OmiAi - Chapter 123 Bahasa Indonesia


 Bab 123


Arisa mengenakan bikin berwarna putih.

Dengan desain sederhana tanpa hiasan khusus.

Apakah ini karena warnanya berbeda dengan bikini warna hitam yang dia kenakan terakhir kali di kolam renang?

Desainnya agak berbeda, tetapi eksposurnya tidak jauh berbeda.

Ano…, Yuzuru-san?”

“Eh? Ah, maaf…”

Yuzuru tersadar ketika Arisa memanggilnya sembari membuang muka karena malu.

Kemudian, dia menggaruk pipinya dan berkata seolah ingin membuat alasan.

“Kupikir, kamu akan memakai baju renang sekolah.”

Sedikit tidak terduga bahwa dia mengenakan bikini.

Yuzuru sedikit terkejut, lalu Arisa berkata sembari tersenyum.

“Jika aku memakai baju renang sekolah, aku tidak bisa membilas tubuhku… ditambah, sepertinya tidak higienis jika aku memakai baju renang yang sudah aku pakai di kolam renang tadi."

“Kalau itu … yah, aku mengerti.”

Tapi, itu tidak menjelaskan kenapa Arisa mengenakan bikini putih.

Namun … Yuzuru memutuskan untuk menerima kenyataan bahwa “dia mempersiapkannya dengan baik”.

“Baiklah, aku akan berendam dulu.”

“Silakan.”

Pertama-tama, Yuzuru memutuskan untuk berendam di bak mandi lebih dulu.

Di sisi lain, Arisa dengan cepat membasuh tubuhnya.

Namun, jika Arisa menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membasuh tubuhnya, Yuzuru akan merasa lelah karena terlalu lama berendam.

Arisa sudah mencuci tubuhnya sebelumnya, jadi dia seharusnya sudah cukup bersih agar tidak mengotori bak mandi.

Setelah menghilangkan kotoran dengan menyiram tubuhnya dengan air secara perlahan, Arisa mengela nafas, kemudian berdiri seolah dia telah memutuskan sesuatu.

“Aku sudah selesai membasuh tubuhku… aku akan masuk.”

Setelah mengatakan itu, dia mengangkat kakinya dan memasukannya ke dalam bak mandi.

Dan berendam menghadap Yuzuru.

“…”

“…”

Keheningan mendominasi ruangan itu.

Keduanya melihat ke bawah, mencoba untuk tidak melihat wajah satu sama lain.

(Bahaya… ini bahaya)

Yuzuru merasa malu ketika di kolam renang, tapi bukan berarti dia tidak bisa melihat langsung ke arahnya.

Tapi sekarang, entah kenapa, Yuzuru tidak bisa melihat penampilan Arisa.

Bisa jadi karena Arisa memakai bikini putih yang lebih terbuka daripada baju renang sekolahnya …

(Berduaan di tempat tertutup, benar-benar tidak baik…)

Tidak baik karena hanya ada dua orang, Yuzuru dan Arisa, di ruangan sempit.

Selain itu, keduanya berada pada jarak di mana mereka dapat menjangkau dan menyentuh satu sama lain.

A-Ano, Yuzuru-san.”

Arisa-lah yang pertama kali memecah keheningan.

Yuzuru mengangkat wajahnya agar bisa mendengarnya.

Arisa berkata pada Yuzuru, kulitnya merah cerah.

“Um… bagaimana baju renangku?”

E-Etto…”

Ketika dia meminta pendapat tentang baju renangnya, Yuzuru mengalihkan pandangannya ke tubuh Arisa.

Kulit putih bersih terpantul di air yang jernih.

Anggota tubuhnya memanjang dan bergelombang.

Satu-satunya hal yang menutupi payudaranya yang besar dan bagian bawah perutnya adalah selembar kain putih.

Kain putih telah menyerap air dan menempel sempurna pada kulit Arisa, ... Itu membuat kulitnya yang sehat sedikit terlihat.

Sangat mudah untuk melihat yang ada dibaliknya jika itu kain berwarna ... putih.

“K-kupikir… itu sangat cocok untukmu, kok. Terlihat bersih dan menurutku itu imut.”

“Benarkah? Itu bagus.”

Arisa sedikit malu dengan kata-kata Yuzuru, tapi tersenyum bahagia.

Sepertinya, dia tidak sadar kalau kulitnya sedikit terlihat.

Dan tampaknya dia tidak memilih warna putih untuk tujuan lain selain itu.

Beruntung, bagian yang tidak boleh terlihat tidak tembus pandang.

Itu adalah hal yang wajar karena itu pakaian yang digunakan untuk berenang, bukan untuk lelucon.

Mungkin, jika dia memakai celana dalam dan sejenisnya, tidak akan ada masalah dengan pencegahan tembus pandang.

... Sepertinya dia tidak memakai itu kali ini.

“Yuzuru-san lebih suka yang mana?”

“Yang mana, maksudnya?”

“Maksudku, bikini sebelumnya… kamu lebih suka yang ini atau yang aku pakai ketika di kolam renang saat liburan musim panas.”

Dengan kata lain, bikin warna hitam dan putih.

Pertanyaannya ialah, Yuzuru lebih suka yang mana.

“Hm … biarkan aku berpikir…”

Bikini hitam itu seksi dan dewasa, dan bikini putihnya bersih dan imut.

Sulit untuk memilih mana yang lebih bagus, tapi yang cocok dengan Arisa adalah...

“Hitam, mungkin?”

“Hee… kenapa kamu memilih itu?”

“Karena kamu memiliki kulit putih dan bersih, jadi kupikir hitam lebih cocok.”

Yuzuru berpikir bahwa warna hitam akan  membuat kulit Arisa dan rambut berwarna raminya lebih menonjol.

“Aku mengerti, kalau begitu … lain kali, ketika ada kesempatan untuk kita pergi ke kolam renang lagi, lebih baik aku memakai yang warna hitam, ya?

“Yah … kamu tidak harus mencocokannya dengan seleraku, kok. Um, aku sebenarnya ingin melihat penampilanmu dalam pakaian yang berbeda-beda.”

Arisa dengan malu-malu mengalihkan pandangannya, mendengar kata-kata Yuzuru.

“A-Aku mengerti.”

Kemudian Arisa mencondongkan tubuhnya ke depan sedikit.

Kulit mereka sedikit bersentuhan, dan jantung Yuzuru mulai berdebar.

“Sebelumnya, kamu memuji … kulitku, ‘kan. Um, apakah kamu, suka kulitku?”

Kata Arisa, menatapnya dengan mata lembab.

Ekspresi wajahnya tampak seperti saat demam, selain karena rasa malu, itu juga karena suhu tubuhnya naik.

“Tentu saja. Semua dari dirimu … aku menyukainya, kok.”

“Se-Se…”

Mendengar kata-kata Yuzuru, membuat wajah Arisa semakin memerah.

Dia kemudian bertanya pada Yuzuru, dengan senyum luwes.

“Apakah kamu ingin menyentuhnya?”

“Memangnya boleh?”

Yuzuru secara tidak sengaja meninggikan suara atas tawaran tak terduga dari Arisa.

Arisa mengangguk pada pertanyaan Yuzuru.

Etto … um, tapi tidak boleh menyentuh di tempat yang aneh. Jika sekedar menyentuh bahu … aku tidak keberatan.”

Karena Arisa mengatakan demikian, Yuzuru mengalihkan pandangannya ke bahu Arisa.

Bahu seorang gadis ramping, putih seperti porselen, halus dan melengkung indah.

Hanya tali bikini yang menggantung di bahunya yang menyembunyikan sedikit kulitnya.

Yuzuru mengulurkan tangan dan menyentuh bahunya.

Kemudian Arisa meringkukkan tubuhnya dan menatap Yuzuru.

“Um, bagaimana?”

“Ini sangat halus…”

Apakah itu karena air panas atau keringat, bahunya yang basah terasa halus dan sangat nyaman untuk disentuh.

Setelah Yuzuru menyentuhnya sedikit, dia lalu mengangkat kedua tangannya dan melepaskannya.

“Kamu sudah selesai menyentuhnya…?”

“Yah, itu…”

Tentu saja, yang ingin Yuzuru sentuh sebenarnya adalah kedua gunungnya…

“Um, karena aku tidak punya alasan lebih untuk melakukannya …”

Kata Yuzuru, seperti bergumam.

Lalu Arisa tertawa kecil, mungkin dia pikir Yuzuru sedang bercanda.

“Kalau begitu, apa boleh buat...”

Dengan santai, pandangan Arisa turun.

“Kyaa!”

Sembari berteriak, Arisa menutupi wajahnya dengan tangannya

“A-Apa yang sedang kamu pikirkan!”

“Y-Yang sedang aku pikirkan? … Memikirkanmu?”

“Tolong jangan dibuka!!”

Arisa berteriak, matanya mengintip melalui sela-sela jarinya.


Translator: Exxod

Editor: Janaka

4 Comments

Previous Post Next Post


Support Us