Bab 127
Nasi putih, sup miso, telur dadar gulung, sup bayam, kentang daging.
Itulah menu sarapan pagi ini.
Daging dan kentang adalah sisa makan malam kemarin.
Dan ada bayam selama dua hari berturut-turut.
(… Apa mungkin dia suka bayam?)
Yuzuru berpikir sambil membawa bayam dan lauk lain ke mulutnya.
Dimakan dengan bonito kering dan kecap, terlihat sederhana tapi enak.
(Yah, mudah dibuat dan rasanya enak, tidak ada alasan khusus untuk dia tidak menyukainya)
Karena dia sudah lama dengan Arisa, dia dapat memahami cara berpikir dan kecenderungan memasak Arisa.
Arisa adalah tipe yang menekankan pada jumlah lauk pauk dan ragamnya.
Jenis "bayamnya" adalah warna hijau yang segar, cocok dengan makanan Jepang, mudah dibuat, dan dapat disimpan untuk waktu yang lama.
Ditambah tidak akan pernah bosan memakannya.
Itu mungkin sayuran rebus yang cocok dimakan kapan saja.
Mungkin, dia tidak memiliki kesukaan terhadap bayam itu sendiri.
Bahkan, terkadang bayam diganti dengan komatsuna, saat dalam keadaan bingung.
“Telur gulung buatanmu seperti biasa, sangat enak.”
Telur gulung yang sering Yuzuru makan memang enak.
Sepertinya diberi cukup banyak kaldu, tapi masih dimasak dengan indah tanpa merusak bentuknya, yang mana membuatnya luar biasa.
“… Benarkah. Aku senang mendengarnya.”
Arisa menanggapi dengan canggung pujian Yuzuru.
Sepertinya ... suasananya beda dari biasanya.
“Be, begini … Arisa.”
“Ya?”
“Ini tentang … kejadian kemarin.”
Ketika Yuzuru berhenti berkata, Arisa berhenti bergerak.
“Maaf … telah mendorongmu ke bawah.”
Saat Yuzuru meminta maaf, Arisa dengan malu-malu menggaruk pipinya.
“Ti-Tidak … itu bukan salah Yuzuru-san. Kemarin, aku juga meresa aneh.”
Dia merasa aneh.
Benar, mereka berdua kemarin malam merasa aneh.
Ini bukan masalah siapa yang salah.
Karena tiba-tiba saja terjadi hal seperti itu.
…Tapi, kelihatannya Arisa masih memikirkan sesuatu.
Dia ingin menanyakan pada Yuzuru dan mendengarkan apa Yuzuru katakan.
Terlihat seperti itu di mata Yuzuru.
“… Arisa.”
“Eh, um, ya, ada apa?”
“Jika ada sesuatu yang ingin kamu katakan … katakan saja, jangan sungkan.”
Sebaliknya, itu akan sangat membantu Yuzuru jika dia mengatakannya dengan jelas.
Arisa tersedak mendengar kata-kata Yuzuru dan kemudian membuka mulutnya.
“Um, ini tentang kemarin malam.”
“Ya.”
“… Apa kamu, melakukan sesuatu padaku?”
Apa kamu melakukan sesuatu?
Bentuk pertanyaannya berupa kecurigaan.
Dengan kata lain, apa yang ingin Arisa ketahui ialah … bukan tentang apa yang terjadi setelah dia bangun.
Tapi, Arisa ingin mengetahui apa yang terjadi setelah ia tertidur.
“Sesuatu ya …, Etto, setelah kamu tidur, aku membawamu ke atas tempat tidur.”
Arisa mengangguk atas jawaban Yuzuru.
“Ya. Aku tahu itu … kemudian, waktu itu. … Apa kamu, melakukan sesuatu?”
“…”
Setelah berpikir sejenak, Yuzuru memutuskan menjawab dengan jujur.
“Aku menciummu.”
“Ci-Cium ya…”
Arisa memerah wajahnya.
Kemudian dia bertanya dengan ekspresi ketakutan.
“Di-Di mana … kamu menciumnya?”
“Di dahi.”
“Dahi …?”
Arisa menyentuh dahinya sendiri.
Agak sedikit kurang tepat dari tempat di mana Yuzuru menciumnya.
“… Apa tidak boleh?”
“Tidak, tidak apa-apa. … Aku sama sekali tidak keberatan, kok.”
Bagi Arisa, mencium dahinya saat sedang tidur sepertinya tidak masalah.
Sementara Yuzuru merasa lega, Arisa bertanya lebih jauh.
“… Sungguh, hanya mencium dahi saja, ‘kan?”
“Tentu saja, aku bersumpah.”
“Aku … mengerti.”
Ternyata Yuzuru benar-benar hanya mencium dahinya saja.
Lega, Arisa menghela nafas.
Untuk saat ini, kesalahpahaman tampaknya telah teratasi.
“Hari ini, mau bagaimana?”
“Bagaimana ya…”
Dan ceritanya berlanjut ke jadwal untuk hari ini.
Sulit untuk mengatakan bahwa kemampuan renang Arisa sudah sempurna, jadi Yuzuru ingin sekali lagi pergi ke kolam renang selama liburan ...
“Kalau kita pergi ke kolam renang, pasti tubuh kita akan kelelahan nantinya.”
“Yah, aku juga lelah…”
Mereka berdua tertidur cukup awal tadi malam ...
Itu mungkin karena kelelahan yang mereka dapat saat di kolam renang.
Jika mereka berenang dua hari berturut-turut, mereka akan K.O.
“Hari ini, ayo kencan seperti biasa.”
“Kurasa begitu. … Tapi, lebih baik memilih tempat yang sedikit tenang.”
Hari ini, mereka ingin kencan santai di tempat yang tenang.
Itu adalah permintaan tunangannya.
Kemarin adalah kencan (olahraga) yang sedikit intens, jadi Yuzuru setuju dengan pendapat Arisa.
“Mau kencan di mana?”
“Sebentar…”
Tempat yang tenang.
Dan ngomong-ngomong, tempat yang tidak membutuhkan banyak biaya.
Yuzuru menjawab, setelah berpikir sejenak.
“Bagaimana kalau pergi ke museum?”
Translator: Exxod
Editor: Janaka
Rajin up min gw selalu kok baca disini
ReplyDeleteChapter sebelumnya panas dan menggairahkan, chapter ini adem dan bikin iri🙂
ReplyDeleteAdem lagi dah
ReplyDelete