Prolog
Saat itu pada malam tertentu.
Ketika aku membuka
pintu depan, seorang gadis yang tampak mencolok dengan rambut panjang berwarna
cokelat keemasan berdiri di sana.
"Yo,
Nagumo-kun."
"Tidak, terima
kasih."
"Tunggu, kenapa?"
Dia menyelipkan
sepatunya ke pintu yang coba kututup dan berkata.
“Berhentilah mencoba
mengusirku. Kau sudah setuju denganku
untuk membantumu dengan tugas rumah, ingat?
“Oh, begitu.”
Memang, kami telah
membuat janji seperti itu.
Tapi karena bukan aku
yang memunculkan ide itu, aku masih merasa tidak nyaman dengannya.
Takarai Yua, gadis
yang terlihat mencolok ini adalah teman sekelasku, dan entah kenapa, dia mulai
membenamkan dirinya ke dalam keluarga Nagumo.
[TN: Nagumo Shin nama MC, Nagumo nama keluarganya]
"Ah, Yua-san ada
di sini!"
Tsumugi berkata
sambil berlari menuruni tangga.
"Saudara tiriku"
adalah alasan kenapa aku harus membawa gadis Gal ini ke rumah kami.
Tidak sepertiku, Tsumugi
lemah terhadap Takarai, jadi begitu dia melihatnya, dia sangat senang hingga
dia akan benar-benar mulai menari.
“Nagumo-kun mencoba
mengusirku.”
Takarai berkata pada
Tsumugi.
"Shin-nii?"
"…Maaf"
Tsumugi menatapku
dengan mata mencela, dan aku tidak punya pilihan selain meminta maaf dengan
tulus.
Aku tidak ingin
membuat Tsumugi sedih dengan cara apapun jadi aku tidak akan melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan keinginan Tsumugi.
"Yah,
Nagumo-kun, izinkan aku mengganggu, oke?"
Takarai menatapku
dengan wajah puas.
Takarai, yang
tampaknya bersenang-senang, memiliki wajah yang sangat cantik, dan seorang
penyendiri sepertiku, yang tidak bisa melakukan apa-apa selain belajar, aku tidak
bisa menatapnya secara langsung.
"Ah."
Hanya itu yang bisa aku katakan.
+×+×+×+
Setelah makan malam
yang dibuat Takarai untuk kami, aku merasa seperti berada di rumah orang lain
meskipun aku sedang duduk di sofa di ruang tamuku.
Takarai adalah
tamuku, jadi wajar bagiku untuk mencuci piring, tapi Takarai, yang berada di
dapur, menolakku dengan berkata, “Beristirahatlah dengan tenang di sana,” dan, di
sinilah aku. Tidak peduli seberapa banyak kami telah menyepakatinya, mau tak
mau aku merasa tidak nyaman menyerahkan semua pekerjaan kepada tamuku.
Takarai sering datang
ke rumahku untuk memasak makanan, mencuci pakaian, dan membersihkan rumah,
sehingga mengurangi beban kerjaku.
Karena pekerjaan
orang tuaku, aku harus mengurus Tsumugi di rumah, dan sampai sekarang, aku
sangat sibuk dengan pekerjaan hingga aku bahkan tidak bisa meluangkan waktu
untuk bersantai dan tidak melakukan apa-apa.
Ini adalah sesuatu
yang awalnya ingin aku lakukan untuk Tsumugi dan jika memungkinkan, aku tidak
ingin meminta bantuan siapa pun, tapi karena Tsumugi meminta Takarai, tidak ada
yang bisa aku lakukan.
"... Aku kira
itu berarti aku belum cukup melakukannya.”
Aku bergumam pada
diriku sendiri saat aku merasa kecewa karena aku telah membuatnya khawatir,
tapi Tsumugi sedang duduk di sofa di seberangku. Pikiran kalau dia mungkin mendengar
itu membuatku panik, tapi dia sepertinya sedang memainkan beberapa game di
ponselnya, dan kelihatannya dia tidak mendengarku.
"Apa? Apa ada masalah?"
Sebuah suara datang
dari belakangku.
Berbeda dengan aroma
manis parfumnya yang dia miliki saat di sekolah, Takarai sekarang memiliki aroma lemon yang samar dari deterjen
pencuci piring. Bagiku, bau deterjen
pencuci piring jauh lebih menyenangkan daripada aroma parfum anak perempuan
yang tidak biasa bagiku.
"Aku tidak
mengatakan apa-apa."
"Aku mendengarmu
menggumamkan sesuatu."
Takarai duduk di
sebelahku. Meski ini adalah sofa yang muat untuk dua orang, jarak di antara
kami terlalu dekat. Tubuh kami hampir bersentuhan. Dia seharusnya duduk dengan
Tsumugi…
"Ah."
Tsumugi tiba-tiba
mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan menatap kami.
“Aku baru ingat
sesuatu.”
Tsumugi berdiri dari
tempat duduknya dan menyeringai jahat.
“Shin-nii, kau harus
bersantai bersama Yua-san sesekali.”
Dengan kesalahpahaman
yang besar, dia dengan cepat meninggalkan ruang tamu.
“Ah, ngomong-ngomong aku
ingin bersantai dengan Tsumugi…”
Aku mengulurkan
tanganku padanya, berharap dia tidak akan meninggalkanku, tapi Tsumugi tidak
pernah kembali.
“Yah, haruskah aku
pergi ke kamar Tsumugi?”
Aku hendak berdiri,
tapi Takarai meraih lenganku dan menarikku mundur.
“Berhentilah
menyia-nyiakan perhatian Tsumugi-chan.”
Aku kehilangan
keseimbangan dan kepalaku mendarat di pangkuan Takarai. Dari mana lengan rampingnya mendapatkan
kekuatan seperti itu?
"Aku sedikit
berkeringat sekarang, oke?"
"Lalu kenapa?"
Takarai membelai
kepalaku dengan cara yang luar biasa lembut.
“Hei, hentikan itu.
Itu memalukan…”
"Tidak apa-apa,
tidak ada yang melihat kita."
Yah, aku malu karena
Takarai memperhatikanku.
Aku ingin menyingkirkan
tangan Takarai yang bolak-balik mengelus kepalaku, tapi tubuhku sama sekali
tidak mau bekerja sama denganku. Aku seharusnya tidak lelah, jadi mungkinkah
instingku mengatakan kalau aku tidak ingin Takarai meninggalkanku? Memikirkan
jika aku terus sendirian membuatku semakin takut...
Situasi seperti ini sama
sekali tidak pernah terlintas di benakku.
Di sekolah, aku
bahkan tidak bisa berbicara dengan siapa pun, apalagi meletakkan kepalaku di
pangkuan Takarai.
Itu adalah kecelakaan
kecil yang membuatku berinteraksi dengan Takarai.
Awalnya, keadaan yang
membawa Tsumugi ke rumah ini adalah keadaan yang rumit… Sebenarnya, ada banyak
hal yang tidak bisa aku tangani sendiri, jadi aku sangat bersyukur Takarai
datang untuk membantuku. Kurasa aku bisa jujur mengakuinya sekarang.
Translator: Exxod
Editor: Janaka