Bab 116
"Maaf, Arisa. Aku mandinya sedikit lebih
lama daripada biasanya."
Yuzuru yang telah berganti pakaian, keluar
dari ruang ganti.
Di sisi lain, untuk beberapa alasan Arisa
duduk tegak di atas sofa ruang tamu.
"... Arisa?"
"... Fue, ah, Yu-Yuzuru-san!?"
Saat Yuzuru memanggilnya lagi, Arisa
berteriak panik.
Entah karena alasan apa, wajahnya memerah.
"A-Ada apa!?"
"... Yah, aku sudah selesai mandi,
selanjutnya giliranmu, 'kan?"
"B-Benar, giliranku!"
Kemudian Arisa menuju ke ruang ganti dengan
tergesa-gesa.
Yuzuru meraih lengan Arisa dan menahannya.
"Oi, Arisa."
"Y-Ya! Ke-Kenapa!?"
"Itu, kamu lupa membawa handuk dan
baju gantimu."
Hal seperti ini juga pernah terjadi
sebelumnya, tapi untungnya kali ini dia dapat menyadarinya sebelum Arisa mandi.
Arisa yang diberitahu oleh Yuzuru,
mengangguk dengan cara yang imut.
"B-Benar, aku melupakannya.
Maaf!"
Arisa dengan cepat mengambil baju ganti dan
handuk, lalu menghilang ke ruang ganti lagi.
Yuzuru tanpa sadar memiringkan kepalanya.
Sekitar 40 menit kemudian.
"... Aku sudah selesai."
Arisa yang mengenakan pakaian tidur, muncul
dari ruang ganti.
Baju tidurnya berupa piyama sederhana.
Kulit putihnya sedikit kemerahan, mungkin
karena sirkulasi darahnya membaik setelah mandi.
Rambut raminya, yang telah dikeringkan
secara menyeluruh dengan pengering rambut, bergetar dengan halus dan tampak
lebih bersinar daripada biasanya.
Buk! Arisa
duduk di depan Yuzuru.
Dan entah kenapa, dia mengalihkan
pandangannya, sedikit malu.
"Mulai sekarang, kita mau apa?"
"Eh? Mu-Mulai sekarang!? Apa kamu mau
melakukan sesuatu!?"
Ketika Yuzuru bertanya dengan santai, Arisa
mulai ketakutan dan menatap sekelilingnya dengan panik seakan ingin melarikan
diri.
Rupanya, Arisa menafsirkan kata-katanya
dengan arti yang aneh ... Yuzuru tersenyum pahit.
"Tidak, apa yang mau kita lakukan itu,
maksudku bermain ..."
"A-Ah... jadi itu maksudmu?"
"... Memangnya apa lagi?"
"... Tidak, bukan apa-apa."
Arisa menjawab dengan sikap tsundere.
Tetapi wajahnya memerah.
"Karena kamu menginap di sini,
bagaimana kalau bermain sesuatu selain game?"
"... Itu benar. Kudengar tidak baik
menonton TV sebelum tidur. Apa kamu punya saran?"
Jika ingin bermain kartu, setidaknya
membutuhkan tiga orang.
Jumlah game yang bisa dimainkan oleh dua
orang itu terbatas.
"Apa kamu pernah bermain mahjong,
catur, go, atau shogi?"
Ketika Yuzuru bertanya, Arisa dengan tenang
menggelengkan kepalanya.
Seperti yang diharapkan dari Arisa.
"Bagaimana dengan othello?"
"Kalau othello aku pernah.... yah, aku
tidak keberatan. Mari kita bermain othello."
Untungnya, Arisa tampak antusias.
Mereka segera menyiapkan papan othello ...
Dan memutuskan giliran pertama dan kedua dengan batu-gunting-kertas.
"Oh, iya. Yuzuru-san."
"Ada apa?"
"... Ini pertandingan yang
serius."
"Aku tahu kok... aku juga ingin
menang."
Jadi mereka memulai bermain othello.
Yuzuru memenangkan pertandingan pertama ...
Pada pertandingan kedua, Arisa pemenangnya.
Dan pertandingan ketiga ...
"Mumumu..."
"Arisa, waktumu sudah habis ..."
Yuzuru mendesak Arisa, karena dia dari tadi
masih terus berpikir dengan kerutan di antara alisnya di depan papan permainan.
Dia memikirkan langkah selanjutnya selama
lebih dari lima menit.
"Sebentar lagi, tolong sebentar lagi
..."
Tapi, Arisa terus mengatakan "sebentar
lagi" dan langkah selanjutnya tak kunjung dia putuskan.
Yuzuru menghela nafas, seharusnya dia
bermain secara kompetitif, baik hasilnya kalah maupun menang.
"Dengarkan aku sambil berpikir."
"Baik."
"Untuk rencana besok, seperti yang aku
bilang padamu sebelumnya, tidak masalah 'kan pergi ke kolam renang?"
Mereka telah secara kasar memutuskan ke
mana mereka harus pergi selama Golden Week.
Salah satunya adalah mengajari Arisa
berenang di kolam.
Tentu saja, tempat itu adalah kolam air
panas dalam ruangan.
"Ya, aku tidak keberatan."
Setelah menjawab, Arisa akhirnya meletakkan
cakram di papan permainan.
Cakram milik Yuzuru diletakan dengan cukup
baik, dan ...
"Ah...."
Dia membuat suara kecil.
Lalu menatap wajah Yuzuru.
"... Apa aku boleh mengulangi langkahku?"
"Tidak boleh."
"......Kumohon, ...ya?"
"... Meski kamu memohon dengan sikap
imut, tetap tidak boleh."
"Yuzuru-san luar biasa."
"Memuji pun tetap tidak boleh."
"... Dasar pelit."
Arisa menggembungkan pipinya.
Pertandingan ketiga berakhir dengan
kemenangan Yuzuru.
Arisa tampaknya sedang dalam suasana hati
yang buruk, mungkin karena dia sedikit tidak puas dengan hasilnya.
"... Aku akan menang jika Yuzuru-san
tidak menggangguku."
Arisa membuat kesalahan karena dia diajak
bicara ketika sedang berpikir.
Arisa membuat alasan begitu.
"Hanya karena bicara bukan berarti aku
mengganggumu."
Di sisi lain, Yuzuru mengatakan bahwa
menang adalah menang.
"Hmph... Pokoknya nanti aku akan terus
mengganggumu, ingat saja!"
Arisa mengancam dengan ekpresi marah tapi
dengan sikap bercanda yang menggemaskan.
Yuzuru mencolek-colek pipi Arisa dengan
jarinya.
"Tu-Tunggu.... tolong berhenti."
"Iya, aku yang salah kok. Lain kali aku
tidak akan mengganggumu."
"Itu bukan sikap orang yang merasa
bersalah... Yuzuru-san benar-benar parah!"
Dan Yuzuru dan Arisa tertawa kecil.
Melihat jam, sudah lewat jam sepuluh.
Belum terlalu larut untuk siswa SMA, tetapi
besok mereka berencana untuk berenang di kolam renang.
"Sudah waktunya ... ayo tidur."
Saat Yuzuru berkata dengan santai, tubuh Arisa
bergetar.
"Be-Benar! ... U-Um ... sebaiknya, aku
tidur di mana?"
"Aku sudah menyiapkan futonnya...
Tentu saja, jika kamu memilih tidur di tempat tidur, aku tidak keberatan tidur
di futon."
"T-Tidak apa-apa, aku tidak keberatan
tidur di futon."
Arisa mengangguk.
Karena tidak keberatan dengan futon, Yuzuru
pergi ke kamar cadangan bersama Arisa.
Dan akan menyiapkan futon yang dikirim dari
rumah orang tuanya ...
Kemudian, dia ditahan oleh Arisa.
"Eh? ... Apa aku akan tidur di
sini?"
"Eh? ... Apa kamu tidak menyukainya?"
Kamar cadangan tidak cocok untuk
"ruang tamu" di bawah Undang-Undang Standar Bangunan.
Oleh karena itu, ruangan ini adalah ruangan
di mana bisa tidur tanpa masalah dengan hanya menutup mata.
"Tidak, bukannya aku tidak
menyukainya, tapi ..."
Sepertinya Arisa agak sulit mengatakannya.
Namun, Yuzuru tidak ingin Arisa menahan
keinginannya.
Jika dia memiliki sesuatu yang tidak dia
sukai, langsung saja katakan dengan jelas.
"Tidak perlu sungkan untuk
memberitahuku."
"... Bagaimana kalau tidur di kamar
yang sama? Seperti yang terakhir kali kita lakukan."
Terakhir kali adalah ketika Arisa tiba-tiba
menginap di apartemen Yuzuru karena hujan petir.
Saat itu, Arisa tidur di kamar yang sama
dengan Yuzuru karena takut listrik padam secara tiba-tiba.
Meski begitu, kali ini dia tidak perlu
khawatir akan hal itu.
Karena ada lampu malam di kamar cadangan.
"... Apa kamu ingin tidur
bersamaku?"
"... Apa Yuzuru-san tidak
menyukainya?"
Seorang tunangan bertanya begitu dengan malu-malu.
Yuzuru mengalihkan pandangannya dan menggaruk-garuk
pipinya... kemudian menjawab.
"... Bukannya aku tidak menyukainya.
Maaf, ayo tidur di kamar yang sama."
"...Baik, mari tidur bersama."
Yuzuru dan Arisa membawa futon bersama.
"Kukatakan lebih dulu ya, jangan
melakukan yang aneh-aneh, mengerti!"
"A-Aku mengerti kok .... percayalah
padaku."
"Hmph ..."
Translator: Exxod
Editor: Janaka
Ayo gas yuzuruu
ReplyDeleteHah akhirnya selesai juga maraton ku,gue diabetes mulu saat maraton nih WN
ReplyDeleteAaaaa >\\\<
ReplyDelete