“Hmm… Ya? Dan ya, itu…”
Hayato terbangun di waktu yang sama seperti biasanya, di ruangan yang berbeda, merasa tidak nyaman. Leher dan punggungnya sedikit sakit, karena dia tidur di sofa, tidak seperti biasanya.
Saat dia perlahan meregangkan tubuhnya dan melihat sekeliling, dia melihat setumpuk buku di meja ruang makan.
“Terima kasih untuk kemarin. Aku akan pulang untuk ganti baju. Juga, tolong lupakan tentang yang terjadi tadi malam. Oke?"
Bagian terakhir dari surat itu ditulis dengan gaya tulisan yang kuat, yang mengungkapkan keadaan pikiran Haruki.
Di sebelahnya ada T-shirt terlipat rapi yang kemarin Haruki kenakan, dan saat Hayato mengambilnya, dia bisa mencium aroma manis yang tertinggal.
"Kau seharusnya sarapan di sini sebelum kau pergi ..."
Dia agak malu dengan aroma orang lain selain dirinya yang menempel di bajunya, dan menggumamkan sesuatu seperti itu sebagai alasan.
Meski tidak ada bukti, Hayato menghela napas lega karena merasa Haruki sudah tidak apa-apa.
"Sekarang saatnya siap-siap."
Senin pagi selalu sibuk, dan agak menghancurkan mood. Tapi ada banyak hal yang harus dilakukan.
Dia harus membuang sampah, bersiap-siap untuk berangkat sekolah, menyiapkan sarapan, dan membuat bento. Hayato melakukan semua hal itu dengan mudah dan tidak peduli apapun di sekitarnya.
Jika tidak, dia akan mengingat kalimat memalukan yang dia katakan kepada Haruki tadi malam, dan dia akan kesakitan.
“Fu~aah. Selamat pagi, Onii. Dimana Haru-chan?”
“Dia harus bersiap-siap untuk sekolah, jadi dia sudah pulang tadi. Himeko, cuci mukamu. Kau memiliki kebiasaan tidur yang buruk. Sementara itu aku akan menyiapkan sarapan. ”
“Ugh, itu nylekit…. Hmm? Onii, apa yang terjadi dengan lehermu?”
"Leherku? Uhm, posisi tidurku sedikit salah.”
"Tidak, maksudku, di sana, di sebelah kanan, warnanya merah."
"Di kanan? Tapi sebelah kirinya yang sakit… Himeko?”
Saat dia sedang berbicara dengan Himeko, yang baru saja bangun, Hayato tiba-tiba merasakan tarikan di punggungnya saat dia sedang memasak.
Ketika dia berbalik untuk melihat ada apa, dia disambut oleh wajah Himeko, yang terlihat sedikit sedih, namun seolah-olah dia memaksakan diri untuk tersenyum.
“…Haru-chan, apa dia tidak apa-apa?”
“Himeko…”
Tampaknya Himeko juga kepikiran tentang perilaku Haruki tadi malam.
Mungkin dia tahu apa yang terjadi sampai batas tertentu dari komunikasi di teleponnya. Meski begitu, ekspresi itu berarti Himeko, seperti Hayato, mungkin tidak bisa melangkah mundur untuk mengisi perpisahan selama tujuh tahun.
Tapi Hayato punya satu hal yang bisa dia katakan dengan pasti.
"Tidak apa-apa."
"Kenapa?"
"Itu karena aku—kita, punya teman di sisi kita."
“…Pfft! Hahaha!"
“Eh, diam!”
Mata Himeko berkibar, dan kemudian dia tiba-tiba meledak dan bersumpah. Tapi kemudian wajahnya tersenyum.
“Fufu… tapi itu benar. Aku juga harus bekerja keras.”
Hayato juga tertular oleh Himeko dan tertawa.
+×+×+×+
Langit lebih cerah dan lebih biru daripada biasanya setelah hujan tadi malam berhenti.
Matahari pagi awal musim panas membakar kulit Hayato saat dia berjalan ke sekolah.
“Ada… tapi setelah hujan…”
Hujan. Sebuah berkah dari surga. Katanya, tanaman akan tumbuh cepat setelah hujan.
Tapi itu tidak selalu baik. Jika hujan turun sederas tadi malam, ada risiko tanaman roboh, atau buahnya rusak karena kelembapan yang tiba-tiba.
Karena janji yang dia buat tempo hari, kakinya secara alami berjalan menuju petak bunga.
"Selamat pagi. Sepertinya panennya bagus, ya? ”
"Ah, Kirishima-san!"
Di samping gedung sekolah, ada seorang gadis kecil berambut ikal, Minamo Mitake, yang sedang sibuk memanen.
Berkat hujan semalam dan cuaca pagi ini, banyak sayuran yang ditanamnya berbuah. Ada dua kotak kardus kecil di dekatnya, yang sebagian besar sudah terisi. Tanah yang tersapu oleh hujan sudah dikumpulkan kembali, menunjukkan kalau dia telah merawatnya sejak pagi.
"Aku ingin mengatakan aku akan membantumu, tapi sepertinya kamu sudah selesai."
“Terima kasih, aku memanen banyak! Tapi…"
"Oh, mungkinkah kamu memanen terlalu banyak?"
"Ya…"
Minamo Mitake tersenyum dengan ekspresi bermasalah di wajahnya. Ada begitu banyak sayuran yang menumpuk di kotak karton bahkan jika Hayato mendapatkan bagian, mereka tidak akan bisa menghabiskan semuanya. Khususnya, ada banyak terong.
Kata “panen yang melimpah dan kemiskinan” terlintas di benak Hayato. Di Desa Tsukinose, bukanlah hal yang aneh untuk memiliki terlalu banyak hasil bumi dan terpaksa untuk membaginya.
“Aku bisa membagi tomat denganmu dan tempat kakek, tapi terong …….”
“Kenapa kamu tidak mencoba mengasinkannya semalaman saja? Di desa tempatku dulu tinggal, mereka biasa menyajikannya sebagai camilan.”
"Um, bagaimana cara membuatnya?"
"Aku akan memfoto bagaimana cara membuatnya dan mengirimkannya kepadaku."
"Oh! Kamu membeli smartphone!"
"Iya. Kemarin."
Kemudian Hayato bertukar ID kontaknya dengan Mitake Minato.
(Apakah aku berhasil mengatakannya secara alami?)
Meskipun dia mencoba membuatnya terdengar seperti itu hal yang biasa, Hayato cukup gugup.
Tidak seperti Haruki dan Himeko, dia baru mengenalnya (Mitake) untuk waktu yang singkat, dan dia adalah seorang gadis. Hayato mensimulasikannya dalam pikirannya beberapa kali, dan dia merasa lega karena dia bisa memenuhi janjinya.
Berbeda dengan wajah Hayato, dia memperhatikan kalau Minamo Mitake tersipu dan menatapnya dengan ekspresi agak menyesal di wajahnya.
“Yah, um, apa ini tidak masalah dan itu…?”
"Hah? Apa…?"
“Yah, um… pacarmu…”
"Pacar?"
Hayato memiringkan kepalanya pada kata yang tak terduga itu.
Ketika dia mengikuti pandangan Minamo Mitake untuk melihat apa yang sedang terjadi, dia melihat itu ada di sisi kanan lehernya. Inilah yang Himeko tunjukkan padanya pagi ini.
“Oh, ini. Adikku menunjukkannya kepadaku. Apakah itu terlihat jelas? ”
“Yah, senang melihat kalian akur! Tapi tanda ciuman…. Hauu!!”
“Mi-Mitake-san?!”
Dengan beberapa kesalahpahaman dan salah tafsir yang serius, Minamo Mitake lari dengan wajah memerah.
Hayato, yang ditinggalkan dengan sayuran yang baru dipanen, bingung harus berbuat apa.
"Aku akan mengurus sayuran, sementara leherku baru saja digigit serangga."
Pesan pertama yang diketik Hayato di ponselnya adalah alasan yang canggung.
+×+×+×+
Saat dia mendekati ruang kelas, satu-satunya hal yang muncul di pikiran Hayato adalah Haruki.
Sahabatnya sejak dulu.
Seorang teman masa kecil yang membuat luka bersama dan bermain dengan pakaian berlumpur. Mereka adalah teman masa kecil yang berjanji untuk menjadi teman selamanya, mengumpulkan pinjaman dan kenangan satu sama lain.
Namun, ketika mereka bertemu lagi, mereka mereka sudah berubah dari diri mereka yang dulu.
Jika mereka berdampingan, salah satu dari mereka lebih tinggi satu kepala daripada yang lain.
Tangan saat mereka berpegangan tangan, salah satu tangan akan membungkus yang lain.
Kecepatan lari mereka sama, tapi perbedaannya bisa dilihat dari langkah mereka.
Rambut pendeknya sekarang panjang dan berkilau, kulitnya yang dulu penuh goresan sekarang putih dan mulus tanpa cacat sedikitpun, dan gaun yang dikenakannya kemarin sangat modis dan cantik hingga tidak akan pernah ternoda oleh lumpur.
Ada kalanya Hayato bingung dan kecewa. Wajar jika dia menjadi gadis yang begitu menarik.
Namun, begitu mereka bermain bersama, mereka dapat berbagi perasaan senang yang sama seperti yang mereka rasakan saat itu, dan Hayato masih merasa kalau dia adalah partnernya yang tak tergantikan.
Bahkan jika dia murid pindahan yang membosankan dan dia gadis yang rapi, cantik, dan populer di sekolah, itu–
“Selamat pagi… Hmm…”
“Hei, Kirishima! Ada apa dengan lehermu?”
“Sepertinya itu tanda ciuman. Sayangnya, ada yang bilang itu gigitan serangga tapi… Apa itu? Itu pemandangan yang langka.”
“Haha, itu benar. Aku juga belum pernah melihat Nikaido seperti itu sebelumnya.”
Begitu dia memasuki kelas, mata Hayato melihat Haruki di kursinya, dikelilingi oleh semua orang.
Itu bisa dikatakan sebagai pemandangan biasa. Tapi pagi ini, Haruki aktif berbicara dengan mereka.
“Ini yang aku pilih dengan Hime-chan, dan ini yang aku pilih dengannya.”
“Wah, sangat imut!”
“Aku suka bagaimana kamu berpakaian mengenakan pakaian yang berbeda-beda.”
“Ada beberapa yang aneh di sana yang jelas-jelas norak, tapi sepertinya mereka juga mencobanya.”
“Duh, memalukan…ah, haha…”
Haruki Nikaido adalah orang yang populer. Penampilan dan sikapnya bisa membuatnya menjadi semacam idola.
Bahkan jika kau meninggalkannya sendirian, dia akan dikelilingi oleh orang-orang dalam waktu singkat dan berbicara dengan mereka, dan hampir tidak mungkin baginya untuk berbicara denganmu.
Jika Haruki dengan bangga memamerkan layar ponselnya, sulit untuk tidak terlihat menonjol dan tertarik.
(...kau bisa berbicara dengan orang lain seperti itu, ya?)
Ketika Hayato melihat Haruki sedang di atas awan, dia merasakan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan melewati pikirannya.
“Itu foto teman masa kecilku. Aku pergi berbelanja untuk membeli pakaian bersama di akhir pekan.”
“Heh, heh.”
“Oy, reaksimu aneh, Kirishima! Teman masa kecilnya juga seorang gadis cantik, tapi tahukah kau? Nikaido-san yang mengenakan pakaian kasual ada di foto itu! Aku juga ingin melihatnya!”
“Oh, ya benar.”
Meskipun Mori dengan bersemangat membuat argumen kuat seperti itu, reaksi Hayato tidak begitu positif. Sangat mudah untuk membayangkan Haruki dalam pakaian kemarin, tapi juga dengan pakaiannya yang biasanya, dan teman masa kecil dalam gambar tersebut adalah adiknya sendiri, yang dia kenal sejak lahir. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah dia tidak bisa menahan senyum pahit.
Meski begitu, melihat Haruki dengan gembira menceritakan ke semua orang tentang teman masa kecilnya Himeko tampak seperti perubahan positif, seolah-olah beberapa penghalang yang dia bangun di sekelilingnya telah hancur. Hayato mencoba menganggapnya sebagai perubahan positif.
Mungkin air mata semalam telah memicu semacam perubahan positif pada Haruki.
“Ini adalah hal yang baik untuk Haruki.” – pikirnya sambil berjalan ke tempat duduknya.
“Selamat pagi, Nikaido-san…”
“Oh, selamat pagi, Kirishima-kun…”
"Kamu cukup populer pagi ini, bukan?"
“Apakah kamu ingin melihatnya, Kirishima-kun? Ini foto teman masa kecilku. Ini dia, tidakkah menurutmu foto yang bagus?”
Haruki kemudian menunjukkan layar ponselnya.
Teman masa kecil Nikaido Haruki yang dia banggakan... tidak lain adalah Himeko. Jika Hayato bertanya kenapa dia menikmati foto adiknya yang biasa dia lihat, hanya Haruki yang tahu.
Karena perasaan bingung yang baru saja dia alami, dia menjadi kaku. Dia berakhir dengan sikap tidak ramah.
Namun, Haruki terus-terusan mendorong ponselnya ke arahnya. Bagi pengamat biasa, terlihat sepertinya dia mencoba memamerkan teman masa kecilnya yang berharga.
“Tidak, aku tidak benar–“
“Kyaa!”
Saat Hayato melihat layar, dia secara tidak sengaja merebut ponsel dari tangan Haruki.
Kemudian, suara terkejut Haruki yang menggemaskan bergema di sekelilingnya, dan semua orang memutar mata mereka pada tindakan tiba-tiba Hayato.
Orang-orang di sekitarnya bingung apa yang Hayato pikirkan ketika dia melihat teman masa kecil Nikaido Haruki – dia tidak mempedulikan itu karena dia dikejutkan oleh sebuah kejutan.
“Oh, tunggu, tunggu, tunggu, ini…!”
"Bagaimana dengan itu? Bukankah itu serangan yang bagus? Dia adalah teman masa kecilku yang tersayang…”
Foto itu adalah selfie Haruki yang mengenakan kemeja seragam Hayato dan merangkak dengan bibir di leher Hayato saat dia menggunakan lengannya sebagai bantal. Dia tidak yakin apakah itu insentif atau tidak, tapi kata-kata "Hayato sedang tidur di sebelahku" juga menari di atasnya. Rupanya, inilah penyebab tanda di lehernya.
Haruki di depannya tersenyum.
Tapi itu bukan senyum yang rapi dan anggun yang dia tunjukkan di depan semua orang, itu adalah senyum yang agak nakal yang biasa dia lihat sejak mereka masih kecil.
Tiba-tiba, banyak hal terlintas di benak Hayato.
Dia tidak tahu apa yang terjadi dalam tujuh tahun terakhir.
Dia yakin itu bukan sesuatu yang bisa dengan mudah dikatakan.
Tapi dia yakin dia akan memberitahunya ketika kekosongan ini terisi.
'Oh, baiklah, kita akan selalu berteman, Haruki!'
Tidak perlu terburu-buru.
Janji-janji kecil yang mereka buat di masa lalu masih hidup dan mereka pegang hingga hari ini.
Tetap saja, Hayato sekarang memiliki perasaan di dalam hatinya yang ingin dia katakan dengan lantang.
“Haru–……Nikaido….!”
“Mm-hm?”
–Kau hanya kembali menjadi dirimu yang dulu saat di depanku. Tidak, tunggu!
Aowkoakwa cupang
ReplyDelete