Bab 1 – Tes Psikologi
Di dalam kelas, terdengar suara seorang guru perempuan yang sedang mengetuk-ngetuk kapur di papan tulis, para siswa yang sedang mencatat di buku catatan mereka, dan halaman-halaman buku pelajaran yang dibolak-balik.
Saat ini pelajaran Bahasa Inggris sedang berlangsung. Ini adalah kelas yang seharusnya penuh dengan ketegangan.
Tapi–
“Shinjou-kun, Shinjou-kun.”
— Hanya aku yang bisa mendengar suara seorang gadis yang sepertinya tidak tegang sama sekali. Itu suara Satori, gadis yang duduk di depan sampingku.
“Shinjou-kun, Shinjou-kun…”
Jika aku mengabaikannya, Satori akan terus-terusan memanggil namaku. Aku tidak punya pilihan selain menanggapinya.
Namun, aku tidak menjawab dengan suaraku.
“Ada apa, Satori?”
Aku menjawab di kepalaku.
Satori dan aku sama-sama seorang esper, yang disebut "telepati", yang bisa bertukar kata hanya dengan memikirkannya di kepala kami.
Tapi kami sedang berada di tengah pelajaran, jadi jika bisa, aku ingin kau diam.
"Shinjou-kun."
Terlepas dari keinginanku, Satori berbicara kepadaku lagi hari ini.
“Kau bosan, ya?”
"Aku tidak bosan. Kita sedang di tengah-tengah pelajaran.”
"Ya itu benar. Tapi bukankah agak sepi karena semua orang diam?”
"Yah, itu karena kita sedang di tengah-tengah pelajaran."
“Bagaimana kalau kita melakukan sedikit tes psikologis?
Satori tidak mengindahkan kata-kataku. Tidak, dia tidak mengindahkan telepatiku.
“Tes psikologi?"
"Ya. Seperti yang di TV kemarin. Jika kau melakukan tes psikologis ini, kau dapat mengetahui apa yang orang pikirkan di kepala mereka.”
"Bukankah itu sesuatu yang ...... sedang kita lakukan?"
Atau lebih tepatnya, apa yang akan kita lakukan sekarang.
"Jika kau mengatakannya seperti itu, kukira kau benar."
"Benar. Jadi pembicaraan ini sudah selesai.”
Melihat belakang kepalanya, sepertinya Satori sedang duduk diam di mejanya, menyalin tulisan bahasa Inggris di papan tulis dengan serius.
“Eh. Aku ingin mengekspos psikologi Shinjou-kun.”
Tapi sebenarnya, dia berusaha untuk membolos.
“Shinjou-kun. Jika aku melewatkan kesempatan ini, aku tidak tahu kapan lagi aku bisa melakukan tes psikologi, kau tahu?
“Kau bisa melakukannya kapan saja semaumu.”
“Manusia tidak tahu kapan mereka akan menjadi tidak bisa melakukan tes psikologis.”
"Orang seperti apa yang tidak bisa melakukan tes psikologi?"
“Bagaimanapun, karena itu kau, Shinjou-kun, kau biasanya tidak mempersiapkan diri untuk bisa melakukan tes psikologis kapan saja, kan?”
“Itu tidak perlu, kau tahu.”
Apa Satori mencoba melakukan itu?
"'Ya, kalau begitu mari kita lanjutkan."
Ketika aku bertelepati, aku mendengar suara guru, tidak secara telepati, tapi dalam kenyataan. Tentu saja, itu tidak langsung di kepalaku, tapi di telingaku.
“Nexto pege–“
Pengucapan bahasa Inggris guru itu tidak cukup baik untuk seorang guru bahasa Inggris.
…….
Aku tidak yakin berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke halaman berikutnya.
Selama aku berbicara dengan Satori melalui telepati, aku tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran.
Aku berpura-pura melihat buku pelajaranku agar guru tidak marah, tapi pikiranku tertuju pada percakapanku dengan Satori, jadi aku sama sekali tidak bisa fokus pada apa yang guru katakan.
“Satori. UTS sebentar lagi. Aku ingin mengikuti pelajaran dengan serius. ”
“Hei, Shinjou-kun? Mana yang lebih penting, tes psikologi atau UTS? Mana yang lebih penting?”
"UTS."
“Lalu, mana yang lebih penting, pekerjaanmu atau pacarmu?”
“Aku tidak memiliki kedua hal itu sekarang.”
“Saat kau berjalan di hutan, seekor binatang kecil mengintip dari semak-semak. Hewan apa itu, tupai atau kelinci?”
"Jangan memulai tes psikologinya begitu saja."
"Jawaban yang benar adalah tupai."
“Tidak ada jawaban yang benar. Ini tes psikologi.”
“……Shinjou-kun……”
Satori menurunkan nada suaranya, atau lebih tepatnya telepatinya, sedikit.
“…… Aku sedang berbicara langsung ke otakmu sekarang: ……”
“Kau sudah melakukan itu selama ini.”
Sekarang apa.
"Hari ini, aku sedang dalam mood untuk benar-benar mengetes psikologi seseorang."
Mood macam apa itu?
"Aku sangat kewalahan dengan keinginan untuk menguji psikologi seseorang hingga aku merasa seperti akan ketiduran."
“Tidurlah, kalau begitu.”
Tidurlah senyenyak mungkin.
“Aku akan fokus pada pelajaran, ya.”
“Mmm, aku tidak bisa menahannya. Demi Shinjou-kun yang egois, haruskah aku melanggar peraturan?”
“Siapa yang egois?"
"Aku sudah memikirkan sekitar sepuluh tes psikologi, tapi aku tidak akan mengatakan semuanya."
"Kau sudah memikirkan soal-soalnya? Soal psikologi asli? Dan ada sepuluh.”
“Itu …… benar, untuk kali ini setelah mendengarkan pendapat Shinjou-kun yang sibuk. Mari kita lakukan dengan sepuluh soal itu. ”
Aku salah dengar. Tidak, kupikir aku salah memahami telepati.
“Namun jumlahnya tidak berkurang.”
"Hei, perhatikan, Nak."
"Nak?"
"Kita akan melalui sesuatu yang hebat, dan kau dapat melakukan."
Satori tidak akan membiarkanku keluar dari obrolan telepati ini jika aku tidak menemaninya sebentar. Dengan berat hati aku memutuskan untuk melakukannya.
"Yah, hanya satu kalau begitu."
"Woah."
"Ini tidak menyenangkan, ini merepotkan"
“Ya.”
Kenapa dia begitu senang.
“Baiklah, mari kita mulai.”
Satori mulai berbicara dengan nada naratif.
"Kau sedang berjalan di jalan yang dipenuhi pohon poplar."
[TL Note: Poplar adalah pohon yang tumbuh cepat tetapi berumur relatif pendek. Mereka tersebar luas di seluruh wilayah iklim utara.]
"Oh."
"Dan kau berhenti di salah satu toserba di sana."
"...... Apakah ada poplar di sana?"
"Ada poplar di sana."
Jalan mana itu.
“Kau tahu, tidak ada jalan yang dipenuhi dengan pohon Poplar di mana ada beberapa toserba juga.”
"Bukankah ada di Hiroshima?"
“Kurasa tidak banyak di Hiroshima.”
Maksudku, bagaimana kau tahu dari mana asalnya?
“Yah, baiklah. Ketika kau masuk ke toserba, sudut mana yang kau tuju lebih dulu?”
Apakah itu harus Poplar?
"Baiklah, sudut apa?"
“Umm… ATM, kurasa.”
“Eh.”
"Eh, kenapa tanggapanmu begitu."
“ATM itu ……”
Kata Satori.
“Apa?”
Apakah ini tes psikologi?
"Aku tidak tahu apa artinya."
“Jawaban yang benar adalah Anjungan Tunai Mandiri.”
Kata-kata penjelasan itu untuk apa-apa. Meskipun ini telepati.
“Tidak, tidak ada jawaban yang benar dalam tes psikologi.”
"Aku terkejut kau berencana untuk pergi ke tempat yang bahkan tidak kau tahu apa arti kata itu."
"Tidak masalah. Aku hanya ingin mengambil sejumlah uang.”
"Hmm. Jadi begitu. Jadi tempat pertama yang kau tuju adalah ATM?”
Satori mengirim telepati dengan nada puas.
“Terima kasih sudah memberitahuku, Shinjou-kun.”
"Tentu."
Dengan itu, telepati Satori berhenti.
…….
………….
……………….
……………… Tunggu, berakhir begitu saja?
"Um, Satori-san?"
Aku mengirim telepati dan Satori membalas.
“Oh, jangan khawatir, aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku sedang berkonsentrasi dalam pelajaran.”
“Tidak, Satori.”
"After an argument, Ken hit Mary in the temple with a marble ashtray."
“Tidak ada kalimat bahasa Inggris seperti itu di buku pelajaran."
“Hei, Shinjo-kun. Kau mengganggu pelajaran."
"Apa?"
Kau yang mengatakan itu padaku?
"Bukankah kita sudah setuju bahwa hanya akan melakukan satu tes psikologi?"
Kenapa aku yang dimarahi?
“Tidak, Satori. Kau tidak boleh begitu saja melakukan tes psikologi dan tidak memberi tahuku hasilnya.”
"Ya, ……."
Satori mengirimiku tatapan seolah itu mengejutkannya.
"Apakah kau ingin tahu hasilnya?"
“Ya, aku ingin tahu.”
“Aku tidak yakin, Shinjou-kun. Kau tampaknya tidak terlalu tertarik pada tes psikologi, dan kupikir kau tidak membutuhkan hasilnya.”
"Aku butuh! Ini baru disebut tes psikologis jika kau mendengar hasilnya dan berkata 'ya' atau 'wow, itu benar'!”
Sebaliknya, itulah inti dari tes psikologi, 'kan?
"Hmm. Aku akan membawa hasilnya sampai ke kuburku, tapi ... "
"Apakah hasilnya mengejutkan?"
“Oh, baiklah. Aku akan memberitahumu."
"Tolong beritahu aku."
Kenapa seolah aku yang ingin melakukan ini?
“Tempat pertama yang kau tuju saat masuk ke toserba adalah ……. Inti tes psikologi ini. Jawabnnya akan memberi tahumu apa yang paling kau cari dari pasangan idamanmu.”
Itu adalah tes yang cukup menarik.
"Jadi?"
Saat aku menunggu jawaban Satori, tiba-tiba aku mendengar suara.
"Misutaa Shinjou-kun."
Guru memanggil namaku.
"Silakan maju dan tulis jawabannya di sini."
Sial, ada gangguan tak terduga dan itu terjadi sekarang.......
Tidak, bukan itu.
Satori yang mulai. Aku yang terkena getahnya.
"Raito now."
"Ya, ……."
Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan ke papan tulis. Di papan tulis ada tulisan bahasa Inggris, dengan spasi di tengah dan tanda kurung.
Yah.
Aku tidak mendengarkan pelajaran, jadi aku tidak tahu apa yang tadi dijelaskan.
Dengan enggan aku memutuskan untuk memilih tindakan darurat.
“Satori-san, …….”
"Apa yang bisa kubantu?"
"Tolong beritahu aku."
Satori pandai dalam bahasa Inggris karena suatu alasan. Begitu pandai hingga dia memiliki pengucapan bahasa Inggris yang lancar jadi walaupun dia tidak mendengarkan tadi, tidak masalah untuknya.
Aku berada dalam masalah karena salah Satori. Akan bagus jika dia membantuku sekarang. Akhirnya, untuk pertama kalinya hari ini, telepati akan berguna.
"Tolong beri tahu aku jawabannya."
"Baiklah."
Aku tidak tahu kenapa dia begitu sombong, tapi aku akan bersabar untuk saat ini.
"Terima kasih!"
“Aku mulai ya, Shinjou-kun?”
"Ya."
Satori memberiku jawaban yang kuinginkan.
“Kau memilih ATM, jadi itu artinya yang kau cari adalah 'penghasilan yang stabil'.”
Jam istirahatku berikutnya dirusak oleh ceramah dari guru.
Translator: Janaka