Bab 1 – Mengajukan syarat yang tidak
masuk akal, kemudian yang datang adalah teman sekelasku
Bagian 1
Suatu hari di atap sebuah SMA.
Sepulang sekolah.
Di tempat itu, yang dilarang untuk
dimasuki, ada dua orang anak laki-laki sedang mengobrol.
Sepintas, sepertinya mereka bukan anak baik
karena mengenakan seragam yang tidak rapi.
"Hah~"
Salah satu dari anak laki-laki itu, seorang
pemuda dengan mata biru dan rambut hitam, Yuzuru Takasegawa menghela nafas dengan
keras.
Dia memiliki penampilan yang mengerikan dan
wajahnya tampak lesu.
"Kau kenapa, Yuzuru. Tiba-tiba
menghela nafas begitu?"
"Dengarkan aku."
Yuzuru mulai mengeluh pada pemuda yang
berdiri di sampingnya, Soichiro Satake.
"Saat ini, usia pernikahan untuk
laki-laki dan perempuan adalah minimal 16 tahun, 'kan?"
"Kau benar, ...memangnya kenapa?"
"Aku tidak tahu, apa alasannya karena
itu atau tidak. Tapi, setelah lulus SMP, kakek dan nenekku menyuruhku ikut
perjodohan dan menikah. Mereka benar-benar cerewet."
Setiap kali mereka bertanya pada Yuzuru,
"Apa kau sudah punya pacar?" , "Apa ada orang kau suka?".
Dan di akhir cerita, mereka seenaknya mengatur pernikahan dan memaksanya untuk
mengikuti perjodohan.
Tentu saja, dia tidak tertarik dengan
pernikahan tanpa sepengetahuannya, jadi dia dengan tegas menolak...
"Tapi kau masih 16 tahun, 'kan?
bukankah ini masih terlalu cepat. ...Kenapa mereka sebegitu inginnya kau cepat
menikah."
"Mereka bilang ingin segera melihat
wajah cicit mereka."
"Kalau itu... memang, jika tidak
segera menikah, mereka tidak akan bisa segera melihatnya."
Soichiro langsung tertawa terbahak-bahak.
Dari sudut pandang Yuzuru, itu bukanlah hal
yang pantas untuk ditertawakan.
Yuzuru tinggal sendiri, jadi dia biasanya
tidak bertemu kakek-neneknya, tetapi ketika dia kembali ke rumah orang tuanya,
dia bisa bertemu dengan mereka.
Kemungkinan, selama liburan di awal Mei,
mereka akan menyuruhnya untuk mengikuti perjodohan.
"Bukannya ada gadis yang kusukai dan
bukannya aku tidak ingin pacaran. Tapi, tunangan adalah penghalang ketika aku ingin
pacaran di masa depan, dan buang-buang waktu ikut perjodohan ketika aku tidak
memiliki niat sedikit pun untuk bertunangan. ...Bagaimana caraku
menghindarinya?"
"Kalau begitu... bagaimana kalau kau
mengajukan syarat yang tidak masuk akal?"
"Syarat yang tidak masuk akal?"
"Sesuatu seperti ini, 'Jika kalian
ingin menyuruhku ikut perjodohan, bawakan aku seorang gadis yang sangat
cantik'."
"Yah... kau benar, itu ide yang bagus.
Secara spesifiknya seperti apa?
"Hmm. Seperti berambut pirang bermata
biru? Kalau kau mengajukan kriteria seperti itu bukankah kakekmu tidak akan
bisa membawanya?"
"Tidak. Kakekku mungkin akan membawanya
dari luar negeri karena dia juga punya koneksi di luar negeri."
Itu mungkin jauh lebih sulit daripada mencari
calon di Jepang, tapi jangan meremehkan orang tua yang ingin melihat cicit
mereka.
"Bagaimana kalau ditambah dia harus
lancar berbahasa Jepang? Akan merepotkan jika ada kendala bahasa, jadi dia
harus fasih berbahasa Jepang, setidaknya berkebangsaan Jepang. Jika kau
mempersempit ke titik ini, dia tidak akan dapat menemukannya dengan mudah,
'kan?"
"Memang, akan sulit jika seperti
itu... yah, Kalau aku akan menikah dengannya, dia setidaknya harus memiliki
latar belakang tertentu. Ditambah harus fasih Bahasa Jepang, pasti akan sulit
mencarinya. ...Baiklah, ayo gunakan itu."
Saat Yuzuru memutuskan itu.
Pada saat yang sama ponselnya berdering.
"Ya, halo?"
"Yuzuru! Ketika kau pulang ke rumah
selama liburan, kau mau ikut perjodohan, 'kan? Ini permintaan sekali seumur
hidupku, karena selagi aku masih hidup aku ingin melihat cicitku, jadi..."
"Aku tidak keberatan."
"Nanti, aku usahakan... Eeh? Kau tidak
keberatan, Yuzuru!"
"Tapi, aku punya syarat."
Yuzuru mengajukan "syarat yang tidak
masuk akal" kepada kakeknya, yang tercengang di seberang telepon.
“Jika yang datang adalah seorang gadis
berambut pirang bermata biru, aku akan memikirkan perjodohannya. Ah, tentu
saja, dia harus berkebangsaan Jepang dan seumuran denganku. Akan merepotkan
jika ada perbedaan usia dan bahasa. Lalu ..."
Yuzuru menatap Soichiro.
Soichiro kemudian mengetikan sesuatu di
ponselnya dan memperlihatkannya pada Yuzuru.
Yuzuru membacakan teks yang tertulis di
sana.
"Payudara dan pantatnya harus besar.
...Ah, maksudnya bentuk tubuhnya harus bagus, baik hati dan anggun layakanya
Yamato Nadeshiko. Kemudian... jago memasak, pintar dan pandai dalam olahraga.
...Tapi, mana mungkin ada gadis yang seperti itu."
Yuzuru berkata kepada Soichiro dengan
ekspresi tercengang di wajahnya, dan Soichiro mengangkat bahunya.
Kemudian dia mengetik di layar ponselnya,
"Tidak apa-apa, lagian dia tidak ada di sini, 'kan?
"I-Itu... Tidak peduli seberapa banyak
usaha yang aku keluarkan untuk mencarinya, bukankah itu sedikit terlalu ketat..."
"Kalau mustahil mencarinya, tidak usah
dipaksakan. Aku juga tidak masalah."
"Ugh... aku mengerti. Aku akan
mencarinya sampai tiba liburanmu, bersiaplah!"
"Iya iya."
Yuzuru menutup telepon, bertanya-tanya apa
yang harus dia persiapkan.
Kemudian Soichiro bertanya padanya.
"Apa dia sebegitu pengennya lihat
wajah cicitnya?"
"Entah? Mungkin karena dia sudah
berumur. Ngomong-ngomong syarat gadis yang kau sebutkan tadi bukankah ada yang
seperti itu di dekatmu?
"Di dekatku?"
"Yukishiro itu, Arisa Yukishiro yang
sekelas denganmu."
Arisa Yukishiro.
Dia adalah siswi yang cukup terkenal di sekolah.
Rambutnya sedikit berpigmen coklat (rami)
dan memiliki mata hijau yang indah.
Kulitnya seindah salju dan sehalus keramik.
Tubuhnya langsing, tapi ketika dilihat
lebih dekat, dapat dilihat kalau dia memiliki tubuh yang sangat sehat.
Dan dia memiliki aura yang tidak bisa
didekati.
Dia adalah seorang gadis seperti itu.
Seorang gadis cantik yang misterius bak
lukisan, anak laki-laki akan terpesona saat memandangnya, dan Yuzuru mendengar
bahwa dia sering ditembak oleh anak laki-laki.
Yuzuru belum pernah mendengar tentang dia
berpacaran dengan anak laki-laki, jadi dia pasti menolak semuanya.
"Matanya bukan biru, tapi hijau.
Rambutnya berwarna cokelat muda bukan pirang. Dia jago memasak tapi aku tidak
tahu apakah dia seperti Yamato Nadeshiko ..."
[TL Note: Yamato Nadeshiko adalah gambaran
dari Wanita Jepang yang ideal.]
Sayangnya, mereka tidak cukup mengenal satu
sama lain untuk mengetahui kepribadian masing-masing.
Yuzuru tidak tahu seberapa baik dia
mengenalnya, karena mereka hanya saling bertukar sapa saja di kelas.
"Kalau yang datang di perjodohanmu adalah
Arisa Yukishiro, pasti akan sangat menarik."
Soichiro berkata dengan nada setengah
bercanda.
Namun, kecuali sedikit perbedaan dalam
warna rambut dan mata, kepribadian, dan kemampuan dalam pekerjaan rumah tangga,
bukan tidak mungkin karena dia adalah orang yang paling memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Yuzuru.
"Aku tidak berpikir dia akan memasang
iklan di koran, dia pasti akan memilih seorang gadis dari koneksinya. Aku tidak
yakin apakah Yukishiro ada dalam jangkauan koneksi orang tua itu. Selain itu,
..., hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah apakah Yukishiro ingin
dijodohkan denganku? Jika dia tidak tertarik sedikitpun padaku, perjodohan
tidak akan berjalan."
"Yah... dan juga, melakukan perjodohan
di umur segini, bukankah itu terlalu aneh."
"Benar, kau juga berpikir itu aneh,
'kan?"
Ini tidak seperti mereka adalah bangsawan
atau samurai di masa lalu.
Ditambah, Yuzuru berpikir bahwa itu sangat
mencurigakan jika seorang "gadis" seperti itu dapat ditemukan atau
tidak.
"Kalau begitu, misalnya, ini misal
ya... Jika Arisa Yukishiro yang datang, kau mau bagaimana? mau menerimanya?
Bukankah dia gadis yang sangat cantik?"
Memang, bagi siswa yang jatuh cinta pada
Arisa Yukishiro dan mereka yang tergila-gila padanya, akan menjadi perkembangan
cerita yang mereka dambakan kalau mereka dijodohkan dengan Arisa Yukishiro.
Tapi, bagi Yuzuru...
"Aku pikir dia cantik, tapi bukan
berarti aku menyukainya. Aku tidak berpikir dia gadis yang buruk, bagaimana aku
harus mengatakannya, dia punya sifat yang dingin... tipe yang tidak cocok
denganku. Setidaknya, aku tidak ingin bertunangan dengannya."
Bukan karena dia tidak pandai
mengekspresikan emosinya, dan tidak menonjol..., hanya saja dia sepertinya
membatasi hubungan dengan orang-orang di sekitarnya.
Dia tidak punya sahabat atau kekasih,
selama dia menjaga jarak yang tepat, dia bisa tetap bergaul dengan teman-teman
di kelasnya.
Itulah gambaran Arisa di benak Yuzuru.
"Ditambah, anak itu, bukankah matanya
terlihat agak ‘mati’? Warna matanya memang indah, tapi seperti tidak ada emosi
di dalamnya."
Warna mata Arisa layaknya sebuah danau yang
sangat cantik tetapi tidak ada satupun ikan yang hidup di sana.
Soichiro mengangguk, tampaknya setuju
dengan kesan Yuzuru tentang Arisa.
"Itu benar. Dan jika kau akan
menghabiskan seluruh hidupmu bersamanya ... lebih baik memilih berdasarkan
kepribadian daripada wajah. Yang penting adalah kecocokan satu sama lain, benar
‘kan?"
Yuzuru juga mengangguk.
"Benar, yang paling penting adalah
bisa menikmati menghabiskan waktu bersamanya. Kalau Arisa Yukishiro... dia
seperti sebuah ornamen."
Jika hanya untuk dilihat, dia bagus untuk
mata.
Sebenarnya, Yuzuru juga diam-diam
melihatnya agar tidak ketahuan.
Hanya dengan melihat seorang gadis gadis
cantik, semua perasaan negatif akan disembuhkan.
"Aku bercanda, kurasa aku tidak bisa
memahaminya. Kalau aku dilihat dengan mata dingin dengan ekpresi wajahnya yang datar...
Yah, tapi itu dan ini berbeda.”
[TL Note: Tatapan Yandere mungkin, Soichiro
Masokis berarti.]
"Oi, menjijikan, ..yah, tapi aku
sedikit mengerti perasaanmu."
Soichiro dan Yuzuru tertawa terbahak-bahak.
...Yuzuru saat ini belum mengetahuinya.
Obsesi seorang lelaki tua yang ingin
melihat wajah cicitnya.
+×+×+×+
Beberapa saat telah berlaku.
Paruh kedua libur panjang (Golden Week) di
awal Mei.
Di sebuah restoran tertentu di Tokyo.
Seorang gadis dengan rambut kuning muda
sedang duduk di depan Yuzuru, yang mengenakan kimono.
Dia mengenakan kimono dengan bunga
hydrangea indah yang dilukis di atasnya.
Kulitnya putih dan bersih, serta mata dan
hidungnya seimbang.
Gadis itu, seorang gadis muda yang cantik,
menatap Yuzuru dengan mata hijaunya, meletakkan tangannya di atas tatami dan
membungkuk.
[TN: Tatami adalah tikar dari Jepang yang
dibuat dari jerami yang ditenun.]
"Perkenalkan, saya Arisa Yukishiro,
...sepertinya ini bukan pertama kalinya kita bertemu."
Kata Arisa, menatapnya dengan matanya yang jernih tapi tak bernyawa.
(...Bagaimana bisa jadi seperti ini.)
Yuzuru dalam hati mencengkram kepalanya
dengan kedua tangannya.
➖➖➖➖
Translator: Exxod
Editor: Janaka
Min kok balik lgi ke chap 1
ReplyDeleteIni versi LN-nya, yang kemarin sampai 100+ chapter itu versi WN.
Delete