Bab 113
Beberapa waktu telah berlalu dan memasuki akhir April.
Hari ini adalah hari Minggu, Yuzuru dan Arisa sedang bersenang-senang dengan bermain game.
"Aku menang lagi."
"Mumumu..."
Dan seperti biasa, Yuzuru kalah di dalam game.
Yuzuru tidak berbakat dalam game fighting, sedangkan Arisa memiliki bakat dalam game fighting.
Yuzuru seharusnya memiliki lebih banyak peluang menang karena dia punya konsol game dan bisa bermain game sesering mungkin, tapi ...
Sekali seminggu.
Skill Arisa meningkat setiap kali dia bermain, dan baru-baru ini, Yuzuru sama sekali tidak punya kesempatan untuk menang melawannya.
...Yah, asal dia menikmatinya, aku tidak keberatan jika kalah.
Melihat ekspresi Arisa yang tersenyum bahagia, Yuzuru secara naluriah mengangkat sudut mulutnya.
Untungnya, bahkan jika Yuzuru kalah, dia tetap menikmati bermain game, karena game dibuat untuk dinikmati.
Selain itu, jika tunangannya bersenang-senang bermain game bersamanya, Yuzuru tidak memiliki keluhan.
Sejak awal, game fighting bukanlah satu-satunya genre game.
Yuzuru mahir dalam genre game seperti simulasi strategi, dan telah mengalahkan Arisa berkali-kali.
Juga, dalam game co-op, meski tidak ada game untuk sepasang tunangan... tetap menyenangkan bermain game bersama.
"Ada apa?"
Ngomong-ngomong, ketika Yuzuru menatap wajah Arisa...
Dia memiringkan kepalanya Tindakannya itu tampak sangat mempesona.
Rambut indahnya yang berwarna coklat muda bergoyang sedikit, dan matanya yang berwarna giok menatapnya.
Yuzuru jatuh cinta pada penampilannya yang luar biasa cantik seperti biasanya.
"Yah... seperti biasa, aku pikir kamu itu manis."
"Terima kasih."
"... Bukankah biasanya kamu akan menyangkalnya?"
"Apakah aku tidak manis?"
Dengan mengatakan itu, Arisa mempersempit jaraknya dengan Yuzuru.
Wajah mereka berdekatan... Yuzuru tidak sengaja membuang muka.
"T-Tidak ... kamu manis."
"Itu bagus."
Arisa tersenyum.
Sudah sekitar satu tahun sejak dia mengenal Arisa, Yuzuru terkesan karena Arisa sudah banyak berubah dibanding sebelumnya.
"... Jadi apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?"
"Yah, aku pikir ini agak tidak bagus untuk terus-terusan menghabiskan waktu dengan hanya bermain game."
Memang benar bahwa Yuzuru pikir Arisa itu manis, tapi itu bukan satu-satunya yang dia pikirkan tadi.
Yuzuru sedikit khawatir karena dia belum mengajaknya kencan lagi seperti kencan ketika melihat bunga sakura, meskipun dia sudah menjadi tunangannya.
Tentu saja, Yuzuru ingin mengajaknya kencan layakanya sepasang kekasih yang pergi ke tempat seperti taman hiburan atau bioskop.
Tapi ...
"Aku bersenang-senang dan tidak keberatan .... Bukankah dompetmu sedang tipis?"
Ya, Yuzuru kehabisan uang.
Alasannya jelas.
Dia menghabiskannya saat Natal dan White Day.
Ditambah, mengingat waktu yang dihabiskan dengan Arisa, tidak mungkin dia menyia-nyiakan waktunya dengan menambah pekerjaan paruh waktu.
Dia ingin berkencan dengan Arisa, tapi di saat yang sama dia tidak mau mengurangi waktunya bersama Arisa, Yuzuru benar-benar bimbang.
"Hah, kamu benar, tapi kan ..."
Namun, itu sedikit memalukan bagi seorang pria seperti Yuzuru untuk selalu dirawat oleh tunangannya.
Tapi uang yang tidak ada tetap tidak akan ada.
... Jika dia meminta kepada orang tuanya, orang tuanya mungkin akan memberikan sejumlah uang padanya untuk mendanai kencannya, tetapi harga dirinya tidak mengizinkannya.
"Sejujurnya, aku sedikit menyesal."
Di sisi lain, Arisa menyentuh tangannya dengan ekspresi sedikit merenung.
Cincin pertunangan yang Yuzuru berikan padanya sebelumnya bersinar di jari manisnya.
"Aku bertanya-tanya apakah apa yang aku lakukan untuk Yuzuru-san sudah sepadan untuk menerima cincin ini ..."
"..."
Tentu saja, Yuzuru memberikan cincin itu sebagai hadiah karena menurutnya itu "sepadan".
Jadilah istriku, aku akan membahagiakanmu.
Dia bermaksud memberitahunya pemikiran itu.
Yuzuru mencoba mengucapkan kata-kata penyemangat, tapi ...
"Yuzuru-san!"
"Y-Ya, ada apa?!"
"... Kenapa kamu tiba-tiba menggunakan bahasa sopan?"
[TN: Yuzuru biasa pakai 何だ(Ada apa), dan itu Yuzuru pake 何でしょうか(Ada apa tapi versi sopan)]
"Yah, karena kamu tiba-tiba meninggikan suaramu ..."
Ketika Yuzuru menjawab, Arisa berdeham kecil untuk menyelanya.
"Aku ingin menjadi wanita yang cocok untuk Yuzuru-san."
"Be-Benarkah ...?"
Yuzuru berpikir bahwa dia mungkin telah jatuh ke dalam sirkuit berpikir negatif seperti biasanya, tetapi kelihatannya Arisa memiliki pemikiran positif akan hal ini.
Tentu saja, bagi Yuzuru, Arisa sudah cukup menjadi pendukungnya, dan dia telah dibantu dengan membuatkan bento untuknya, jadi Yuzuru pikir tidak ada hubungan timbal-balik seperti sebelumnya yang dia lakukan dengan Arisa.
Oleh karena itu, Yuzuru ingin mengatakan kalau dia tidak perlu terlalu khawatir akan hal itu...
Tetapi, karena dia memiliki pemikiran positif akan hal itu, Yuzuru tidak bisa menghentikannya.
"Jadi... Bagaimana dengan profesi masa depan? Apa ada sesuatu yang akan membantumu jika aku memiliki profesi tertentu?"
"Mmm ... tidak, kalau itu, kamu sendiri yang harus memilih profesi yang kamu inginkan..."
"Sejujurnya, aku tidak memiliki profesi yang secara khusus ingin aku jalani. Bagaimanapun juga, aku ingin berguna bagi Yuzuru-san. Karena itu akan membuat studiku lebih mudah."
Tidak banyak orang yang telah memutuskan impian dan profesi masa depan mereka saat tahun kedua SMA mereka.
Bahkan, banyak dari mereka berubah pikiran ketika masuk universimere
"Itu benar ... aku pernah menanyakan sesuatu yang mirip pada ayahku."
Kepala keluarga berikutnya dari keluarga Takasegawa.
Fakultas mana yang cocok untukku? Yuzuru mengajukan pertanyaan seperti itu kepada ayahnya.
Jawabannya adalah ...
"Aku akan mengajarimu semua yang kamu butuhkan, jadi kamu harus belajar apa yang kamu suka di universitas. Itulah yang dia katakan kepadaku."
"... Bukankah profesi seperti seorang pengacara atau semacamnya akan berguna?"
"Aku juga menanyakan sesuatu yang mirip dengan itu pada ayah ... Dia menjawab 'Bukankah kau akan menjadi atasannya?'"
"Ah...ya, itu memang benar."
Ayah dan kakek Yuzuru mempekerjakan pengacara yang sangat berbakat.
Yuzuru dan Arisa sama sekali tidak harus menjadi pengacara, dan mereka juga tidak akan berguna jika menjadi pengacara.
“Dia bilang, aku senang jika kamu bisa masuk ke universitas yang bergengsi karena emas akan berdatangan pada kita, aku diberitahu seperti itu…”
"Emas...?"
"Ah. Lebih baik memilih yang ada emas di dalamnya. Jika tidak bisa, tidak apa-apa. Karena tidak harus juga...."
[TLN: Emas maksudnya orang-orang hebat untuk relasi keluarga Takasegawa.]
Namun, itu memiliki ketentuan jika itu adalah "Kehidupan Yuzuru".
Oleh karena itu, lain cerita kalau menyangkut Arisa dan yang lainnya.
"Kalau begitu... aku mengincar pendidikan tingkat tinggi."
Arisa mengatakan sesuatu yang tidak terduga.
Tidak sesuai ekspektasi Yuzuru.
"Tapi... berguna ya."
Dalam hubungannya dengan Arisa, Yuzuru tidak pernah memikirkan kesia-siaan hubungannya dengannya.
Dapat dikatakan berguna hanya dengan bersamanya, bermain dengannya, berinteraksi satu sama lain, dan menikmati masakannya.
Ya, Yuzuru hanya harus bersamanya.
"Yuzuru-san?"
"... Ngomong-ngomong, bukankah Golden Week sebentar lagi?"
"Ya. Itu adalah ulang tahun pertama pertunangan kita dalam arti luas."
"...... Kita akan menentukan tanggal berapa kita akan merayakan ulang tahun pertunangan kita nanti."
Sambil mengoreksi topik cerita yang sepertinya sedikit melenceng.
Yuzuru masuk ke topik utama.
"Jika kamu tidak keberatan...."
"Ya?"
"... Bagaimana kalau pesta menginap di sini?"
Kamu tidak perlu membawa seragam sekolah selama liburan Golden Week.
Dan kamu dapat begadang, bermain... dan melakukan hal-hal yang biasanya tidak dapat kamu lakukan.
"Bagaimana?... Arisa?"
Untuk beberapa alasan, Yuzuru menatap wajah Arisa yang terdiam.
Arisa memiliki ekspresi gembira di wajahnya, dan kulit putihnya sedikit memerah.
Arisa, yang dipanggil oleh Yuzuru, mengalihkan pandangannya ke kiri dan ke kanan dan memegangi tubuhnya dengan satu tangan.
Yuzuru buru-buru menuntut alasan.
"Ti-Tidak ... itu…, tentu saja ... Kita akan tidur di tempat tidur yang berbeda. Kamu tidak perlu khawatir."
Wajah Arisa menjadi semakin merah mendengar kata-kata Yuzuru.
"Te-Tentu saja! Memangnya, apa yang sedang kamu pikirkan?!"
Batsu!
Arisa menepuk pelan tubuh Yuzuru dengan satu tangan.
Yuzuru bertanya pada Arisa lagi.
"... Jadi, bagaimana menurutmu?"
"..."
Arisa mengalihkan pandangannya sedikit.
Dan mengangguk kecil.
"... Baik, aku akan menginap."
Translator: Exxod
Editor: Janaka
Dada gw sesek
ReplyDeleteKe dokter oi, jangan malah baca novel
DeleteGw minum kopi pahit kok jadi manis ya habis baca ini..
ReplyDeleteNgew gk, ngew gk, ngew lah masa gk
ReplyDelete