Tenkosaki - Chapter 27 Bahasa Indonesia


 

Bab 27 - Bunga


Sabtu pagi, setelah sarapan.

Hayato berada di ruang tamu bersama Himeko, memeriksa pakaiannya.

"Bagaimana menurutmu pakaian ini? Apakah ini terlalu kekanak-kanakan?"

Di depan sofa, Himeko berputar dan membalik ujung gaunnya.  Gaun tanpa lengan dengan pola bunga, dan memiliki desain manis yang terlihat feminin. Himeko bertanya apakah pakaiannya cocok untuk acara hari ini.

"Ah, kurasa tidak masalah."

"Oh, ayolah, Onii! Tolong jawab dengan serius!"

"Bahkan jika kau meminta pendapatku ......"

Ngomong-ngomong, ini adalah ketiga kalinya Himeko meminta pendapat Hayato.

Yang sebelumnya, pakainannya lumayan terbuka dan memperlihatkan belahan dada dengan bawahan rok tulle panjang, itu terlihat lumayan dewasa. Yang sebelumnya lagi adalah apa yang dia kenakan saat ke toserba tempo hari.

[TL Note: silakan cari di google penampakan rok tulle panjang.]

(Semuanya terlihat bagus menurutku, dan kupikir mengenakan salah satu dari mereka tidak masalah.)

Himeko memiliki banyak pakaian bagus.

Dan dia tampaknya punya komitmen untuk mengenakan pakaian sesuai dengan situasinya.

Namun, Hayato tidak mengerti komitmen adiknya itu, dan sejujurnya, dia kesulitan menjawab saat ditanyai olehnya.

Pikiran seperti itu terlihat di wajah Hayato, yang menyebabkan Himeko menggembungkan pipinya.

Ketika Himeko mencoba mendekati Hayato dengan wajah tidak puas, dia tiba-tiba melihat jarum jam dan mulai panik.

"Oh, ini sudah waktunya berangkat! Mau bagaimana lagi, ini tidak masalah. Lagipula Haru-chan lebih tua dariku."

"Apa, kau akan berangkat sekarang? Ini bahkan belum jam 9."

"Yah, akan memakan waktu cukup lama jika aku harus mampir ke rumah Haru-chan untuk mendandaninya, 'kan?"

"Ahh......"

Mengatakan itu, Himeko berlari keluar mengenakan sandal favoritnya.  Aku yakin dia akan menjaga momentum itu dan menerobos masuk ke rumah Haruki.

Hayato yang melihat Himeko pergi menghela nafas dan berbaring di sofa segera setelah dia akhirnya bebas.

Dia melihat sekeliling, barang-barang dalam kota hampir selesai dibongkar dan ruang tamunya tampak bersih.  Kamar Hayato juga.  Dan lebih dari setengah kamar Himeko belum ditata, tapi Hayato tidak akan bisa membongkar dan menata barang-barang itu jika sendirian.

Tapi bukan berarti tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.

"Aku akan melakukannya sekarang. Sepertinya di sini pengumpulan sampah yang bisa dibakar dilakukan hari Senin."

Dia harus memilah sampah, membersihkan ruangan yang digunakan bersama seperti kamar mandi dan lorong, serta mencuci futon dan cucian yang menumpuk.

Dia sangat terampil dalam hal-hal itu, dan dia melakukannya dengan cepat dan efisien.

Satu-satunya saat dia mengerutkan alisnya adalah ketika mengeringkan pakaian dalam Himeko.  Bukannya dia tidak senang melakukan itu, hanya saja dia merasa tidak nyaman menyentuh pakaian dalam lawan jenis, tidak terkecuali milik adik perempuannya.

Pekerjaan rumah sudah selesai.  Rumah itu lebih kecil dibandingkan dengan rumahnya di desa Tsukinose, jadi lebih cepat daripada yang diharapkan.

Saat itu tepat sebelum pukul sebelas.

Masih terlalu cepat untuk makan siang, dan dia tidak ingin memasak untuk satu orang.  Dia melihat ke dalam kulkas untuk melihat apakah ada sesuatu, tapi benar-benar kosong.  Mau tidak mau, dia harus keluar.

"Sepertinya aku harus pergi keluar ......."

Hayato bergumam pada dirinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah amplop dari rak di ruang tamu. Dia menyalakan laptopnya dan memeriksa alamat yang tertulis di sana.

Dia membuat ekspresi yang misterius.

+×+×+×+

Hayato yang keluar dari apartemen menuju stasiun terdekat.  Itu adalah bangunan stasiun yang sangat biasa.

Hayato terkejut mengetahui bahwa dia hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk sampai ke stasiun, dan ada 10 kereta per jam, dan kemudian dia naik kereta yang melewati 2 stasiun.  Lalu dia berkata, "Woah, jarak antar stasiun sangat dekat!". Dia turun dari kereta dan menuju sebuah bangunan putih besar yang bisa dilihat dari sana.

Terletak di tempat yang bisa disebut daerah pinggiran kota, tempat itu memiliki tempat parkir yang sangat luas dan halaman rumput serta petak bunga yang terlihat seperti tempat untuk bersantai, memberikan kesan agak tidak alami meskipun banyak tanaman hijau.

Setelah masuk ke lobi yang sangat luas dan menyelesaikan urusan di meja resepsionis, dia menuju kamar di lantai enam.

Kamar bernomor "617" adalah kamar rumah sakit tempat ibunya dirawat.

"Oh, Hayato?"

"Ibu."

Ibunya, yang telah kehilangan berat badan dan menjadi kurus, sedang mengupas buah pir dengan pisau buah di kamar berukuran enam tikar tatami.

"Apakah kau mau? Aku mengupasnya untuk rehabilitasi, tapi aku malah mengupas terlalu banyak."

"Ahh... Ada berapa buah pir?"

"Haha, ada 3."

"Aku tidak yakin apakah aku bisa menghabiskannya. Bagaimana kalau tidak habis?"

"Jangan khawatir. Jika tidak habis, aku akan memberikannya kepada ayahmu malam ini."

"Ayah, ......"

Hayato mengambil buah pir dari ibunya, yang tersenyum ceria, dan dengan hati-hati memotongnya membentuk daun dan kelinci, dan memasukkannya ke dalam mulutnya.  Teksturnya yang renyah dan rasa asam dan manis menyebar di mulutnya.

Ibunya menyipitkan mata saat melihat Hayato makan, dan ketika dia memperhatikan tatapannya, Hayato berbalik, merasa agak malu, dan bertanya pada ibunya.

"Ah, ibu terlihat semakin sehat ... ya?"

"Operasinya sukses. Ujung jariku sedikit mati rasa, tapi aku akan segera dipindahkan ke ruang rehabilitasi,......, dan bagaimana dengan Himeko? Apakah dia menangis?"

"Dia baik-baik saja. Dia pergi keluar dengan temannya hari ini."

"Jadi begitu."

Ketika mendengar itu, ekspresi ibunya tampak lega dan mendesah. Hayato yang melihat sosok ibunya yang tampaknya sehat, mendesah lega juga.

"Aku akan pulang sekarang."

"Oh, kenapa buru-buru sekali?"

"Tidak ada apa-apa, permisi."

Bagaimanapun, Hayato melahap tiga buah pir dan meninggalkan ruangan dengan cepat meninggalkan ibunya di belakang, tampak menyesal.

Dia ingin pergi dari sana secepat mungkin.

Ini adalah kedua kalinya ibunya jatuh pingsan di depan Himeko....

Dia mendengar dari ayahnya bahwa ibunya akan baik-baik saja, tetapi setelah melihatnya secara langsung, Hayato lega karena tahu bahwa kondisinya jauh lebih baik daripada yang dia harapkan.

Hayato tidak suka rumah sakit.

Itu adalah tempat yang jauh dari kehidupan sehari-hari, dia merasakan perasaan aneh dari tempat itu.

Ruang putih dan bersih, berbau antiseptik dan dihiasi dengan bunga berwarna-warni yang ditaruh di mana-mana, seperti kepala yang memutih.

Rumah sakit adalah tempat di mana Hayato merasa aneh.

"Kenapa kamu di sini?"

"Huh?"

Ketika Hayato melihatnya, dia sangat terkejut.

Di sana ada seorang gadis kecil berambut ikal seperti domba.  Dia adalah gadis aneh yang menanam sayuran di petak bunga sekolah.

"Mi, Mitake-san?"

"Kirishima-san, ......?"

Dia membawa buket bunga putih, kuning, dan ungu yang agak familiar—bukan buket sayuran.


Translator: Janaka

1 Comments

Previous Post Next Post


Support Us