Bab 122
"Tadi pijatannya enak."
"Ya, itu lumayan enak."
Yuzuru dan Arisa melakukan percakapan
seperti itu ketika mereka sampai di rumah.
Sesampainya di rumah, Yuzuru dan Arisa
sedang membicarakan tentang tempat pemandian, sauna, dan mesin pijat.
"Arisa juga bisa berenang dengan baik
sekarang.”
Tentu saja, mereka tidak hanya bermain
saja, dia juga melatih Arisa berenang.
“Berapa banyak lagi latihan khusus yang aku
butuhkan?”
“Dilihat dari latihan dengan kecepatan ini,
dua kali lagi, kamu mungkin akan bisa berenang 25 meter.”
Dia masih belum “bisa berenang”, tapi
setidaknya dia bisa mengibaskan kakinya sambil memegang tangan Yuzuru.
Setelah itu, dia harus bisa mengibaskan
kaki dengan tangan di atas air, dan dia harus bisa menahan napas.
Jika Arisa bisa melakukan itu, Arisa baru
bisa dikatakan “bisa berenang.”
Jika dia hanya ingin bermain air, dia bisa
melakukannya dengan berenang tanpa gaya.
Jika ingin belajar … gaya katak, gaya
punggung, gaya dada, dan kupu-kupu, itu lain cerita.
Jadi, sembari mengobrol, mereka berdua
mulai menyiapkan makan malam.
Yuzuru membantu mengupas sayuran dengan
alat pengupas.
Makan malam hari ini adalah …
Acar makarel Spanyol.
Daging dan kentang.
Bayam dengan pasta wijen.
Sup miso.
Itulah menunya.
“Daging dan kentangnya sangat enak.”
Tentu saja, semuanya enak, tapi Yuzuru
paling suka daging dan kentangnya.
Apalagi kentangnya empuk, rasanya cocok
dengan seleranya.
“Karena aku memakai kentang segar.”
Masakan itu sepertinya yang paling Arisa
kuasai, katanya dengan hati senang.
Lalu
Arisa bertanya seraya memiringkan kepalanya.
“Yuzuru-san suka masakan
daging dan kentang, ya?”
“Eh? Hm… yah, sama
seperti kebanyakan orang.”
Ketika ditanya apakah
Yuzuru suka itu secara khusus, bukannya dia sangat menyukainya.
Tapi juga bukan berarti dia
tidak menyukainya.
“Kenapa kamu tiba-tiba
menanyakan itu?”
"Um... Kudengar laki-laki suka wanita
yang bisa memasak daging dan kentang."
“Ah… cerita itu, aku juga sering
mendengarnya.”
Sering dikatakan bahwa daging dan kentang
baik untuk laki-laki.
Namun, ketika ditanya apakah itu makanan
favoritnya, jumlah laki-laki yang suka daging dan kentang mungkin lebih sedikit
daripada jumlah yang suka nasi kari dan steak hamburger.
Dengan kata lain, Arisa tidak menanyakan
apa Yuzuru suka "daging dan kentang", tapi apa Yuzuru suka “gadis
yang bisa memasak daging dan kentang”.
“Yuzuru-san sendiri bagaimana?
“Hmm… yah, aku tidak begitu suka pemikiran
tentang menyukai gadis yang bisa memasak daging dan kentang…”
Ibu
Yuzuru bukanlah seorang juru masak yang sangat baik.
Sejak
awal, sebagian besar makanan mereka disiapkan oleh pelayan sewaan.
Oleh
karena itu, Yuzuru tidak pernah benar-benar ingin memiliki istri yang pandai
memasak, daripada seorang juru masak daging dan kentang.
“Begitu, ya…”
Jawaban Yuzuru sepertinya tidak sesuai
dengan harapan Arisa.
Dia tidak begitu tertekan ... tapi semangatnya
sedikit menurun.
“Tentu saja…, aku suka masakanmu, kok.”
“Yah, aku tahu itu. Um…, tapi, bukan itu
maksudku.”
Arisa terlihat sedikit kebingungan.
Sepertinya dia berpikir bahwa Yuzuru tidak
puas dengan masakannya.
“Maksudku, bagaimana aku mengatakannya… kupikir
Yuzuru-san suka masakanku, bukan aku yang pandai memasak…”
“Itu…”
Yuzuru tidak membenci Arisa walaupun dia
tidak pandai memasak atau tidak bisa memasak.
Bagi Yuzuru, Arisa adalah kekasih,
tunangan, istri masa depan, bukan pelayan.
Namun, Arisa sepertinya tidak menginginkan
jawaban seperti itu.
Ketika Yuzuru sedikit bingung dengan
memikirkan jawabannya, Arisa menggelengkan kepalanya meminta maaf.
“Maafkan aku. Um… karena aku tidak bisa
mengatakannya dengan benar, suasanannya malah jadi canggung.”
Sepertinya, Arisa sendiri tidak bisa
mengungkapkan perasaannya dengan baik.
Dan Yuzuru juga tidak tahu bagaimana dia
harus menyemangati Arisa.
“Yah, tidak apa. Sebagai gantinya… bisakah aku
mengambil itu?”
Yuzuru memutuskan bahwa lebih baik untuk
menghentikan pembicaraan, jadi dia memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan.
Arisa juga ingin mengakhiri topik itu, jadi
dia mengangguk dengan cepat.
"Ah, baik. Silakan dinikmati."
"Terima kasih."
Yuzuru menggunakan sumpit untuk memindahkan
daging dan kentang dari piring besar ke piringnya sendiri sendiri.
Nah, setelah selesai makan dan
membereskannya, keduanya sedang bersantai di ruang tamu.
Yah, tapi sedikit tidak pas jika
menyebutnya bersantai.
… Karena suasana di antara mereka berdua,
sedikit canggung.
“Ano…, Yuzuru-san?”
“Kenapa, Arisa?”
“Tidak, um, bukan apa-apa.”
Dia hendak menyarankan sesuatu pada Yuzuru,
tapi Arisa menahannya ketika dia akan mengatakannya.
Yuzuru sangat mengerti alasan kenapa Arisa
begitu cemas.
(Lagian,
setelah ini, kita akan mandi bersama…)
Ayo mandi bersama dengan mengenakan baju
renang.
Mereka berdua membuat janji seperti itu.
Adalah hal wajar bagi mereka untuk memikirkan
itu.
(Apa
dia akan mengatakan “Seperti dugaanku, aku tidak mau melakukan itu.”)
Itu memalukan, jadi lebih baik kami
batalkan saja.
Kemungkinan besar, Arisa terbawa suasana
ketika membuat janji itu.
Tentu saja, dia tidak akan memaksa Arisa
yang enggan untuk mandi bersamanya, tapi…
“Arisa.”
“Y-Ya, ada apa?”
“Bukankah sudah waktunya… kita mandi?”
Yuzuru memutuskan untuk mengambil
inisiatif.
Arisa mengangguk kecil pada kata-kata
Yuzuru.
“Benar, sudah waktunya ya. Ayo kita mandi.”
Beruntung, sepertinya dia tidak menolaknya.
Mungkin dia terlalu malu untuk
mengatakannya.
“Kalau begitu, silakan Yuzuru-san masuk
dulu. Aku akan masuk setelah berganti pakaian renang.”
“Baiklah, aku mengerti.”
Seperti yang diperintahkan, Yuzuru berganti
pakaian renang dan pergi ke kamar mandi.
Kemudian dia membasuh pelan tubuhnya.
Setelah itu, yang tersisa adalah menunggu
Arisa selesai berganti pakaian.
Yuzuru merasa sedikit khawatir.
Tentu saja, keinginannya untuk menyerang
Arisa ... Khawatir bahwa dia tidak punya alasan untuk melakukannya.
Ini adalah masalah kehendak Yuzuru.
Masalahnya adalah tubuh bagian bawahnya,
yang tampaknya bereaksi terlepas dari keinginan Yuzuru.
(Y-Yah…
waktu di kolam renang, dia tidak menyadarinya)
Sejak awal, tidak sopan untuk tidak
bereaksi ketika mandi dengan seseorang yang kau sukai, bahkan jika dia
mengenakan pakaian renang.
Dalam skenario terburuk, Yuzuru memutuskan
untuk mengatasinya dengan kalimat menyanjung seperti, "Karena kamu begitu
mempesona.”
“Sebentar lagi… aku akan masuk.”
Dia mendengar suara ketika Yuzuru sedang
memikirkan hal bodoh seperti itu.
Tanpa sadar, Yuzuru menegakan punggungnya.
Setelah beberapa saat, pintu perlahan
terbuka.
“Sekarang… sebelum tubuh kita menjadi
dingin, mari segera berendam.”
Sembari tersipu malu dan mata gioknya
menengok ke kiri dan ke kanan…
Tunangannya yang dibalut bikini warna putih
berkata begitu.
Translator: Exxod
Editor: Janaka
👍
ReplyDeleteButuh yang illustrasinya
ReplyDeletehehehe... buoy
ReplyDeleteNeed illustration
ReplyDelete