OmiAi - Chapter 124 Bahasa Indonesia


 Bab 124


Setelah mereka selesai mandi.

“Um, begini, Arisa-san. Biarkan aku memperbaiki suasana hatimu.”

Yuzuru sedang memijat bahu Arisa.

Di sisi lain, Arisa menjawab dengan wajah sedikit memerah.

“… Aku tidak marah, kok.”

“Sungguh?”

“… Tadi aku hanya terkejut saja.”

Setelah melihat penampakan “itu”.

Yuzuru diusir dari kamar mandi setelah dicaci dengan ejekan seperti “Hentai! Ecchi!” oleh Arisa.

[TN: Hentai = Cabul dan Ecchi = Mesum]

Yuzuru buru-buru menenangkannya agar dia tidak dibenci oleh Arisa, tapi dia beruntung, sepertinya Arisa tidak membencinya.

“Hal serupa juga pernah terjadi sebelumnya.”

“… Um, yah, itu juga pernah terjadi.”

Memang benar, ini bukan pertama kalinya Arisa menyadari dan melihat “itu”.

Namun, ini pertama kalinya mereka memperlihatkan banyak kulit mereka saat situasi itu.

“Itu adalah keadaan yang tidak bisa aku kendalikan.”

Yuzuru tidak memikirkan sesuatu yang buruk ...

Dia tidak sedang memikirkan sesuatu yang jahat, dia sama sekali tidak berniat menyakiti Arisa. 

Yuzuru mencoba memberi tahu Arisa hal itu.

Di sisi lain, Arisa mengangguk kecil.

“Aku mengerti. Aku tahu kalau Yuzuru-san … bukan orang semacam itu, karena itu aku jadi suka padamu.”

“I-Itu bagus.”

Sepertinya, sisi gentle-nya dihargai oleh Arisa.

Tapi Yuzuru harus sedikit …, tidak, lebih berhati-hati di depan Arisa.

(…Aku harus menahan diri untuk tidak menggoda, mengatakan, dan melakukan hal-hal seperti yang kulakukan di depan Soichiro dan Hijiri.)

Yuzuru membulatkan tekadnya.

“… Kamu bilang itu tidak bisa dikendalikan, ‘kan.”

“Eh? Yah, benar, um, itu bukan sesuatu yang bisa kamu kendalikan dengan kehendakmu…”

“Kamu berusaha menahannya ya.”

“Um… tentu saja, aku sudah mencobanya.”

Ketika Yuzuru ditanya apakah dia sudah berusaha menahannya, dia sedikit bingung menjawabnya.

Dia bukannya tidak ingin …  dilihat oleh Arisa, tapi sedikit memalukan jika Arisa melihatnya,

Memang benar ada kekhawatiran bahwa Arisa mungkin tertarik pada itu.

“Aku mengerti. Jadi kamu sudah berusaha menahannya … meski begitu, tetap tidak bisa dikendalikan ya.”

“Be-Benar.”

Kata Arisa, sembari memastikannya dengan seksama.

Yuzuru sedang memijat bahu Arisa dari belakang, jadi dia tidak bisa melihat ekspresinya.

(…Dia ingin bilang apa sebenarnya.)

Tidak ada yang lebih menakutkan daripada tidak tahu apa-apa.

Yuzuru bergidik ketakutan dan menanyakan suasana hati Arisa.

“Kamu tidak bisa mengendalikannya karena … melihat tubuhku, ‘kan?”

E-Etto…

“Katakan saja, aku tidak akan marah.”

Yuzuru menjawab, merasa seperti sedang dimarahi oleh guru SD.

“Y-Yah, kupikir tubuhmu sedikit merangsang…”

“… Sedikit, ya? Padahal hanya sedikit, tapi kenapa kamu tidak bisa mengendalikannya?”

Sepertinya, pernyataan Yuzuru tidak benar.

Yuzuru buru-buru mengoreksinya.

“Tidak, bukan sedikit, maksudku, karena … sangat merangsang, aku tidak bisa mengendalikannya.”

“Ah, begitu ya.”

Arisa mengangguk-nganggukan kepalanya.

Mulai dari sini, Yuzuru menyadarinya.

.... Kalau suara Arisa sedikit melenting.

“Aku sangat mempesona hingga kamu tidak bisa mengendalikannya, ‘kan?”

Arisa menjawab sembari melihat ke belakang.

Mulutnya sedikit rileks.

“Yah, aku tidak akan menyalahkanmu.”

Kata Arisa, tanpa menunggu jawaban Yuzuru.

“Yuzuru-san … tidak salah apa-apa. Jadi apa boleh buat.”

“Eh? Yah, itu, um…”

Yuzuru mengangguk samar, dan Arisa tersenyum.

Itu adalah wajah sombong.

“Akan kumaafkan.”

Dia dimaafkan.

Rupanya, Arisa tidak memandang negatif kejadian dengan Yuzuru di kamar mandi ... melainkan memandang positif. 

Yuzuru merasa lega.

Nah, entah dia tahu atau tidak tentang kekhawatiran Yuzuru, Arisa terus berbicara dengan suara melenting.

“Ngomong-ngomong, sebelumnya, kamu bilang sangat merangsang, ‘kan.”

“Um…, ya, aku bilang begitu.”

“Jadi…”

Arisa sedikit tergagap.

Kali ini, dia dengan malu-malu mengalihkan matanya yang berwarna giok … 

"Secara khusus, bagian mana yang sangat merangsang?"

Arisa bertanya dengan wajah merah cerah.

Dia penasaran, tapi sepertinya dia terlalu malu untuk menanyakannya.

Ini memalukan bagi Yuzuru untuk menjawabnya secara langsung.

Meski begitu, Yuzuru memutuskan bahwa lebih baik berkata jujur di sini.

“Dadamu?”

“Dada, ya.”

Sembari mengatakan itu, Arisa meletakan tangannya di dadanya.

Dia hanya meletakannya, tidak meremasnya.

Namun, gerakan itu agak merangsang dan membuat jantung Yuzuru berdetak lebih cepat.

“Apakah Yuzuru-san, lebih suka yang besar?”

“Itu …, yah, mungkin aku lebih suka yang besar.”

Ketika Yuzuru menjawab, Arisa terkikik.

“Ngomong-ngomong, persyaratan untuk perjodohan juga ‘payudara besar’.”

“… Tolong jangan ingatkan aku tentang hal itu lagi.”

Itu hanya untuk guyon, jadi itu tidak mencerminkan preferensi seksual Yuzuru.

[EN: Pas ngajuin persyaratan calon tunangan Yuzuru sambil becanda sama Soichiro.]

“… Apakah ada yang lainnya?”

“Lainnya… maksudmu?”

“Bagian dari diriku …  yang disukai Yuzuru-san, maksudku, penampilanku.”

Penampilan.

Yuzuru menebak bahwa dia mengacu pada tubuhnya, berdasarkan alur percakapan.

Setelah berpikir sejenak, Yuzuru menjawab.

“Aku pikir, kulit putihmu sangat indah.”

Fumu-fumu.

Untuk kulitnya, Arisa sepertinya percaya diri dan sadar akan hal itu, dan terlihat tidak terlalu terkejut.

“Dan … kaki, mungkin?”

Yuzuru mengatakan bagian yang sedikit gila.

Kemudian Arisa mengangguk dengan keras.

“Kaki ya. Ngomong-ngomong … ketika di kolam renang, kamu terus menatapnya.”

“Aku tidak menatapnya, kok.”

“Lebih tepatnya, bagian mana yang membuatmu tertarik?”

Mengabaikan alasan Yuzuru, Arisa kembali bertanya.

“Eh? Um… paha?”

“Paha … ya. Panjang dan kurus itu indah, begitukah menurutku?”

Kata Arisa, menunduk menatap kakinya.

Kaki telanjang putih sehat yang mengintip dari bikininya.

“Tidak, bagaimana aku mengatakannya ya. Menurutku lebih seperti lembut mungkin…”

“Hee … jadi seperti itu dari perspektifmu ya.”

Kata Arisa sembari menyentuh kakinya.

Bagi Yuzuru, itu adalah kaki tunangan yang dia cintai, tapi bagi Arisa, itu adalah kakinya sendiri.

Arisa sepertinya tidak merasakan emosi yang dalam karena itu bagian dari dirinya.

“Apa ada lagi yang lain?”

“Lagi? Um …, aku pada dasarnya suka semua dari dirimu.”

“Aku senang kamu mengatakan itu.”

Yuzuru bermaksud mengatakan itu untuk menyembunyikan pikirannya yang sebenarnya, tapi Arisa sepertinya menerimanya sebagai pujian.

Karena tidak punya pilihan, Yuzuru menyebutkan bagian yang lebih spesifik.

“... Pantatmu, aku menyukainya.”

“Pa-Pantat?”

Arisa membuat suara yang sedikit meninggi.

Ternyata, jawaban "pantat"  mengejutkan baginya.

“Kenapa kamu menyukainya? … Aku pikir itu bukanlah bagian yang bersih.”

“Tidak, bukan karena bersih atau kotornya … tapi itu menarik karena besar.”

Ketika ditanya kenapa dia menyukainya, Yuzuru juga tidak begitu mengerti.

Pantatnya besar, seharusnya karena itu, jadi dia tidak punya pilihan lain selain meyakinkannya.

“Apa mungkin …  kamu suka gadis yang gemuk?”

Tiba-tiba, Arisa mengatakan itu.

Yuzuru memiringkan kepalanya dan mencoba memikirkannya kenapa dia bisa berpikiran seperti itu, “Aku suka dada yang besar” , “Aku suka pahamu karena terlihat lembut” , “Aku juga suka pantatmu yang besar” , secara keseluruhan dia menyimpulkan bahwa Yuzuru "suka yang tebal dan bulat."

Meski begitu, Yuzuru tidak suka gadis gemuk.

“Aku juga suka perutmu yang ramping.”

“A-Aku mengerti. Jadi begitu … dengan kata lain, kamu menyukai gadis dengan penampilan normal yang bagus?”

“Yah, kamu benar.”

Yuzuru cukup normal tentang tipe wanitanya.

“… Untuk saat ini, aku sangat mengerti, kalau Yuzuru-san … sangat suka tubuhku.”

“… Um, aku senang kamu mengerti.”

Cara mengatakannya agak sedikit keliru, tapi Yuzuru yakin bahwa Arisa tahu kalau Yuzuru tidak hanya mengincar tubuhnya.

“… Yuzuru-san?"

Kata Arisa, berteriak kebingungan.

Itu karena Yuzuru dengan lembut memeluk Arisa dari belakang.

“A-Ada apa?”

Sembari kulitnya memerah, Arisa bertanya pada Yuzuru.

Di sisi lain, Yuzuru yang wajahnya memerah, perlahan mendekatkan mulutnya ke telinga Arisa.

“Begini.”

Bisikan Yuzuru mengguncang rambut Arisa.

“Y-Ya?”

Arisa menyandarkan tubuhnya pada Yuzuru.

“… Bisakah kita, melanjutkan latihan ciuman?”

Kemudian, Yuzuru berbisik seperti itu.


Translator: Exxod

Editor: Janaka

5 Comments

Previous Post Next Post


Support Us