Bab 132
“… Hee, indah sekali.”
Yuzuru menyipitkan mata pada pemandangan malam yang terbentang di bawahnya.
Itu adalah pemandangan yang indah, yang nilainya kurang dari satu juta dolar, tetapi lebih dari seratus ribu dolar.
“Mengejutkan, di dekat sini ada tempat seperti ini.”
“Aku senang kamu menyukainya.”
Itu adalah observatorium yang terletak agak jauh dari apartemen tempat Yuzuru tinggal.
Hari ini adalah hari jadi pertunangan Yuzuru dan Arisa.
Meskipun ini adalah hari jadi mereka, Yuzuru dan Arisa sudah terlalu lelah jadi mereka tidak bisa menyiapkan hadiah dan makan di luar.
Tapi, bukan berarti mereka tidak melakukan apapun.
Karena itu, Arisa mencari tempat romantis dengan pemandangan yang indah.
“… Yuzuru-san.”
Arisa dengan lembut memegang tangan Yuzuru.
Dan mendekatkan tubuhnya ke tubuh Yuzuru.
Yuzuru juga memegang bahu Arisa.
“Arisa.”
“Iya.”
Keduanya saling menatap.
Wajah satu sama lain terpantul di mata masing-masing.
Perlahan, wajah mereka saling mendekat.
Dan …
Bibir keduanya menyatu.
“… Kita melakukannya ya.”
“Ya. … Kita berhasil melakukannya.”
Mungkin karena ketegangannya menghilang, Arisa bersandar pada Yuzuru seolah-olah dia telah kehilangan kekuatannya.
Yuzuru dengan lembut menopangnya dan membiarkannya duduk di bangku.
Dua orang saling berpelukan.
Suasanannya diselimuti keheningan.
“… Aku selalu, khawatir.”
“Khawatir?”
“… Karena aku membuat Yuzuru-san frustrasi?
“Frustrasi? Aku?”
Yuzuru memiringkan kepalanya.
Dia tidak ingat melakukan sesuatu yang membuat Arisa merasa tidak nyaman.
Tentu saja, jika itu masalah sepele dalam kehidupan sehari-hari, itu lain cerita.
Semua hal seperti itu telah diselesaikan langsung di saat itu terjadi.
“Tidak, itu …”
“Apa?”
“Tentang, aku yang sama sekali tidak bisa berciuman …”
Kata Arisa, dengan ekspresi canggung di wajahnya.
Memang benar Arisa terlalu malu untuk berciuman.
Namun, Yuzuru dan Arisa baru berpacaran selama … sekitar dua bulan.
Dan mereka berdua masih SMA.
"Aku tidak yakin tentang kemajuan pasangan pada umumnya, tapi ... bukankah itu tidak aneh?"
Karena Arisa adalah pacar pertama Yuzuru, jadi dia tidak yakin apa saja yang termasuk hal “biasa” bagi pasangan.
Tapi, dia tidak merasakan ketidaknyamanan secara khusus.
Jadi ini yang namanya pacaran.
Dia berpacaran dengan Arisa dengan perasaan seperti itu.
"Tidak, tapi menurutku ... laki-laki ingin melakukan itu, dan mereka menyukai wanita yang lebih agresif. Kalau kamu terlalu ... pasif, mereka mungkin berpikir kamu terlalu merepotkan. "
“… Apakah seseorang yang mengatakan itu padamu?”
Nama dan wajah yang langsung muncul di benak Yuzuru sebagai orang yang akan mencoba mencampuri urusan cintanya dan Arisa adalah Ayaka dan Chiharu.
Namun, meskipun mereka mungkin mengolok-oloknya, mereka bukan tipe yang menghasut atau menekannya untuk melakukan hal seperti itu.
Bahkan, mereka mungkin akan memberitahu Arisa jika Yuzuru membuat permintaan yang aneh-aneh.
Jadi, satu-satunya hal lain yang bisa Yuzuru pikirkan adalah keluarga Arisa ...
“Tidak … aku tahu dari internet.”
Jawab Arisa, sembari memainkan rambutnya.
Sepertinya di internet ada informasi semacam itu.
“Aku tidak berpikir begitu, dan selama kamu tidak memaksakan diri, aku pikir akan baik-baik saja.”
Yuzuru kemudian bertanya.
“… Apa mungkin, yang barusan itu kamu memaksakan diri?”
“Tidak! Sebenarnya, aku gugup, tapi ... aku juga ingin melakukannya ... dengan Yuzuru-san.”
Dengan malu, Arisa menjawab.
… Yuzuru merasa sedikit lega karena dia tidak berlebihan.
“Tapi, untuk sekarang, jika lebih dari ini … aku merasa sedikit takut.”
“Yah, tidak apa-apa. Ayo kita melangkah sedikit demi sedikit.”
Kata Yuzuru, sembari membelai rambut Arisa.
Yuzuru berkata dengan maksud untuk menenangkannya ... tapi ekspresi Arisa terlihat seperti sedang menangis.
“Tapi … um, kamu sangat ingin melakukannya, ‘kan?”
“... Melakukan apa?”
“… Itu.”
Arisa diam sejenak, kemudian wajahnya berubah menjadi merah padam.
“Ha-Hal mesum … “
Kali ini, giliran Yuzuru yang wajahnya memerah.
“Ti-Tidak! Tidak, tentu saja, bukannya aku tidak ingin melakukannya …”
Yuzuru menggaruk-garuk pipinya.
Yuzuru juga anak laki-laki yang sehat, jadi bukannya dia tidak tertarik dengan hal itu.
Tapi …
“Itu terlalu dini bagi kita, kupikir. Aku tidak berpikir itu ide yang baik untuk membiarkan ... diri kita terbawa suasana atau semacamnya.”
Dia ingin menghargainya waktu pertama kalinya.
Setidaknya, Yuzuru tidak ingin menyesalinya.
“Ta-Tapi, bukankah kamu … mengharapkan itu? Karena aku sedang menginap. Dan di internet juga …”
“Tidak … kali ini, aku hanya ingin menikmati waktu yang kuhabiskan bersamamu. Tentu saja, bukannya aku tidak sadar akan hal itu.
Yuzuru tidak memiliki keinginan untuk melakukan itu selama liburan.
Dia pikir, sudah lebih dari cukup menghabiskan waktu bersama Arisa di bawah atap yang sama, dan jujur, dia sangat menikmatinya.
Karena masih ada banyak waktu yang tersisa, dia tidak berpikir untuk memajukan hubungannya secara berlebihan.
“Tapi … bukankah ada itu, di dalam kotak obat?”
“… Kotak obat?”
Barang apa itu sebenarnya? Yuzuru memiringkan kepalanya.
Kemudian, dia akhirnya teringat bahwa di dalam kotak obat, ada alat kontrasepsi.
“A-Ah, um … itu …”
“Aku yakin … kamu sangat ingin melakukannya, ‘kan. Tapi, kamu mengerti diriku … dan Yuzuru-san mengurungkan niatnya …”
“Tunggu dulu. … Ayo kita tenang sejenak.”
Yuzuru mengatakan itu pada Arisa untuk menenangkannya dan dirinya sendiri.
Kemudian dia menarik napas dalam-dalam dan menjawab.
“Aku punya itu, tapi bukan berarti aku ingin melakukannya.”
“… Tapi, kamu berpikir, mungkin itu akan terjadi, ‘kan?”
“Kamu benar. Tapi bukan aku yang memikirkan itu … melainkan ibuku.”
“… Eh?”
Ibunya mengatakan padanya “mungkin hal seperti itu akan terjadi” , Jadi dia membeli alat kontrasepsi untuk berjaga-jaga semisal hal itu terjadi.
Yuzuru bicara jujur pada Arisa.
... Memberitahu pacarnya bahwa ibunya menyuruhnya membeli alat kontrasepsi membuat Yuzuru merasa aneh.
“… Berarti, kamu membeli bukan berdasarkan keinginanmu sendiri?”
“Tidak … yah, aku membelinya untuk jaga-jaga, aku sendiri kurang percaya alasanku, jadi itu bukan niatku untuk membelinya.”
“… Tapi, kamu tidak membelinya karena kamu ingin melakukannya?”
“Yah, itu benar. Aku tidak bermaksud menggunakannya.”
Ketika Yuzuru berkata begitu …
Arisa menghela nafas panjang.
Kemudian menutupi wajahnya dengan tangannya.
“… Jadi itu salahku karena terlalu memikirkannya.”
Lalu perlahan dia mengangkat wajahnya.
Wajahnya diwarnai merah cerah hingga bisa terlihat jelas bahkan dalam kegelapan.
“Maafkan aku … karena menuduhmu. Aku benar-benar minta maaf.”
Ekspresinya tidak cemas seperti sebelumnya.
“Tidak … seharusnya aku tidak menyimpannya di tempat seperti itu. Maaf membuatmu khawatir.”
“Tidak, lagian itu salahku karena membuka kotak obatnya.”
Mereka saling memohon maaf.
Aku yang salah, tidak aku yang salah … pertukaran seperti it terus berlanjut.
“Bukan, ini semua salahku …”
Yuzuru menghentikan bibir Arisa yang sedang berbicara dengan jari telunjuknya.
Kemudian, perlahan meletakan tangannya di dagunya.
“…”
Arisa memejamkan matanya.
Yuzuru perlahan mengangkat dagunya.
Bibir mereka saling bertemu.
“Ngomong-ngomong, kalau hanya sebatas ciuman tidak apa-apa, ‘kan?”
“Iya … tentu saja.”
Arisa menjawab pertanyaan Yuzuru dengan tatapan malu-malu.
Yuzuru perlahan meraih bahu Arisa.
“… Yuzuru-san?”
Lalu Yuzuru memeluk Arisa dengan kuat.
Dan perlahan, menikmati pelukannya …
Kemudian mendorong Arisa.
“E-Etto … Nhh.”
Yuzuru menutup bibir Arisa dengan bibirnya.
“Bukannya aku ingin melakukannya segera, dan bukannya aku ingin memaksamu melakukannya …”
Apa aku akan dicap sebagai pengecut jika aku mengatakan itu pada Arisa?
Yuzuru berkata begini dengan jelas, meskipun dia sedang memikirkan itu.
“Pada akhirnya, kupikir, kamu dan aku … akan saling mencintai.”
Yuzuru berkata dengan jelas, menatap mata Arisa.
Di sisi lain, mata Arisa terbuka lebar … dan melihat ke kanan dan ke kiri dengan malu-malu.
Lalu dia menatap mata Yuzuru dan menjawab.
“Aku juga … um, pada akhirnya, aku pikir kita akan … saling mencintai.”
Dia mengatakannya dengan sangat jelas dan berani.
Yuzuru mendekatkan wajahnya ke Arisa lagi.
Kedua bibir mereka saling bersentuhan.
+×+×+×+
“Nee, Mama, mereka sedang apa…”
“Sstt! Kamu tidak boleh lihat!”
Keduanya bergegas bangun dan pergi.
Translator: Exxod
Editor: Janaka
Mantap min, lansung up banyak chapter
ReplyDeleteSemangat min tl nya
Mantap
ReplyDeleteMakasih min puas gw bacanya
ReplyDeletemakasih min untuk kerja kerasnya
ReplyDeleteSi anying ketauan bocil🤣🤣
ReplyDeleteNee, mama mereka sedang apa? 😂
ReplyDelete👍
ReplyDeleteNee mama, aku juga mau nyoba kayak mereka
ReplyDeleteWkowko.. ngakak anjir yg terakhir.. 🤣
ReplyDeleteTerlanjur tenggelam dalam lautan gula, malah dibuat ngakak sama bocil 😆
ReplyDeleteNjing bocil laknat
ReplyDeletengakak anjing 😂😂
ReplyDeleteOke waktunya stop. Vol.4 WN gak cocok sama illust LNnya.
ReplyDelete