berarti kau tipe yang tidak sadar, kau tahu? Yah, tapi memang kita tidak bisa menilai diri kita sendiri.”

“B-Bukankah itu sama untukmu juga, Tsushiro-kun?”

“Apanya?”

“Tadi, kamu bilang, ‘Aku tidak begitu’ ... jadi, karena kamu tidak bisa menilai dirimu sendiri, itu berarti kamu tidak bisa bilang kalau kamu itu tampan atau tidak, ‘kan?”

“Hah... aku bisa melihat diriku sendiri secara objektif.”

Misumi tidak akan tahu kalau aku sekarang memasang wajah sombong terbaikku.

“Kalau begitu, aku akan memastikan wajahmu.”

“Apa? Eh..., hei, tung—“

Misumi tiba-tiba mendekatkan wajahnya padaku.

Kemudian, mengangkat poniku dengan cepat menggunakan tangannya.

Jarak di mana kami bisa merasakan nafas satu sama lain.

Wajah Misumi yang rapi dan bersih ada di sana, dan aroma manis yang samar menggelitik lubang hidungku.

Dalam keadaan seperti itu, Misumi terus menatap wajahku untuk beberapa saat dengan matanya yang sedikit menyipit.

“Hmm ... aku rasa kamu tidak terlalu tampan.”

“Aku tahu itu ... tapi ketika kau mengatakannya seperti itu, perkataanmu menusuk hatiku."

Aku tidak bisa menahan tawa pahit.

Tapi itu tidak masalah, saat ini aku ingin keluar dari situasi ini secepat mungkin.

Bahkan tanpa perasaan romantis, jantungku masih berdebar kencang karena aku bersebelahan dengan gadis manis seperti ini.

“Bukankah sudah cukup? Tolong lepaskan aku ... posisi ini sedikit memalukan, kau tahu.”

“Eh? Ah...”

Setelah mendengar kata-kataku, Misumi sepertinya menyadari untuk pertama kalinya kalau dia dan aku saling menatap dari dekat.

Mata hazel Misumi melebar, dan dia berkata, "Maaf," seolah-olah panik, dan menjauh, berbalik menghadap ke depan.

Aku juga cukup malu, tapi ketika aku mencuri pandang ke Misumi dari samping, aku melihat wajahnya memerah seperti terbakar api.

Keheningan canggung berlalu antara Misumi dan aku.

Namun, ketika bus berhenti di lampu merah, Misumi bergumam pelan.

“Tapi, aku pikir wajahmu normal dan bulat, kok...?”

“Terima kasih, aku akan menganggap itu sebagai pujian.”

“Aku tidak bermaksud menyanjungmu, aku hanya berkata jujur ... wajah Tsushiro-kun, menurutku itu bagus, kok?”

“... Kau ini, lebih baik jangan terlalu sering mengatakan hal-hal semacam itu, kau tahu? Karena pihak lain mungkin akan salah paham dengan perkataanmu.”

“Bahkan Tsushiro-kun juga salah paham dengan kata-kataku?”

“Tidak, aku tidak akan salah paham. Karena aku tidak percaya yang namanya cinta.”

“Tidak percaya, cinta?”

“Benar...”

Aku merasa, tubuhku terasa sedikit dingin.

Saat aku menghadap ke depan,  Misumi tidak menanyakan lebih lanjut tentang masalah ini.

Kemudian, bus melaju sekali lagi, dan sebentar lagi akan tiba di tempat tinggal kami....

Sesampainya di halte bus, aku dan Misumi turun.

“Ah, Misumi. Dari sini apa kau baik-baik saja jika sendirian?”

“Uhm, aku rasa tidak apa-apa ... apa kamu mau pergi ke suatu tempat?”

“Iya, aku harus membeli makan malam.”

“Di mana?”

“Toko serba ada.”

“...Eh?”

“Hm?”

Untuk beberapa alasan, Misumi menatapku seolah-olah dia sedang melihat sesuatu yang mustahil —walaupun aku yakin dia tidak bisa melihatku sama sekali.

Namun, mata itu tertuju padaku, dan terlebih lagi, matanya secara bertahap berubah menjadi tatapan kecemasan.

“Hah...”

“A-Apa ada masalah?”

“Ngomong-ngomong, kamu bilang kamu tidak suka masakan kafe, ya.”

Setelah mengatakan ini, Misumi sedikit menyilangkan tangannya dan terlihat berpikir, lalu menoleh ke arahku lagi.

“Aku ingin mengucapkan terima kasih telah karena mengajakku berkeliling hari ini, dan maukah kamu makan malam denganku?”

Aku membeku sesaat, tidak dapat memahami apa yang dikatakan Misumi, tapi aku segera menyadari bahwa itu bukanlah sebuah undangan untuk pergi makan ke suatu tempat.

“...Eh? mungkinkah kau akan membuatkanku makanan?”

“Benar. Tapi aku hanya bisa membuat masakan rumahan biasa.”

“K-Kau yakin?”

“Iya, lagian aku yang mengajakmu.”

Aku tidak pernah berpikir kalau saatnya akan tiba ketika dibuatkan masakan oleh tetanggaku, tapi itulah sebenarnya situasi yang aku alami saat ini.

Tapi apakah ini benar-benar tidak masalah?

Aku dan Misumi hanya tetangga.

Tapi sebelum itu, kami berdua adalah pria dan wanita dewasa, dan kami berdua tinggal sendiri.

Aku merasa sedikit tidak nyaman datang ke rumahnya.

Namun, memang benar kalau aku mulai muak dengan bento toko serba ada dan lauk supermarket.

Selain itu, Misumi ingin berterima kasih padaku, dan di atas segalanya, dia tampaknya tidak terlalu peduli untuk berduaan dengan seorang pria.

“Jadi, apa kamu menerimanya?”

Misumi memiringkan kepalanya sedikit dan bertanya, dan aku menggaruk bagian belakang kepalaku dan menjawab, “Yah.”

“Kalau begitu, aku akan menganggapnya sebagai hadiah.”

“Baik, tolong serahkan saja padaku.”

Dan begitulah, aku berakhir di rumah Misumi...


Translator: Exxod

Editor: Janaka


Post a Comment

Previous Post Next Post


Support Us