OmiAi - Chapter 130 Bahasa Indonesia


 Bab 130


Itu adalah permintaan yang sangat berani bagi Arisa.

“Ti-Tidur bersama … “

“… Tidak boleh?”

Arisa memiringkan kepalanya dengan khawatir.

“Tadi malam … sangat hangat dan nyaman. … aku menginginkannya lagi. Jika tidur bersama, aku yakin aku akan baik-baik saja.”

Suaranya sangat manis.

Idenya tidak buruk sama sekali.

Malahan, Yuzuru ingin mengatakan kalau itu adalah sebuah hadiah …

(Tapi, alasanku karena…)

Yuzuru tidak yakin dengan alasannya sendiri.

Tubuh tunangan yang tak berdaya berada tepat di sampingnya.

Apakah dia bisa menahan diri dalam situasi seperti itu?

Meski begitu …

(Tapi, aku tidak bisa menolaknya)

Yang pertama menyarankan adalah Yuzuru.

Jadi, tidak ada alasan untuk menolak ide Arisa.

Di atas segalanya, agak tidak sopan menolak ajakan dari tunangannya.

“Oke. Aku mengerti … Ayo kita tidur bersama.”

“Terima kasih.”

Kata Arisa, entah kenapa dia merasa lega.

+×+×+×+

Sebagai hasil dari diskusi mereka, mereka memutuskan tidur dengan menggunakan futon di atas tempat tidur.

Karena ada kemungkinan jatuh dari tempat tidur.

Baik Yuzuru maupun Arisa tidak memiliki kebiasaan tidur yang buruk, tapi jika dua orang tidur di kasur single-bed, salah satu dari mereka mungkin akan jatuh.

[EN : single-bed, tempat tidur yang berukuran untuk satu orang.]

Jika mereka tidur di dalam futon, tidak perlu khawatir mereka akan terjatuh.

“Mo-Mohon bantuannya.”

Entah kenapa, Arisa berkata seperti itu sembari duduk Seiza.

Yuzuru merasa sedikit aneh.

Dia menggaruk-garuk pipi tanpa sadar.

“Kalau begitu, ayo tidur.”

“Baik.”

Tapi, Arisa tak kunjung masuk ke dalam futon.

Dia menatap wajah Yuzuru dengan matanya yang basah.

“… Arisa?”

“… Selamat tidur.”

Arisa berkata, seolah menginginkan sesuatu.

Yuzuru akhirnya mengerti apa maksud dari sikap Arisa.

“… Ya, selamat tidur.”

Yuzuru dengan ringan mencium pipi Arisa.

Kemudian wajah Arisa jadi merah cerah dan menguburkan tubuhnya ke dalam futon.

Merasa malu, dia membenamkan wajahnya ke bantal.

Tingkahnya sangat manis.

Yuzuru mematikan lampu dan masuk ke dalam futonnya.

“Yuzuru-san…”

Kata tunangan, meringkuk mendekat padanya.

Menempel erat di lengan Yuzuru.

“Kamu baik-baik saja?”

“… Iya.”

Arisa memeluk lengan Yuzuru seakan menekannya ke tubuhnya.

Lengan Yuzuru tenggelam ke dalam gumpalan lemak yang lembut.

Aroma manis menusuk rongga hidung Yuzuru.

“… Arisa.”

Yuzuru pun memeluk tubuh Arisa dengan tubuhnya sendiri.

Merasakan kelembutan dan kehangatannya dengan seluruh tubuhnya.

“…”

“…”

Aroma.

Suhu tubuh.

Suara nafas.

Dalam kegelapan, keduanya memastikan keberadaan satu sama lain.

Mereka meraba-raba tubuh satu sama lain seolah mencari satu sama lain.,.

“… Yuzuru-san.”

“… Arisa?”

Tiba-tiba, namanya dipanggil.

Ketika Yuzuru bertanya balik … setelah beberapa saat hening, Arisa menjawab.

“… Kamu ingin, melakukannya, ‘kan?”

Suaranya yang manis menggoda telinga Yuzuru.

Mengakibatkan suhu tubuh Yuzuru naik.

Secara refleks, Yuzuru memeluk tubuh Arisa dengan kuat.

“Um, aku … tidak keberatan, kok?”

Kata Arisa, dalam kegelapan.

Yuzuru tak bisa melihat ekspresinya.

“Bukannya aku … paranoid. Aku sama sekali, tidak keberatan …”

“Arisa.”

Dengan lembut, Yuzuru mencium dahi Arisa.

Dan menggenggam tangannya erat-erat.

“Aku ingin melakukannya.”

Yuzuru dengan jelas berbisik di telinga Arisa.

Terkejut, tubuh Arisa bergetar.

“Ka-Kalau begitu …”

“Tapi, bukankah masih ada banyak kesempatan mulai sekarang?”

Yuzuru berkata begitu dan dengan lembut membelai rambut Arisa.

Memeluk wajahnya dengan dadanya yang membidang.

“Aku tidak ingin memaksamu.”

Mengelus kepala Arisa untuk menenangkannya.

Di sisi lain, Arisa dalam diam merunduk di dada Yuzuru.

“Aku takkan pernah membencimu.”

“Tapi …”

Dengan lembut, Arisa menggenggam erat pakaian Yuzuru.

“… Kamu sangat ingin, melakukannya, ‘kan?”

“Aku tidak ingin kamu memaksakan diri.”

Setelah mengatakan itu, Yuzuru dengan lembut menyentuh wajah Arisa.

Mengusap pipi dengan lembut, memegang dagunya, dan menekan sedikit bibirnya di atasnya dengan jari-jarinya.

“Bukankah aku ingin melakukan sesuatu dengan yang di sini lebih dulu?”

“Aku … mengerti.”

Tubuh Arisa yang tadinya tegang, kehilangan kekuatannya.

Lalu, mungkin karena merasa lega, dia mulai tidur dengan nafasnya yang berirama.

(… Aku ingin tahu apa aku membuatnya merasa tidak nyaman)

Hati wanita memang sulit dimengerti.

Sembari berpikir seperti itu, Yuzuru menutup kelopak matanya.


Translator: Exxod

Editor: Janaka


5 Comments

Previous Post Next Post


Support Us