OmiAi - Chapter 131 Bahasa Indonesia


 Bab 131


Pagi hari ke empat liburan.

Yang bangun lebih dulu adalah Yuzuru.

Seteleh puas menguap, dia mengalihkan padangan ke sampingnya.

Ada wajah tidur tunangannya yang manis seperti biasanya.

Bulu matanya yang panjang, terlihat dengan jelas ketika dia sedang tertidur.

Yuzuru mencolek-colek pipinya.

“Nh …”

Kemudian dia membuat erangan kecil.

Dan mulai menggerakan tubuhnya.

Perlahan, membuka matanya.

Mata berwarna gioknya menatap Yuzuru.

“Uhm … selamat, pagi.”

Arisa bangkit, seraya mengusap matanya.

Sepertinya, dia masih mengantuk.

“Ya … pagi.”

Yuzuru berkata dan mencium pipinya.

Wajahnya langsung memerah cerah.

Sepertinya rasa kantuknya langsung menghilang.

+×+×+×+

“… Ano, ini tentang kelakuanku tadi malam.”

Di kursi yang digunakan untuk sarapan.

Arisa berkata seperti itu sambil memutar tubuhnya.

Pipinya sedikit memerah.

“Tolong jangan tanyakan tentang hal itu.”

“Iya, aku tahu.”

Saat Yuzuru berkata begitu, ekspresi Arisa terlihat lega.

Namun, ekspresinya segera berubah menjadi kelihatan tidak nyaman.

“Um … bukan berarti, aku tidak menyukainya …”

Dia berkata seakan sedang mencari alasan.

“Iya, aku tahu.”

Yuzuru mengatakannya dengan suara tenang sebisa mungkin.

Kemudian bicara perlahan untuk menenangkan dan meyakinkan Arisa.

“Ayo kita lanjutkan hubungan platonik seperti anak SMA pada umumnya.”

“… Baik.”

Arisa mengangguk kecil menanggapi kata-kata Yuzuru.

Hari ini, sekali lagi, Yuzuru pergi ke kolam renang untuk mengajari Arisa berenang.

Latihan yang tersisa adalah latihan mengibaskan kaki, bernapas, dan mendayung air.

“… Bagaimana?”

“Ya, Kamu sudah bisa berenang dengan baik.”

Yuzuru menjawab pertanyaan Arisa, yang keluar dari kolam.

Kemudian, ekspresi wajah Arisa jadi gembira.

Seperti yang diharapkan, dia memiliki keterampilan motorik yang baik, karenanya begitu dia menguasai tekniknya, kemampuannya meningkat dengan cepat.

Sekarang, dia bisa berenang sekitar setengah dari 25 meter … 

“Tinggal satu kali lagi, aku yakin kamu sudah bisa berenang.”

“Baik. … Dengan begini, aku akan baik-baik saja selama pelajaran renang, aku merasa lega.”

Di SMA Yuzuru, siswa diwajibkan untuk lulus pelajaran renang setidaknya sekali dalam tiga tahun.

Arisa tampaknya berencana untuk menyelesaikannya di tahun keduanya.

“Hari ini, kamu pasti lelah. … Setelah berendam, ayo pulang.”

“Baik. Aku memang sudah lelah.”

Keduanya berendam sekali lagi, mendinginkan badan mereka (Walaupun itu kolam air panas, jadi tidak dingin sama sekali) lalu mereka keluar.

“… Perutku sedikit lapar.”

Dengan santai, Arisa mengatakan itu.

Memang, Yuzuru juga merasa sedikit lapar.

Karena sudah sore, hampir waktunya jam makan malam, tapi jika hanya makan sedikit … kelihatannya tidak apa-apa.

“Mau makan es krim?”

“Apa kamu mau beli es krim di toserba?”

“Tidak, aku pikir akan beli di sana.”

Kata Yuzuru, sembari menunjuk ke mesin penjual otomatis.

Es krim yang dapat dibeli dengan harga kurang dari 200 yen sedang dijual.

[TN: Sekitar 26.000 Rupiah]

“Ah … Begitu ya. Kelihatannya enak.”

Arisa berkata dengan suara yang sedikit melenting.

“Ini, ini, dan ini apa bedanya?”

Arisa menanyakan hal seperti itu sembari melihat gambar yang ada di mesin penjual otomatis.

Benar saja, sepertinya ini pertama kalinya dia beli di sana.

“Yang ini memakai stik dan yang ini ada Cone-nya. Kalau ini bentuknya seperti kubus … apa ini pertama kalinya untukmu?”

“Iya. Karena aku tidak pernah punya kesempatan membelinya. Apa Yuzuru-san sering makan ini?”

“Tidak juga … sudah satu tahun lamanya aku tidak makan ini.”

Yuzuru tak ingin repot-repot mencari mesin penjual otomatis untuk membeli itu …

Tapi, jika ada es krim, dia akan membelinya …

Apalagi, jika setelah berolahraga.

Sembari melihat Arisa menekan tombolnya, Yuzuru berpikir mesin itu adalah bisnis yang bagus.

Setelah membeli es krim, keduanya memutuskan untuk makan duduk berdampingan di sebuah bangku.

Es krim yang dipilih Yuzuru adalah yang varian anggur.

Rasanya ... es krim sorbet anggur biasa. Tidak sesuai yang istimewa untuk disebutkan.

“Yuzuru-san, Yuzuru-san.”

Arisa menarik-narik pakaian Yuzuru.

“Kamu mau?”

“Iya.”

Saat Yuzuru mengulurkan es krimnya, Arisa membuka sedikit mulutnya.

Kemudian menggigit es krimnya.

“Apa Yuzuru-san juga mau?”

“Kalau begitu, aku akan menerimanya.”

Dia memutuskan untuk menerima tawaran mencoba es krim Arisa.

Dia menggigit sedikit es krimnya.

Rasanya … seperti coklat pada umumnya.

Sembari saling menyuapi satu sama lain seperti itu, keduanya selesai makan es krim.

“Rasanya lebih enak dari yang kubayangkan.”

Es krim dari mesin penjual otomatis pertamanya, Arisa sepertinya menyukainya.

Ekspresi wajahnya terlihat puas.

“Lain kali, aku ingin mencoba rasa lain.”

“Tentu ... Kalau aku tidak salah ingat ada yang menjual es krim di fasilitas hiburan umum yang pernah aku kunjungi sebelumnya. Ayo kita beli jika ada kesempatan."

Selain itu, di dekat stasiun juga ada yang menjualnya.

Kau akan menemukannya jika berusaha mencarinya.

“Kalau begitu, ayo pulang.”

“Baik.”

Di bawah sinar senja, mereka berdua bergandengan tangan dan mulai berjalan.

Dan tiba-tiba... Arisa berteriak.

“Tepat hari ini adalah ulang tahun pertunangan kita, ‘kan?”

“Eh?  … Ya, kamu benar.”

Ketika Arisa mengatakan itu, Yuzuru baru ingat.

Hari ini adalah hari dimana Arisa dan Yuzuru bertunangan.

Sebenarnya, itu adalah pertunangan “sementara”.

“… Kamu lupa, ‘kan?”

Saat Arisa berkata begitu, Yuzuru menggaruk-garuk kepalanya.

“Tidak … aku tidak lupa.”

Apa aku akan dimarahi?

Ketika Yuzuru berpikir begitu, sedikir khawatir, Arisa terkikik.

“Yah, tidak apa-apa. … Jika dibandingkan dengan ulang tahun dan Natal. Itu tidak terlalu penting.”

Arisa sepertinya tidak memiliki keinginan khusus untuk merayakan hari jadi pertunangannya.

“Aku sudah cukup merayakannya dengan pesta menginap. Hanya dengan menghabiskan waktu bersama seperti ini… sudah membuatku bahagia.”

Kata Arisa, seraya meremas tangan Yuzuru.

Sepertinya, itu pertanda bahwa dia tidak ingin “berpisah” dengannya.

“Aku ingin mampir ke suatu tempat, boleh?”

Arisa berkata begitu, sembari menatap Yuzuru.

“Tentu saja.”

Yuzuru juga meremas tangannya dengan erat.


Translator: Exxod

Editor: Janaka


1 Comments

  1. Sesuatu yg akan menyiksa pembaca sepertinya akan datang :v

    ReplyDelete
Previous Post Next Post


Support Us