Bab 112
Karena akan merepotkan bagi keluarga
Ryozenji jika mereka tinggal terlalu lama, Yuzuru dan Arisa memutuskan untuk
segera pergi.
Hijiri menggaruk-garuk kepalanya sambil
menuruni tangga batu.
"Yah, entah kenapa, aku merasa tidak
enak pada kalian ... Padahal, aku yakin kakekku sedang pergi."
Hijiri benar-benar hanya bermaksud untuk
mengundang Yuzuru dan Arisa ke rumahnya dan menyajikan teh untuk mereka,
kemudian menyuruh mereka pulang.
Kemunculan Ryozenji Kiyoshi benar-benar
tidak terduga.
"Sepertinya dia bersemangat karena
seorang gadis muda datang... maafkan aku. Arisa-san."
Hijiri berkata dan meminta maaf kepada
Arisa.
Di sisi lain, Arisa tersenyum pahit.
"Tidak, tidak apa-apa.... Bagaimana aku
mengatakannya. Banyak hal yang membuatku kerepotan."
Arisa tidak mengerti apa maksud dari
percakapan terakhir antara Yuzuru dan Kiyoshi.
Namun, jelas bahwa ada semacam niat tersembunyi.
"Yah, tidak apa-apa. Kamu tidak perlu
terlalu memikirkannya .... Aku pikir jawaban Arisa lumayan bagus .... karena
itu pertanyaan mendadak, jawabanmu lebih dari sempurna."
Yuzuru menyemangati Arisa dengan mengatakan
itu.
Di sisi lain, Arisa berkata
"Benarkah?" dan memiringkan kepalanya dengan cemas.
"Hah... aku tidak mau lagi melakukan
pembicaraan yang penuh kecerdikan di dalamnya yang tidak berguna bagiku ...
apalagi dengan sahabatku sendiri."
Hijiri berkata begitu dan memiringkan
kepalanya.
Di sisi lain, Yuzuru tersenyum kecil.
"Aku setuju. Aku ingin akrab denganmu
secara normal."
Namun, hingga saat ini masih belum ada
kejelasan apakah Hijiri akan menjadi penerusnya atau tidak.
Itu sebabnya Kiyoshi masih memanggilnya
"cucu".
Adapun Yuzuru, lebih mudah baginya untuk
berurusan dengan paman dan sepupunya daripada dengan Hijiri sendiri.
...... Karenanya baik maupun buruk, dia
tidak perlu khawatir hubungannya dengan Hijiri akan berubah.
Saat mereka berjalan sambil mengobrol,
mereka telah turun dari gunung.
"Sampai sini saja, tidak
apa-apa."
"Terima kasih atas waktunya hari
ini"
"Baiklah, sampai nanti."
Mereka berdua berpisah dari Hijiri.
Matahari sudah terbenam dan langit berwarna
senja.
"Um..., Yuzuru-san."
"Ada apa?"
"Kudengar jawabanku benar.... Bagian
mananya yang benar?"
Jawaban benar.
Dengan kata lain, mungkin ada jawaban
salah.
Itu wajar bagi Arisa untuk bertanya tentang
jawaban benarnya.
“Yah, aku yakin jawabanmu benar….
Sebenarnya, untuk pertanyaan 'adalah hal yang baik pergi mengunjungi mitra di
masa depan' . Dia bermaksud untuk mencoba menilai karakter Arisa, jadi tidak
ada jawaban yang benar maupun salah. aku yakin jawabanmu tidak salah.... Apa
kamu tahu kalau pak tua Ryozenji itu merendahkan dirinya?"
"Aku tahu, ...entah kenapa, itu
membuatku sedikit bingung."
Orang tua yang merendahkan dirinya pada
seorang gadis muda di Jepang modern adalah situasi yang jarang terjadi.
Tidak heran Arisa bingung.
"Kamu seharusnya mengatakan 'aku
menunggu anda untuk mengunjungiku saya di masa depan' ...karena itu adalah
jawaban yang benar."
"Apakah itu dikarenakan... Takasegawa
lebih tinggi dari Ryozenji?"
"... Aku pikir sedikit berbeda. Orang
tua itu ingin menyamakan kedudukannya dengan Takasegawa."
Ryozenji Kiyoshi akan senang jika Arisa
dengan ringan berkata kepadanya, "Aku akan pergi mengunjungimu terlebih
dahulu."
Namun, hal ini tidak akan pernah terjadi
pada Yuzuru, Takasegawa, dan mengingat posisi Arisa di masa depan.
"Fakta bahwa kamu tidak mengatakan
sesuatu seperti 'anda seharusnya menjadi orang yang lebih dahulu mengunjungi
saya' yah, itu membuat mereka tahu bahwa kamu menganggap Takasegawa lebih baik
daripada Ryozenji. Itu sudah lebih dari cukup."
Kerendahan hati adalah kebajikan.
Tetapi terkadang kerendahan hati yang
berlebihan menyebabkan hinaan.
"Pembicaran ini malah menjadi tidak
sopan bagi Ryozenji, tapi ... kerendahan hati Takasegawa tidaklah murah."
Contohnya, hal ini.
Dia tidak boleh membiarkan dirinya
diremehkan oleh putra seorang anggota dewan lokal.
[EN: ini nyinggung kejadian di arc 1.]
"... Apakah lebih baik bagi kita untuk
terlihat lebih tinggi?"
"Tidak... yah, aku juga tidak begitu mengerti.
Jika terlalu eksplisit, itu juga tidak begitu baik. Nah, dalam situasimu,
kupikir itu sudah bagus."
Tidak boleh mengatakan "aku akan pergi
untuk mengunjungi anda.”
Dan "aku akan menunggu kedatangan anda
untuk mengunjungi saya" juga tidak boleh.
Oleh karena itu, jawaban "Saya akan mengunjungi
Takasegawa-san, jadi saya akan senang jika bisa bertemu dengan anda saat
itu" itu tepat.
Tidak aneh jika Arisa pergi mengunjungi
Takasegawa.
"Eh, um... ternyata sesulit itu
ya."
Arisa bergumam, cemas dan tidak percaya
diri.
Jika percakapan seperti itu terjadi setiap
kali dia bertemu orang hebat di masa depan, dia akan kehilangan kepercayaan
diri.
Berbeda dengan tes sekolah, tidak ada kunci
jawaban dan tidak diumumkan.
"Sudah kubilang, Arisa.... Tidak banyak
orang yang mengatakan hal merepotkan seperti itu."
"……Benarkah?”
“Yah, tergantung orangnya, beberapa orang
tidak suka gangguan merepotkan semacam itu."
"B-Benarkah?...yah, mungkin Yuzuru-san
ada benarnya."
"Benar. Pak tua itu adalah tipe yang
paling merepotkan sejak awal."
Jika ada banyak orang seperti itu, Yuzuru
akan depresi.
Pertama-tama, percakapan semacam itu
didasarkan pada asumsi bahwa pihak lain memahami niat satu sama lain.
Akan sangat disayangkan jika pihak lain
dibiarkan dalam keadaan linglung.
"Aku ada di sisimu. Selama kamu
berdiri tegak dan percaya diri, semuanya akan baik-baik saja."
Dengan mengatakan itu, Yuzuru meremas
tangan Arisa untuk meyakinkannya.
Arisa sedikit tersipu dan mengangguk kecil.
"Yuzuru-san..."
Arisa juga menggenggam tangannya dengan
erat.
Kemudian, perlahan dia memperpendek jarak
dan mendekatkan tubuhnya dengan lengan Yuzuru.
Dengan sengaja atau tidak disengaja...
Dada lembut Arisa menempel di lengan
Yuzuru.
Aliran darah Yuzuru menjadi sedikit lebih
cepat.
"……Aku menyukaimu."
Arisa bergumam sedikit.
Kemudian dia menatap Yuzuru dan tertawa
kecil.
"Aku juga... menyukaimu."
Saat Yuzuru bergumam, Arisa mengerucutkan
bibirnya, sedikit tidak puas.
"Bisakah kamu mengatakannya sedikit
lebih keras?"
"A-Aku tidak bisa ... bukankah cinta itu
bisu?"
Dengan malu, Yuzuru menjawab.
Translator: Exxod
Editor: Janaka
Apa apaan ini:"
ReplyDeleteNani kore
ReplyDeleteSumpah gue gak iri
ReplyDeleteHmmm😌
ReplyDelete