Aren't You Too Sweet Salt-God Sato-san? - Volume 1 Quiet Story Bahasa Indonesia

 

Cerita Tenang - Konpeito hari itu

[TL Note: Konpeito adalah permen gula kecil berwarna-warni khas Jepang yang di permukaannya ada tonjolan-tonjolan kecil.]

Kau mungkin tidak ingat, tapi ini bukan pertama kalinya aku berbicara denganmu, Oshio-kun.

Kita memang sekelas, dan aku yakin setidaknya kita pernah saling menyapa, tapi bukan saat itu.

Apa yang aku coba katakan adalah hari ketika aku pertama kali bertemu denganmu.

Hari ujian masuk SMA Sakuraba.

Hari itu aku benar-benar gugup. Gugup paling parah yang pernah kualami dalam hidupku.

Aku sudah belajar sekeras mungkin sebelum hari ujian.

Aku bahkan mendapat rekomendasi dari sensei.

Tapi, yang memalukan, aku merasa sangat sakit sekarang, tidak peduli seberapa banyak rintangan yang telah kulewati.

Selama istirahat makan siang, aku bahkan tidak bisa bangkit dari kursiku.

Saat itu baru paruh pertama ujian, tetapi aku sudah mencapai batasku.

Aku merasa mual dan hampir muntah, sensasi mengambang yang aneh menyelimuti tubuhku.

Aku bisa mendengar suara orang-orang dari SMP yang sama berkumpul untuk makan siang bersama.

Aku tidak punya nafsu makan untuk makan siang. Aku sudah ingin berhenti ketika masih suapan pertama.

Pikiranku berputar-putar.

Aku melihat ke bawah pada suatu titik di mejaku, dan aku merasakan ilusi seolah-olah aku sedang tersedot ke dalamnya.

Aku tahu kedengarannya konyol, tetapi pada saat itu aku berpikir bahwa aku sendirian di dunia ini.

Tolong aku……

Tidak tahan lagi, aku bergumam pelan. Meskipun tahu mungkin tidak ada yang akan datang untuk menyelamatkanku.

Namun pada saat itu, sesuatu menghalangi bidang penglihatanku.

Itu adalah jari, ramping dan indah tapi jelas milik seorang pria.

"Eh…"

Ditarik kembali ke kenyataan, tatapanku mengikuti tangan yang secara alami terulur kepadaku.

Aku mendongak dan melihat seorang anak SMP menatapku dengan ekspresi penasaran di wajahnya.

Begitu dia melihat wajahku, dia bergumam,

"Kulit yang bagus."

Itu membuatku kesal.

"Tolong tinggalkan aku sendiri."

Aku mengungkapkan perasaanku dengan suara dingin, tidak ingin berbicara lagi.

Tapi dia terus menatapku dengan mata mengantuk dan mengulurkan sebuah bungkusan kecil kepadaku.

Aku hanya bisa mengangkat alisku saat melihat itu.

"Apa ini?"

"Ini hanya konpeito"

"Aku tahu setelah melihatnya tetapi..."

Sebuah bungkusan kecil berisi konpeito putih, kuning, merah muda. Ketika aku melihatah warna-warna kekanak-kanakan itu, aku merasa seperti sedang diejek.

"Mau?"

Tidak, tidak salah lagi…….dia pasti sedang mengolok-olokku.

"Tolong jangan mengolok-olokku, aku sedang serius sekarang."

Kataku dengan sedikit rasa ketidaknyamanan.

Tapi dia masih memiliki tatapan mengantuk di matanya

"Tanganmu, itu menggigil."

"Eh.."

Aku memindahkan tanganku ke bawah meja dengan panik.

Aku sangat malu hingga aku menutup bibirku rapat-rapat.

"Apakah itu penting untukmu?"

Aku membuat pernyataan penolakan yang jelas.

Tapi meski begitu, kau,

"Ya, siapa tahu mungkin nanti kita akan menjadi teman sekelas?"

Tidak ada masalah jika kau memikirkannya, itu hanya fakta alami.

Tapi tetap saja, aku akhirnya bisa kembali ke kenyataan ketika kau mengatakan kata yang sangat alami kepadaku.

Kabut tebal di kepalaku hilang, dan pandanganku terbuka.

Suara semua orang dan dunia kembali kepadaku.

Itu benar, orang-orang di sekitarku sekarang adalah orang-orang yang mungkin menjadi teman sekelasku beberapa bulan lagi.

Tentu saja anak laki-laki di depan mataku juga.

Aku akhirnya menyadari bahwa penglihatanku telah menyempit ke titik di mana aku tidak dapat melihat sesuatu yang sesederhana itu.

"Kau tahu, ayahku yang memberiku ini."

Dia berkata dengan nada suara yang lembut, saat aku membeku dalam keadaan linglung.

"Jika pikiranmu lelah, sepertinya makan permen bisa membantu. Yah, bahkan jika kamu tidak bisa merasakan efeknya, itu tetap enak."

"Boleh aku minta satu?"

"Tentu."

Dia membuka bungkusan itu dan menjatuhkan sebuah konpeito di tanganku yang kujulurkan.

Konpeito berwarna merah muda, warna yang disukai oleh anak-anak, dijatuhkan di tanganku.

konpeito.......Ngomong-ngomong, aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya.

Aku melihat itu sebentar, seperti bintang kecil yang berkilauan dan kemudian melemparkannya ke mulutku.

Memainkannya di lidahku ternyata sangat menyenangkan hingga aku hanya bisa tersenyum.

"Bukankah ini hanya segumpal gula."

"Ya, itu benar."

Katanya bercanda sambil menutup kembali bungkus itu.

Saat aku melihat sikapnya yang santai, kata-kata ini secara alami keluar dari mulutku.

"Apakah kamu tidak gugup?"

"Ya?"

"Gugup menghadapi ujian"

"Aku pikir aku gugup sampai batas tertentu."

"Apakah kamu pernah berpikir tentang apa yang akan kamu lakukan jika kamu gagal?"

"Aku sudah memikirkannya."

"Apa?"

"Pertama, aku akan meminta maaf kepada Tou-san"

Aku memutar mataku pada jawaban yang terlalu anti klimaks.

"Hanya itu?"

"Meski begitu…..itu yang paling penting, karena bagaimanapun juga dia yang membiayaiku."

"Tidak, aku tidak bermaksud seperti itu….. maksudku seperti gugup tentang masa depan atau sesuatu seperti itu"

Aku meremas jari-jariku dan mencoba menyampaikan kepadanya kegelisahan yang kurasakan di hatiku.

Setelah itu, dia terdiam beberapa saat, dan kemudian menoleh ke arahku dan berkata.

"Yah, aku akan memikirkannya ketika itu terjadi, itu tidak seperti aku akan mati jika aku gagal, kamu juga sama, kan?"

Dia mengatakan itu sambil tersenyum.

………Oh, aku yakin kau tidak tahu.

Di tengah rasa sepi dan tak berdaya yang kurasakan, senyum nakal dan baikmu itu membantuku.

Dan saat itulah aku jatuh cinta untuk pertama kali dalam hidupku——–

"Aku akan pergi, teman-temanku menungguku, semoga berhasil."

Ketika aku melihat penampilannya saat dia pergi setelah mengucapkan selamat tinggal, mulutku bergerak sendiri.

"I-itu."

Dia berbalik menatapku penasaran.

Menanggapi itu, aku mengendurkan pipiku dan tersenyum, senyum yang cukup canggung dibandingkan dengan senyumannya. …..

"Itu sangat manis. terima kasih banyak."

Aku berhasil menyelesaikan ujian.......Kurasa aku tidak perlu mengatakannya.

Itu semua berkat dia.

Aku terlalu malu jadi aku tidak memberi tahu siapa pun, namun hanya beberapa menit percakapan itu membuat pikiranku jernih dan aku ingin lulus ujian masuk SMA ini.

️+×+×+×+

Mungkin kau tidak ingat tapi ini bukan pertama kalinya aku berbicara denganmu, Sato-san.

Kita memang sekelas, dan aku yakin setidaknya kita pernah saling menyapa, tapi bukan saat itu.

Kau seperti bunga yang tidak bisa diraih, tidak membiarkan siapa pun mendekatimu, selalu memasang wajah datar di depan semua orang. Tentu saja aku juga tidak terkecuali.

Selain itu, yang ingin aku katakan adalah tentang saat pertama kali aku bertemu denganmu.

Saat ujian masuk di SMA Sakuraba.

Kau sendirian dengan wajah pucat, tidak bergerak dari mejamu bahkan selama istirahat makan siang.

Pada awalnya, aku mengamatimu karena penasaran, tetapi ketika aku melihat tanganmu sedikit gemetar, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara denganmu.

"Kulit yang bagus."

Begitulah terjadi percakapan singkat.

Aku langsung tahu bahwa aku tidak diterima, tetapi aku tidak bisa membiarkannya begitu saja.

Jadi aku memberikan padanya sepotong konpeito.

Sepotong konpeito, untuk seseorang yang akan masuk SMA. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan.

Tapi kau memainkan sebutir konpeito di mulutmu seperti itu adalah harta karun, dan

"Itu sangat manis. Terima kasih banyak."

Aku membenci kepolosanku.

Aku tidak percaya bahwa hanya karena seseorang tersenyum kepada aku sekali, aku akan jatuh cinta untuk pertama kalinya dalam hidupku.

Bagaimanapun, hasil Ujian sesudahnya.........aku tidak perlu mengatakannya.

Ini semua berkat dia dan kepolosanku.

Bagaimanapun, hasilnya tidak masalah, tetapi aku harus meminta maaf kepada ayahku.

Aku bahkan tidak memikirkan ayahku selama paruh kedua ujian, meskipun aku telah mengatakan hal itu kepada Sato-san.

Satu-satunya hal yang memenuhi pikiranku adalah satu alasan yang buruk.

Aku ingin melihat senyumnya sekali lagi.

Itu adalah satu-satunya alasan, mengapa aku berusaha untuk lulus.


Translator: Janaka

1 Comments

Previous Post Next Post


Support Us