Bab 115
Tiga hari sebelum Golden Week.
"Terima kasih, Bu. Futonnya sudah
sampai."
[TN: Futon adalah perlengkapan tidur
tradisional Jepang]
Yuzuru melapor kepada ibunya—Sayori—bahwa futon
yang dikirim dari rumah orang tuanya sudah sampai.
Tidak mungkin Yuzuru membiarkan tunangannya
tidur menggunakan kantor tidur.
Jadi wajar saja jika dia harus menyiapkan
satu set tempat tidur.
Futon sudah siap, tinggal tempat untuk tidur.
Dia perlu bicara dengan Arisa di mana dia
akan tidur nantinya.
"Bagus, barangnya sudah sampai dengan
baik. ... Jangan kecewakan Arisa-san. Bersikaplah tegas."
"Iya, aku tahu."
Seminggu sekali, mereka menghabiskan waktu
di rumah...
Ada perbedaan besar antara ke rumah
seminggu sekali dengan tidur bersama untuk waktu yang singkat.
Dia tidak ingin terlalu ceroboh dan membuat
Arisa membencinya.
"Ngomong-ngomong, apa kau akan
menghabiskan seluruh liburan di rumah selama Golden Week?"
"Tidak ... aku akan berkencan seperti
biasa."
Museum seni dan museum sejarah.
Ada tempat kencan yang bisa dinikmati tanpa
mengeluarkan banyak uang.
...Ditambah dia juga berencana untuk
memenuhi janjinya yaitu mengajari Arisa berenang selama Golden Week.
"Itu bagus. ...Kau mengerti,
'kan? Dia adalah seorang gadis, jadi berhati-hatilah. Ada hal-hal
yang tidak ingin dia perlihatkan padamu."
"Iya, aku tahu."
Tunggu, bukankah ibu terlalu berlebihan?
Hentikan, ibu terlalu ikut campur.
Kata Yuzuru dalam hati ketika mulai merasa
seperti itu...
"Ah! Itu dia!!! Apa kau
sudah membeli kondom?"
"A-Apa yang ibu katakan!!"
Menanggapi kata-kata tiba-tiba dari ibunya,
Yuzuru berteriak tanpa sadar.
"Kenapa reaksimu seperti
itu? Siapkan alat kontrasepsi. Apa kau belum menyiapkannya?"
"... Aku tidak bermaksud melakukan
itu."
Sebagai seorang anak remaja, dia tidak
ingin ibunya terlalu terlibat dalam urusan seksualnya.
Namun, Sayori kelihatannya khawatir
dengannya.
"Bukankah kau tidak paham sama
sekali. Kau nanti tidak akan bisa berpikir saat kau sedang berada di
suasana itu."
"Aku ingin ibu mempercayai tubuh
bagian bawah putramu ..."
"Bahkan jika kau ingin aku percaya
padamu, orang tua seharusnya tidak mempercayaimu."
"..."
Yuzuru ingin mencoba beradu argumen, tapi
dia merasa kecurigaan Sayori tidak akan hilang dengan dia beradu argumen
dengannya.
“Karena kau bisa membelinya di
apotek. Siapkan itu jika-jika terjadi keadaan darurat. Hanya karena
kau mempersiapkannya, bukan berarti akan melukainya. Jika kau bilang tidak
punya uang, aku akan memasukkannya ke dalam biaya hidupmu."
"T-Tidak perlu... baiklah. Aku akan
membelinya dengan uangku sendiri."
Tidak ada ruginya hanya karena dia
mempersiapkannya.
Ibunya ada benarnya, jadi Yuzuru memutuskan
untuk mengikutinya dengan patuh.
Dia tidak ingin orang tuanya membiayai alat
kontrasepsinya.
"Oh, iya ..."
"... Masih ada lagi?"
"Tingkat kontrasepsi kondom tidak
100%."
"... Aku tahu. Itu bisa sobek,
'kan?"
"Aku senang kau tahu itu. …kau
tahu? Kalau sobek, atau ada sesuatu yang aneh menurutmu, jangan malu-malu,
telpon saja aku! Segera telpon pokoknya! Pil akan segera
tiba!! Mengerti!?"
[EN : ngerti lah kalian pil apa maksudnya.]
"Aku mengerti ... aku mengerti ...
Yah, tapi aku tidak akan melalukannya."
Yuzuru menutup telepon, merasa sangat
canggung.
+×+×+×+
"Yuzuru-san... Yuzuru-san?"
"... Eh? Ah, maaf. Aku hanya sedang
memikirkan sesuatu."
Yuzuru, yang mengingat percakapannya dengan
ibunya tiga hari yang lalu, dipanggil oleh Arisa dan kembali tersadar.
Hari ini adalah hari pertama Golden Week.
Karena ini hari pertama, mereka tidak
berkencan secara khusus, jadi mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan
tenang bermain game.
Dan kebetulan, sekarang adalah waktu
setelah mereka makan malam.
"... Kamu bicara apa tadi?"
"Aku bicara tentang siapa duluan yang akan
mandi."
"Ah ... ya, itu benar .... Aku tidak terlalu
peduli tentang itu."
"Baiklah.... kalau begitu, Yuzuru-san,
sebagai pemilik rumah, silakan mandi duluan."
"Kalau begitu, aku akan dengan senang
hati menerima kata-katamu."
Tidak ada gunanya membahas siapa yang akan
mandi duluan.
Yuzuru berdiri dan memutuskan untuk mandi lebih
dulu.
"...Um, Yuzuru-san. Berapa lama kamu mandi?"
"Yah... tidak akan lama, mungkin 30
menit. Apa aku harus mandi lebih cepat?"
Ketika Yuzuru bertanya, Arisa menggelengkan
kepalanya dari satu sisi ke sisi lain.
"Tidak.... Silakan nikmati mandinya."
Untuk sesaat, dia merasa mata Arisa
bergetar.
Tetapi, sepertinya itu hanya perasaan
Yuzuru saja, dan Arisa tetap tenang dan membuat ekspresi manis.
Yuzuru menuju kamar mandi, meskipun dia
sedikit penasaran.
Mata berwarna gioknya diam-diam melihat
punggung Yuzuru.
Setelah memastikan bahwa Yuzuru menghilang
ke kamar mandi...
Arisa kemudian berjalan mengendap-endap
sambil melihat sekelilingnya.
Kemudian dia menuju ke tempat tidur Yuzuru
...
Mencoba mengintip ke bawah tempat tidurnya.
"... Yah, tidak mungkin ada di tempat
yang mudah ditebak seperti ini, 'kan?"
Arisa menghela nafas seolah dia merasa
lega.
Dan dia mengingat kembali apa yang
dikatakan teman-temannya.
— Mumpung kamu di sana, tolong cari buku
nakal milik Yuzurun.
— Mungkin ada di komputernya.
— Aku tidak bisa membayangkan Takasegawa-kun
melihat hal semacam itu, tapi ... itulah sebabnya aku penasaran.
— Aku yakin, Yuzuru-san tidak punya atau
melihat hal-hal semacam itu.
Arisa berkata dengan tegas pada
teman-temannya, tapi… dia masih penasaran.
"Dia tidak punya itu ... seperti
dugaanku, dia tidak punya itu."
Arisa sangat sadar bahwa Yuzuru bukanlah
pria baik-baik dan polos.
Bahkan jika itu hanya lelucon, dia adalah
pria yang mengatakan, "Gadis berdada besar berambut pirang itu
bagus."
Arisa yakin dia punya itu.
"Apa mungkin, di komputernya ya
..."
Arisa mengalihkan pandangannya ke komputer
Yuzuru.
Tetapi, tidak mungkin melihat riwayat
pencarian internet tanpa izin.
"Hmm... membuatku penasaran."
Namun, dia tidak mungkin mencari di setiap
sudut rumah.
Seperti yang diharapkan, itu melanggar
privasi Yuzuru.
Ada baiknya untuk melihat isi rumah dengan
seksama agar tidak melanggar privasinya.
... Dan tiba-tiba, dia melihat sebuah kotak
obat.
Kotak obat itu sendiri tidak aneh.
Tetapi, bagian dari kantong plastik itu
mencuat keluar dari kotak.
"Yuzuru-san... seperti biasa, masih
saja teledor..."
Yuzuru pasti telah menaruh obat-obatan yang
dia beli dalam kantong plastik langsung ke dalam kotak.
Dia semakin baik dalam bersih-bersih dari hari
ke hari, tetapi masih ada beberapa titik di mana dia masih teledor.
Kelihatannya orang tidak mudah untuk
berubah.
Yuzuru mungkin tidak terganggu, tapi bagi
Arisa, yang memiliki kepribadian tegas, hal sepele seperti itu tidak bisa ditolerir.
Dan begitu Arisa melihat itu, dia jadi
benar-benar penasaran.
"…Mou."
Arisa berdiri dan membuka kotak obat.
Kemudian mengeluarkan isinya dari kantong
plastik.
"... 0.01? Apa-apaan ini?"
Dia memiringkan kepalanya dan memeriksa bagian
belakang kotak.
Translator: Exxod
Editor: Janaka
Ibunya pengertian
ReplyDeleteLanjooddd gantung duhh
ReplyDeleteLanjutt
ReplyDeleteLansung coba dong
ReplyDeletePil apaan dah? Pembesar t*td kah?
ReplyDeletePil KB mungkin cok jaga2 klo Arisa hamil wkwkw
Delete