Bab 2-D
Ketika aku melihat ke sana tanpa berpikir, aku melihat bahwa salah satu dari tiga gadis SMA yang mengantri di depan kami sedang melakukan pose "yang dirumorkan" dengan teh susu boba.
"Wow, seseorang benar-benar bisa melakukan itu? ……."
"Itu?"
"Ini disebut “Tapioca Challenge”, Sato-san."
——Tapioca Challenge.
Tantangan aneh yang muncul di sns di samping boomingnya teh susu boba yang populer.
Itu adalah permainan yang sangat vulgar di mana seorang wanita meletakkan segelas teh susu boba di dadanya dan minum teh susu boba dari sedotan tanpa menggunakan tangannya.
Karena sifatnya yang khusus, hanya wanita dengan payudara yang sangat besar yang dapat melakukan itu. ….
"Luar biasa….."
Aku secara alami mengatakan itu.
Orang-orang di jalanan juga melihatnya.
Tatapanku tertarik padanya bahkan sebelum aku bisa memikirkan betapa buruknya itu.
Itu adalah jenis atraksi khusus......tapi kemudian aku menyadari fakta yang jelas bahwa "tidak baik menatap payudara wanita terlalu lekat" jadi aku menoleh ke arah Sato-san.
"Ah, maaf Sato-san, Tentang foto yang tadi ……"
"………."
Sato-san terlihat aneh.
Pipinya menggembung bulat, dan dia memelototiku dengan ekspresi seperti ingin mengatakan sesuatu.
Ketika aku bingung dengan sikap misteriusnya, Sato-san bertanya dengan suara pelan.
"Apakah kamu suka payudara besar, Oshio-kun?"
Aku berpikir sejenak tentang tujuan pertanyaan itu, dan kemudian darah mengalir dari seluruh tubuhku.
......Tidak mungkin, apa dia pikir aku ini mesum karena aku terlalu menatap payudara para gadis itu!?
"Maaf, aku mendengar beberapa rumor tentang itu, tapi aku tidak berpikir ada orang yang benar-benar bisa melakukan itu."
Oh, kenapa aku tidak memikirkannya!.
Tentu saja Sato-san tidak ingin ada pria mesum di sampingnya!
Aku tidak ingin dibenci hanya olehnya……berakhir……
Perasaan putus asa seperti itu akan memenuhiku, pada saat itu...
"Aku juga bisa."
Anehnya, yang keluar dari mulut Sato-san bukanlah kata menghina, tapi kata seperti itu.
"Eh….."
"Aku juga bisa melakukan Tapioca Challenge."
"Tunggu….. itu sedikit…."
Aku baru saja akan berkata, “Itu agak mustahil….” ketika aku buru-buru menahan lidahku.
Apakah kau idiot! Apakah kau bisa!
Tapi kenyataannya Sato-san mungkin tidak mampu melakukan Tapioca Challenge.
Dia memang memiliki payudara feminin, dan itu mungkin sedikit lebih besar dari rata-rata tapi.......seperti yang diharapkan.......
Saat aku berpikir seperti itu, aku tersipu menyadari bahwa aku sedang menatap dada cinta pertamaku.
"Aku bisa melakukannya! Aku akan melakukannya! Lihat baik-baik!"
Di sisi lain, Sato-san menjadi kesal karena suatu alasan, aku tidak tahu lagi dia kenapa.
"……… lihat dengan benar."
"Tunggu…….tunggu sebentar, Sato-san."
Untuk saat ini aku mencoba menghentikannya tetapi aku terlalu lambat.
Untuk melakukan Tapioca Challenge, Sato-san membusungkan dadanya dan meletakkan gelas di atas bukit kembarnya.
Itu akan tumpah......Untuk sesaat, bayangan kemeja Sato-san yang basah kuyup dan berlinang air mata terlintas di pikiranku tapi......
"Oh …… ohhhhhhhh!!"
Tanpa pikir panjang, aku mengeluarkan suara.
Sato-san menyeimbangkan gelas di dadanya saat berada dalam posisi berbahaya di mana gelas itu bisa tumpah padanya.
"Bagaimana…..Oshio-kun?"
Aku mendengar suara kesakitan dan menahan, jadi ketika aku melihat ke atas, aku melihat Sato-san menatapku dengan apa yang biasa disebut wajah sombong, suaranya bergetar karena mempertahankan postur yang mustahil.
Luar biasa…. Ini benar-benar luar biasa…
Aku melupakan tujuanku dan hendak bertepuk tangan murni, tapi kemudian aku menyadari sesuatu.
Dadanya yang sangat menonjol, basah karena tetesan air dari gelas yang telah mengembun di atasnya, dan itu menyebabkan bajunya terlihat tembus pandang.
Saat aku memikirkan itu, saat berikutnya, salah satu pegawai di jalan menoleh untuk melihat ke sini——-
"Sato-san!!"
Aku hampir secara refleks mengangkat suaraku.
"Apa……..uwaa…"
Terkejut dengan itu, Sato-san kehilangan keseimbangan dan jatuh ke belakang. Aku dengan cepat mencondongkan tubuh ke depan dan menopang tubuhnya yang ramping dengan lenganku yang terentang.
Waktu berhenti, pikiranku menjadi kosong.
Terkena sinar matahari barat yang kuat, aku perlahan mulai memahami situasi saat ini seolah-olah es mencair.
Aku sekarang sedang memegang Sato-san di tanganku..
"………."
"………."
Kami berdua membeku dalam posisi itu dan saling memandang dalam diam.
Wajah kami berdekatan, dan aku bisa merasakan kehangatannya melalui kemeja. Pinggang Sato-san, langsing.
"…. Aku minta maaf."
"Aku juga."
Aku mendengar salah satu dari ketiga gadis SMA yang melihatku dari kejauhan bergumam,
"Hei, lain kali aku akan melakukan itu dengan pacarku."
Aku sekarat karena malu.
"…………"
"…………"
Di bawah terik matahari, dua orang duduk berdampingan di bangku di depan Tea Pearl, meminum teh susu masing-masing.
Hanya, diam menikmati waktu mereka, sedikit demi sedikit.
Teh susu yang terus berkurang adalah batas waktu bagiku dan Sato-san untuk tetap diam.
…….dan itu hampir habis.
Pada saat yang sama, sedotan Sato-san mengeluarkan suara "zuzu".
"………"
"………"
Ini canggung.
Aku tidak bisa menatap langsung ke mata Sato-san.
Aku tidak tahu apakah aku pernah mengalami situasi yang secanggung ini sebelumnya …….
Sato-san sepertinya merasakan kecanggungan yang sama denganku, mengaduk es dengan sedotan dan memainkan es di gelas.
……..Aku tidak bisa melihat wajahnya.
Dia memalingkan mukanya, jelas tidak wajar.
Aku dibenci olehnya.
Tidak diragukan lagi, aku benar-benar dibenci.
Aku yakin bukan hanya dinginnya teh susu yang membuatku merasa kedinginan.
"…………."
Aku seperti pengecut yang tidak bisa melakukan apa-apa.
Aku tahu dia sudah membenciku, tapi aku tidak bisa mengatakan apa pun.
Aku tidak ingin dibenci lebih dari sebelumnya. Perasaan menyedihkan itu tidak keluar dari mulutku.
Satu-satunya hal yang bisa saya katakan hanyalah satu kata, "Maaf Sato-san untuk yang tadi."
"Sa…….."
Mengambil keputusan, entah bagaimana aku mulai menyusun kata-kata untuk diucapkan tapi aku menelannya kembali. Kenapa?
Itu karena aku bisa melihat bahu Sato-san sedikit bergetar.
"Sato-san….?"
"Tsu ……."
Saat aku memanggil namanya, tubuh Sato-san menegang.
Ah…….. jangan menangis Sato-san……
"Maafkan aku……..Aku benar-benar minta maaf, Oshio-kun."
Entah kenapa, kata permintaan maaf keluar dari suara bergetar Sato-san.
"Seperti yang diduga, aku tidak bisa……………..tidak peduli apa yang aku coba lakukan."
Jari-jarinya yang ramping memutar sedotan dengan sedikit tenang, es di dalamnya mengeluarkan suara berderak.
"Aku bahkan tidak bisa melakukan sesuatu seperti orang lain, bahkan jika Oshio-kun bersusah payah membantuku. Bahkan teh susu boba ini, yang aku habiskan meskipun aku belum mengambil satu gambar pun yang bagus ……]
Jarinya memutar sedotan itu menggigil.
Kepalanya turun sedikit.
Dan setiap beberapa saat, setetes air akan tumpah dari matanya yang besar. —–
"Sato-san."
Saat itu, Sebelum aku sempat berpikir, tubuhku bergerak..
Aku menutup jarak di antara kami dan mendekat ke bahu Sato-san.
"Tu-tunggu sebentar Oshio-kun, saat ini...."
Sato-san menyembunyikan wajahnya.
Aku meraih tangannya dan mengangkat gelas kosong bekas wadah teh susu boba tinggi-tinggi.
"Apakah kamu……."
Aku mengambil tangannya yang lain dan meletakkan ponselku di sana.
Lalu
——-pikon.
Ponselku mengeluarkan suara yang aneh dan aku telah memotret itu.
"Bukankah aku sudah mengatakannya sebelumnya, ....... Bukan teh susu boba itu sendiri yang penting, tapi dari mana teh susu boba itu berasal."
Sato-san menarik napas melihat layar smartphone.
Es.
Di sana, dengan tanda Tea Pearl sebagai latar belakang, ada cangkir transparan, berkilauan di bawah sinar matahari menembus es.
"Indah."
Sato-san bergumam takjub.
Translator: Janaka