Bab 97
Saat White Day.
Sepulang sekolah, Yuzuru dan Arisa memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dan bersiap-siap sebelum bertemu nanti.
Yuzuru tiba di tempat pertemuan lebih awal, dan dengan gugup memeriksa arlojinya berulang kali.
(Aku telah menyiapkan hari ini. Kecuali aku melakukan sesuatu yang sangat bodoh, hasilnya pasti tidak akan buruk.)
Saat dia menunggu, memikirkan itu berulang kali…
Ponselnya berdering.
Saat dia membaca pesannya, itu berbunyi, "Di belakangmu".
Ketika Yuzuru berbalik…
“Yuzuru-san, tolong jaga aku hari ini.”
Ada seorang gadis yang sangat cantik berdiri di sana.
Kulitnya yang sedikit tertutup riasan berwarna putih susu yang indah, dan bibirnya sangat mengkilap.
Rambut kuningnya ditata membentuk sanggul yang memberikan kesan dewasa.
Gaun birunya memiliki lengan berenda yang memungkinkan sedikit kulit putihnya terlihat.
Kalung mutiara di dadanya menonjolkan kecantikannya.
Kekasihnya ... Arisa bicara dengan Yuzuru dengan mata hijau gioknya tertunduk karena malu.
“U-Um… Yuzuru-san?”
“…Ah, maafkan aku. Aku terpesona olehmu karena kamu terlihat sangat cantik."
Arisa benar-benar cantik.
Buktinya adalah fakta kalau mata orang-orang di sekitarnya semuanya terfokus padanya.
Yuzuru merasa bangga gadis ini adalah kekasihnya.
"Terima kasih banyak. Aku tidak terlalu sering memakai pakaian seperti ini, jadi… Aku senang mendengarnya.”
Arisa tersenyum pada Yuzuru.
Kemudian Arisa menatap Yuzuru dengan wajah yang sedikit memerah.
“Yuzuru-san juga terlihat bagus… penampilanmu terlihat baru untukku, dengan mengenakan dasi.”
Restoran yang mereka tuju tidak terlalu formal, dan cukup memakai “baju polos”, jadi dasi tidak wajib.
Namun, Yuzuru memakai dasi untuk menunjukan antusiasmenya hari ini.
Ini pertama kalinya Arisa melihat Yuzuru memakai dasi karena seragam untuk laki-laki di SMA-nya adalah gakuran.
[TN: gakuran adalah jenis seragam dengan bagian atas seperti jaket hitam.]
"Kupikir ... Itu terlihat sangat dewasa dan keren."
"Terima kasih."
Yuzuru merasa sedikit malu.
Namun, hari ini adalah hari yang sangat penting bagi Yuzuru.
Dia tidak bisa terus begini terlalu lama.
“Kalau begitu, ayo pergi. Arisa.”
Yuzuru berkata dan mengulurkan tangannya.
Arisa mengangguk kecil dan dengan lembut meletakkan tangannya di tangan Yuzuru.
"Ya."
Restoran yang Yuzuru pesan adalah restoran Prancis di hotel yang cukup terkenal.
Yuzuru dan Arisa duduk di ruangan pribadi yang disiapkan untuk mereka.
“Wah… Indah sekali.”
Arisa berseru kagum pada pemandangan malam yang bisa dia lihat melalui kaca jendela.
Lampu neon berkilauan seperti permata di malam yang gelap.
Yuzuru menepuk dadanya, lega karena Arisa menyukainya.
“…Um, Yuzuru-san.”
"Ada apa?"
Tapi kelegaan itu berumur pendek.
Dia memperhatikan kalau ada sedikit kecemasan di wajah Arisa.
“Bukankah tempat ini… kamu tahu, mungkin sedikit mahal?”
“Tidak… tidak terlalu mahal.”
Yuzuru menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Arisa.
Setidaknya menurut standar "Takasegawa", restoran ini adalah salah satu yang termurah.
Namun…, berdasarkan penghasilan dari pekerjaan paruh waktu Yuzuru, ini sangat mahal.
"Anggap saja ini hadiah White Day-ku untukmu... Kamu selalu menjagaku, membuatkan makan siang untukku dan lain-lain."
“Mm… Aku mengerti.”
Arisa mungkin berpikir tidak sopan jika terlalu pendiam atau terlalu khawatir dengan dompet Yuzuru.
Arisa mengangguk kecil.
Saat mereka melakukan percakapan itu, seorang pelayan pria datang, bertanya minuman apa yang akan mereka pesan.
"Apa yang kamu inginkan, Arisa?"
“Um… aku tidak yakin dengan pilihannya…”
"Aku mengerti."
Yuzuru berpikir sejenak sebelum menjawab.
Air mineral tidak masalah, tapi Yuzuru ingin Arisa mendapatkan sesuatu yang enak untuk diminum.
"Koktail yang cocok dengan makanannya... Oh, tolong yang non-alkohol."
Yuzuru, yang hendak memesan minuman beralkohol karena kebiasaan, menambahkan itu untuk menutupi kesalahannya.
Ini bukan restoran yang sering dikunjungi oleh keluarga Takasegawa, juga bukan restoran formal, jadi tidak mungkin Yuzuru, yang masih di bawah umur, akan disuguhi alkohol.
“Apakah mereka menyajikan koktail non-alkohol?”
“Yah, benar… Terus terang, itu seperti jus.”
Tapi sejujurnya, Yuzuru tidak tahu banyak tentang itu.
Dibandingkan dengan Arisa, dia mungkin lebih familiar dengan tempat seperti ini, tapi dia masih berusia enam belas tahun dengan pengalaman hidup yang terbatas.
Selain itu… sesuatu yang terbaik akan disajikan saat kau menyerahkannya pada ahlinya.
Sementara itu, piring dibawa keluar.
Pertama adalah amuse-bouche, atau makanan pembuka.
“Mari bersulang, Arisa.”
"…Ya."
Mereka berdua mengangkat gelas koktail mereka dan saling bersulang dengan dentingan kecil.
Mereka kemudian menatap pemandangan dan mencicipi makanannya.
Setiap hidangan berkualitas tinggi, seperti yang diharapkan dari restoran kelas atas, makanan dan minuman yang disajikan hanya yang terbaik.
“Ini … sangat lezat.”
Arisa menyipitkan matanya saat dia mengatakan itu.
Mulutnya mengendur, sudut matanya terkulai, dan ekspresinya pecah... Itu benar-benar imut.
“Aku belum pernah ke sini sebelumnya, tapi ya, ini enak. Ini rasa yang sesuai dengan reputasinya. Atau mungkin…"
"…Mungkin?"
“Mungkin karena aku bersamamu rasanya jadi sangat enak.”
Ketika Yuzuru mengatakan itu, Arisa tersenyum bahagia dan berkata, “Kamu sangat pandai dalam hal itu.”
Tapi Yuzuru tidak bermaksud mengatakan itu sebagai sanjungan.
Kemudian Yuzuru dan Arisa melanjutkan makan sambil mengobrol dan tertawa…
Akhirnya, mereka mendapat makanan penutup dan secangkir kopi setelah makan malam.
"Tapi serius... Pekerjaan para profesional memang luar biasa."
Sambil minum kopi, Arisa berkata dengan tulus.
Masakan Arisa lebih enak jika dibandingkan dengan restoran keluarga atau kafe, tetapi tidak sebagus restoran Prancis kelas atas.
"Itu benar. Tapi… aku masih lebih suka masakanmu.”
"Sekali lagi, kamu menyanjungku ..."
“Tidak, itu benar… Jika aku makan makanan seperti ini setiap hari, aku akan muak.”
Makanan mahal itu enak karena dimakan sesekali.
Itu bukan sesuatu yang bisa dimakan setiap hari.
Masakan rumahan memiliki keunggulan tersendiri.
"Ya ... mungkin itu benar."
Dan Arisa tersenyum.
“Kalau begitu … aku akan terus melakukan yang terbaik mulai sekarang.”
“…Ah, aku akan mengandalkanmu…”
Kemudian Yuzuru menarik napas panjang dan dalam.
Dia menegakkan punggungnya dan menatap lurus ke arah Arisa.
Arisa memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu pada Yuzuru, yang tiba-tiba memasang ekspresi baru di wajahnya.
“Yuzuru-san?”
“….Arisa. Aku ingin bicara denganmu tentang masa depan. Apa tidak masalah?"
Ketika Yuzuru mengatakan itu, ekspresi Arisa menjadi tegang.
Kemudian Arisa menegakkan punggungnya dengan panik.
"Y-Ya... Ada apa?"
“Kamu dan aku… kamu tahu, 'bertunangan', kan? …Maksudku untuk sementara.”
“I-Itu benar. Ya… aku berhutang budi pada Yuzuru-san atas bantuanmu.”
Arisa mengangguk setuju.
Kegugupan terlihat dari ekspresinya.
…Akan menjadi hal yang buruk untuk mengganggu ketenangannya dengan berbicara terlalu blak-blakan.
Yuzuru mengambil keputusan dan berdiri.
Dia pindah dari tempat duduknya dan berjalan ke sisi Arisa.
“U-Um…”
“Arisa. Aku ingin membatalkan 'pertunangan' palsu ini denganmu yang telah aku jalani sampai sekarang ... "
Mata Arisa melebar mendengar kata-kata Yuzuru.
Kemudian Yuzuru berlutut dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya.
Dia dengan hati-hati membuka kotak merah, mengarahkannya ke Arisa.
“Dan kemudian… aku ingin bertunangan denganmu lagi secara resmi.”
Yuzuru berkata pada Arisa, yang membeku di tempat dengan mata indahnya yang seperti permata terbuka lebar.
Translator: Exxod
Editor: Janaka
Cihh , indah sekali kehidupan di novel ini , gula gula gula
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannya 👍🏻
ReplyDeleteKyaaaaaa
ReplyDeleteMatinya romcom reader ya gara² diabet
ReplyDeleteKek gini contohnya
tapi nagih
Delete:v
ReplyDeleteSiall.. tengah malem teriak-teriak sendiri gw
ReplyDeleteAwkwkwk
ReplyDeleteJangan lupa mereka masih 15 tahun wkwkwk
ReplyDeleteTahan, tahan, tahan, aku kuat...
ReplyDeleteAku kuat...
🙂
Uwoooohhhh
ReplyDelete