OmiAi - Chapter 121 Bahasa Indonesia


 

Bab 121

 

Selagi mengajari cara berenang. Waktu terus berlalu … dan sekarang sudah siang hari.

Yuzuru dan Arisa keluar dari kolam renang dan memutuskan untuk makan.

Mereka menuju restoran yang ada di dalam fasilitas.

Yuzuru memesan kari daging dan Arisa memesan sepiring hamburger.

“Ini lebih enak dari yang kubayangkan.”

“Ya, kamu benar.”

Itu bukan enak karena restorannya kelas atas, tapi enak karena dimakan setelah melakukan aktivitas fisik.

Nah, masalahnya adalah setelah perut mereka kenyang ...

“Setelah makan, apa kamu mau pergi berendam?”

Dikatakan bahwa tidak baik berolahraga dapam kondisi perut penuh.

Yuzuru juga khawatir pada Arisa karena terus menggerakan tubuhnya sejak pagi, pasti tubuhnya kelelahan.

“Yah, mumpung di sini, akan sia-sia jika kita tidak mencoba fasilitas lainnya.”

Dengan begitu mereka meninggalkan restoran dan berganti pakaian renang lagi dan menuju ke kolam renang.

Dan hal pertama yang mereka kunjungi adalah kolam air panas dengan jacuzzi.

Suhu airnya tidak sampai 40 derajat.

Sebagai tempat berendam masih belum cukup panas, tapi sebagai kolam renang, suhunya sudah pas.

Ada juga kolam di mana para pengunjung bisa berbaring dan menikmati gelembung yang meluap dari bawah.

Sepertinya itu adalah mekanisme untuk memberikan sedikit pijatan bagi para pengunjung.

Yuzuru dan Arisa berbaris dan mencoba berbaring di sana.

“Lumayan juga kolam ini.”

Gelembung dan aliran air mengenai bahu dan punggung mereka.

Hal itu membuat mereka merasa cukup nyaman.

“Akan lebih enak jika tekanannya sedikit lebih kuat.”

Di sisi lain, Arisa, yang bahunya sangat kaku, kelihatannya sedikit kurang puas.

Dia memijat lehernya sendiri dengan tangannya, bertanya-tanya apakah apakah tekanan seperti ini bisa melemaskan bahunya.

“Kalau begitu, ayo pergi ke pemandian.”

“Baik.”

Saat sudah bosan dengan jacuzzi, Yuzuru dan Arisa berdiri dan menuju pemandian.

Ketika pintu menuju area pemandian itu dibuka, panas dan uap menyambut mereka berdua.

Ada beberapa jenis pemandian, termasuk pemandian kesehatan.

Pertama-tama, mereka ke pemandian kuno yang diisi dengan air panas biasa.

Suhu air 40 derajat lebih sedikit.

Tidak panas, tidak hangat, suhunya pas.

“Ahh… Seperti dugaanku, pemandian air panas lebih enak.”

Begitu mereka berendam, Arisa banyak berbaring.

Yuzuru juga meregangkan anggota tubuhnya dan merilekskannya.

Ketika melihat-lihat tempat pemandian, ada lelaki tua yang berdiri di sana.

Yang terlihat paling umum berikutnya adalah keluarga.

Untuk pasangan hanya ada Yuzuru dan Arisa.

“Tapi, berendam dengan mengenakan baju renang membuatku merasa sedikit tidak nyaman.”

Yuzuru bergumam pelan.

Berendam itu harus telanjang.

Yuzuru sebagai orang Jepang percaya hal itu, jadi rasanya agak aneh berendam dengan mengenakan pakaian renang.

“Kamu benar … aku juga merasa sedikit aneh. Apakah ada sesuatu… di wajahku?”

“Tidak… kalau dipikir-pikir, ini pemandian campuran.”

Arisa sedikit tersipu mendengar kata-kata Yuzuru.

“Ti-Tiba-tiba kenapa kamu membahas itu!?”

“Yah… tidak ada yang salah, ‘kan membahas itu?”

“Um, yah, tidak ada yang salah.”

Karena dia mengenakan baju renang.

Bagian memalukannya tidak bisa dilihat orang lain. Ini sama seperti kolam renang.

Sebenarnya, ketika melihat penampilan kakek-nenek dalam pakaian renang ... tentu saja, bukannya mereka tidak merasakan apapun, tapi selama mereka tidak menatapnya, tidak ada masalah.

Akan tetapi…

“Tapi, aku jadi memikirkan hal itu sekarang.”

Kata Arisa, menenggelamkan wajahnya sedikit ke dalam air panas.

Situasi berendam bersama Yuzuru kelihatanya sedikit memalukan baginya.

“Apa kamu tidak suka mandi bersamaku?”

“… Tidak mungkin aku tidak menyukainya.”

Namun, sepertinya kata-katanya tidak sepenuh hati.

Ketika dia melihat perilaku Arisa, Yuzuru tiba-tiba mengatakan sesuatu yang terlintas di benaknya.

“Kalau begitu… Nanti malam, bagaimana kalau mandi bersamaku?”

“…”

Arisa terdiam beberapa saat.

Kemudian, dia menjawab sembari menatap Yuzuru.

“…Aku tidak keberetan jika memakai pakaian renang.”

Tunangannya sudah mengizinkannya.

Tanpa sadar, pipi Yuzuru mengendur.

“Pokoknya hanya mandi bersama saja, mengerti.”

Arisa berkata seakan-akan dia sedang menegaskan sesuatu.

Yuzuru mengangguk padanya dengan wajah serius.

“Tentu saja. Kamu bisa mempercayaiku…”

“Aku tidak begitu yakin…”

Sesaat, sepertinya Arisa sedikit tidak mempercayainya, dia menatap Yuzuru dengan matanya yang tajam.

“Selama latihan juga, kamu menatapku dengan tatapan yang mesum.”

“Tidak, aku tidak menatapmu seperti itu, ‘kok.”

“Apalagi saat menyentuhku.”

“Kalau itu… tidak bisa dihindari.”

Selama mengajarinya berenang, tidak bisa dihindari jika tangannya secara tidak sengaja menyentuh kaki dan dadanya.

Bukan berarti dia sengaja melakukannya.

… Tapi, itu adalah rezeki karena dia dapat menyentuhnya.

“Padahal kamu tidak mempercayaiku, kenapa kamu mau mandi bersamaku?”

“Itu…”

Arisa tersedak oleh pertanyaan Yuzuru.

Kemudian dia berdiri, berkata untuk mengalihkan topiknya.

“Sudah waktunya, mari kita pergi ke pemandian berikutnya.”

“Iya, aku tahu, ‘kok…”

Yuzuru menanggapi dengan senyum pahit.

 

Translator: Exxod

Editor: Janaka

3 Comments

Previous Post Next Post


Support Us