Aren't You Too Sweet Salt-God Sato-san? - Volume 1 Chapter 1-D Bahasa Indonesia

 

Bab 1-D

—Berlari secepat yang aku bisa

Aku tidak tahu apa yang telah terjadi, aku hanya berlari.

Orang-orang di jalan melihatku dan bertanya-tanya aku kenapa, tetapi aku tidak memperdulikannya.

Hanya satu fakta yang memenuhi hatiku.

Itu adalah…..

"Aku masuk ke kamar 'cinta pertamaku'……….!

Kepalaku panas, berputar-putar karena penyesalan tentang kesalahan yang kubuat hari ini dan fakta bahwa aku terlalu banyak berbicara karena terlalu bersemangat.

Aku ingin tahu apakah obrolan kami tadi tidak masalah? Aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh, kan?

Mungkin karena aku memikirkan semua itu, aku tidak menyadari kesalahan fatalku, aku baru menyadarinya ketika hari mulai gelap.

—aku melupakan smartphone-ku.

Aku menyadarinya ketika aku berteriak membenamkan wajahku di bantal, mengingat kesalahan yang kubuat hari ini.

Aku merasa seperti aku telah menghabiskan poin kesalahan untuk satu tahun ini hanya dalam satu hari ini, dan aku melakukan satu "kesalahan" terakhir yang akan menghabiskan poin untuk tahun depan.

……..Bahkan jika itu harus terjadi, Apakah harga yang harus kubayar agar aku bisa mengunjungi rumah orang favoritku adalah smartphone-ku…….

Tapi tidak ada gunanya menangisi susu yang tumpah. Untuk saat ini hanya ada dua pilihan, apakah aku harus kembali untuk mengambilnya atau tidak.

Itu adalah pertanyaan yang sangat sulit bagiku.

Ini sudah waktunya kafe tutup dan aku juga akan merepotkan Oshio-kun jika datang terlalu larut.

Terlebih lagi, jika kami saling berhadapan lagi, aku tidak tahu apa yang kukatakan karena terlalu malu.

Aku bingung.

Masalah ini mungkin akan menggangguku sampai tahun depan.

Setelah berpikir begitu keras hingga aku merasa seperti akan demam,

"Mari ambil setelah mandi."

Aku memutuskan begitu.

Okaa-san sepertinya cukup terkejut melihatku mulai merias wajah setelah mandi sekitar pukul tujuh, tapi aku berhasil membuat alasan.

Jadi sekarang, aku sekali lagi kembali ke jalan itu. Aku akhirnya berhasil sampai di sini.

Dikelilingi oleh udara hangat di malam awal musim panas, aku, Sato koharu, meremas dadaku yang berdebar kencang.

"Uu……………….."

Jika aku berbelok di depan, aku akan melihat “Cafe Tutuji”— rumah Oshio-kun.

Sampai sini, jantungku berdetak semakin kencang. Napasku menjadi kasar dan wajahku juga memerah.

—Karena Oshio-kun adalah cinta pertamaku.

Kami belum banyak mengobrol di kelas. Aku terus menatapnya dari jauh melakukan yang terbaik untuk tidak diperhatikan tetapi wajahnya yang dingin telah terukir di mataku.

Kaki ramping, matanya yang terlihat sedikit mengantuk, rambutnya yang lembut, dan lesung pipitnya yang muncul saat ia tersenyum.

Dan hari ini, aku menemukan fakta baru bahwa dia adalah seorang karyawan di kafe yang begitu modis dan  seorang Minstagrammar juga.

Aku yakin dia sangat populer, tidak seperti aku…..

Berpikir begitu, aku hanya menegaskan kembali betapa menyedihkannya aku dan karena itu kakiku menjadi lebih berat.

Aku ingin tahu apakah lebih baik aku pulang saja ke rumah ...... entah bagaimana sampai saat itu perasaan seperti itu menyembur keluar tapi

"...Aku sudah sampai sejauh ini."

Aku mengatakan itu pada diriku sendiri dan menarik napas panjang.

Akhirnya berbelok di tikungan, aku menarik napas melihat pemandangan di depanku.

"Eh….."

Lampunya masih menyala padahal Cafe Tutuji seharusnya sudah tutup.

Cahaya lampu hias yang berkelap-kelip dan hangat menerangi taman bunga, memberikan kesan keindahan magis.

Ini analogi yang kekanak-kanakan, tapi seolah-olah aku tersesat di dunia buku bergambar.

"Itu adalah……."

Seolah mengundangku, aku berjalan selangkah demi selangkah melewati taman bunga.

Ketika aku melewati gerbang bunga, aku menemukannya berada di tengah dunia yang begitu fantastis.

Itu Oshio-kun, dengan secangkir teh di tangannya, duduk sendirian di kursi teras dengan kaki disilangkan.

"Oshio-kun………."

Tanpa sadar, aku menggumamkan namanya.

Mungkin bukan karena suaraku sampai padanya, tapi Oshio-kun memperhatikanku, meletakkan cangkirnya di atas meja, tersenyum ramah dan berkata

"Sato-san, aku menunggumu."

Saat aku mendengar suaranya, aku berpikir bahwa jantungku, yang telah berdetak sangat cepat, benar-benar berhenti.

Kepalaku menjadi kosong, aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

Melihatku dalam keadaan seperti itu, Oshio-kun berdiri dan perlahan berjalan ke arahku.

Tunggu, sekarang berbahaya, sekarang berbahaya, sekarang berbahaya karena—

"Kau datang untuk mengambil ponselmu, kan? Ini dia."

Oshio-kun menyerahkan smartphoneku.

Aku akhirnya berhasil membuka tenggorokanku, yang membeku.

"A, Apakah kamu menungguku?"

"Ya, kupikir kamu mungkin akan kembali untuk mengambil itu, jadi aku menyalakan lampu dan menunggu. Kamu tidak ingin meninggalkan ponselmu di rumah anak laki-laki, bukan?"

"Itu, itu!"

Tidak, tidak, Tidak. Aku menggelengkan kepalaku.

Tidak baik. Tidak peduli seberapa keras aku berpikir, mencoba untuk melakukan sesuatu, pikiranku jadi kosong saat di depan Oshio-kun dan aku tidak bisa berbicara.

Melihatku seperti ini, Oshio-kun tersenyum dan berkata.

"Apakah rumahmu dekat? Ini belum terlalu gelap, tapi berhati-hatilah dalam perjalanan pulang"

Meninggalkan kata-kata itu, Oshio-kun berbalik untuk pergi.

Ahh, Oshio-kun akan pergi.

"Itu"

Kata-kata itu keluar dari mulutku dengan sendirinya.

Terima kasih. Sampai jumpa lagi di sekolah besok.

Itu bagus, bukankah itu cara yang paling tepat untuk mengakhiri percakapan ini?

Meskipun aku tahu itu, namun kata-kata ini keluar begitu saja dari mulutku

"Itu, bolehkah aku mengambil foto?"

Saat aku mengucapkan kata-kata itu, aku merasakan darah mengalir lebih cepat dalam tubuhku.

Apa, apa yang kau katakan, aku!?

"Ah......ini berbeda! Itu….taman kafe ini sangat indah……itu sebabnya! Dengar, aku ingin menjadi minstagrammar….itu terlihat bagus kan!?"

"Apakah kamu ingin mengambil gambar tamanku? Tentu saja bisa tapi…"

"……Ya! Ya! Aku minta maaf atas semua masalah yang aku sebabkan padamu, haha ​​……."

Apa itu hahaha.

Aku memegang ponselku dengan posisi miring dan membuat pose "aku akan mengambil gambar sekarang".

Namun, di dalam kepalaku sudah berubah kacau.

Tanganku gemetar dan penglihatanku kabur. Aku bahkan tidak bisa melihat apa yang ada di layar.

aku tidak berguna. Sungguh, sangat tidak berguna.

Aku tidak ingin Oshio-kun berpikir kalau aku ini adalah wanita yang bodoh lagi, tapi tubuhku tidak mau mendengarkanku.

Aku ingin menghilang sekarang.

Saat itu, sebuah tangan terulur dari belakangku dan menempatkan dirinya di atas tanganku.

Itu tipis dan indah, tapi aku tahu kalau itu adalah tangan laki-laki.

Dalam waktu berlarut-larut di mana detik tampaknya berubah menjadi menit dan jam, dia berkata dengan suara lembutnya yang biasa.

"Biarkan aku membantumu."

Dalam sekejap, jariku tergelincir dan menekan tombol.

Itu adalah tombol untuk beralih antara kamera depan dan belakang.

Dengan kata lain, layar ponselku sekarang menampilkan diriku dan sosok Oshio-kun yang menopang tanganku dari belakang—.

Bikon.

""Ahh"", Sekali lagi, kedua suara itu tumpang tindih, dan fotoku dan Oshio-kun disimpan dalam ponsel.

Sesaat keheningan hadi di antara kami.

"……ah, maaf…..itu foto selfie. Haruskah aku mengambil foto lagi?"

"T, tidak, tidak apa-apa. Aku mendapatkan foto yang bagus! Oh, terima kasih, Oshio-kun….!"

Aku menjauhkan diri dari Oshio-kun. Aku sudah tidak gemetar lagi.

Sampai jumpa di sekolah.

Dengan kata-kata terakhir itu, aku menggenggam erat ponselku dan meninggalkan “Cafe Tutuji”. Setelah pergi, aku berbelok di tikungan dan berjongkok.

"~~~~~~~~~~~~~~"

Aku sudah mencapai batas dalam banyak hal.

️+×+×+×+

Setelah aku pemandangan punggung Sato-san menghilang, aku jatuh berlutut di tempat.

"~~~~~~~~~~~~~~~~"

Aku sudah mencapai batasku dalam banyak hal.

"Soutaa!"

Dengan raungan yang mengerikan, dari semak-semak di belakang, Muscle Daruma atau bisa disebut ayah, melompat keluar.

Tou-san bergegas ke arahku, menutupiku dengan handuk sambil mengusap punggungku dengan tangannya yang besar.

Baru pada saat itulah aku menyadari bahwa punggungku basah karena berkeringat dan tenggorokanku kering.

Aku mengambil secangkir teh dengan tangan gemetar dan meminumnya dalam satu tegukan, tehnya sudah lama jadi dingin.

"Jadi, Tou-san"

"Ada apa, Souta?"

"Aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh atau sesuatu yang menjijikkan, kan?"

"Tidak masalah! Kau tampak tampan! Kau terlihat sangat tampan!"

Bagus……

Sementara ayahku mengipasiku dengan handuk, aku menarik napas lega.

Aku benar-benar berpikir jantungku akan berhenti.

Post a Comment

Previous Post Next Post


Support Us