OmiAi - Chapter 87 Bahasa Indonesia


 

Bab 87

"Apa aku membuatmu menunggu, Arisa?"

“T-tidak… tidak juga.”

Arisa, yang sedang duduk di sofa, menyapa Yuzuru saat dia keluar dari kamar mandi.

Untuk beberapa alasan, dia gelisah dan tidak mau melakukan kontak mata dengan Yuzuru.

Mungkin karena dia baru saja mandi, atau mungkin karena alasan lain. ...Kulit Arisa tampak berubah kemerahan.

“…Apa ada sesuatu?”

"T-tidak, tidak ada."

Menanggapi pertanyaan Arisa, Yuzuru menjawab dengan sedikit ragu.

Itu karena di mata Yuzuru, sosok Arisa terlihat sangat menggoda.

Cukup banyak kulit Arisa yang terlihat.

Tentu saja, dia tidak mengenakan bikini tapi hanya kemeja putih lengan pendek dan celana pendek, jadi itu adalah “pakaian santai” yang aman…

Namun, fakta kalau dia telah mengenakan pakaian musim dingin baru-baru ini, yang cenderung lebih banyak menyembunyikan kulit dan tubuhnya, membuat rangsangan dari pakaian ini terasa relatif kuat.

Dia mengenakan kaus dari atas ke bawah selama maraton, kecuali saat dia berlari, meski itu sama terbukanya dengan seragam olahraga.

Dia mengamati payudara Arisa bergoyang sedikit saat dia berlari, tapi Yuzuru tidak bisa melihatnya dengan baik .

Selain itu, pakaian yang dikenakan Arisa lebih tipis daripada… pakaian olahraga.

Pakaian olahraganya terbuat dari kain tebal, tapi pakaian atas dan bawah yang dikenakan Arisa sekarang mungkin adalah pakaian santai atau tidur, dan sangat “tipis”.

Alhasil, kainnya tipis dan ketidakrataan tubuh Arisa terlihat jelas.

Tidak hanya itu, kamisol putih yang dia kenakan di bawahnya juga terlihat.

Celana pendek yang dia kenakan berwarna hitam, jadi celana dalamnya tidak terlihat, tapi itu membuat kulit putih Arisa tampak mempesona.

Di atas segalanya, penampilan tomboi dan santai, yang berbeda dari pakaiannya yang biasanya sangat modis… bisa dikatakan “tanpa pertahanan”, merangsang Yuzuru.

(…Apa itu tujuannya?)

Jika seorang wanita masuk ke kamar pria dan berkata, "Ayo saling memijat!" dan berpakaian seperti ini, orang biasanya akan berpikir kalau dia mencoba membuatnya melakukannya, atau kalau dia mengundangnya untuk melakukannya.

Tetapi pada saat yang sama, Arisa sedikit bebal, jadi kemungkinan dia hanya berpikir tidak masalah dan tanpa ada maksud lain.

“Um, Yuzuru-san? Jika kamu terus menatapku seperti itu…”

“A-ah… maafkan aku.”

Rupanya, dia sejak tadi menatap Arisa.

Arisa menggeliat karena malu.

Yuzuru meminta maaf dengan ringan dan membuang muka.

(Jika dia mengundangku, aku tidak berpikir dia akan menunjukkan rasa malu seperti ini…)

Nah, itu bukan jenis rasa malu yang menggoda seorang pria, melainkan jenis rasa malu yang membuat seorang pria merasa bersalah, jenis rasa malu yang menyedihkan.

Memberikan kesan seperti kerajinan kaca yang akan pecah jika disentuh.

Tidak ada keraguan kalau dia sangat cantik, tapi perasaan itulah yang membuat Yuzuru ragu untuk benar-benar menyerangnya. 

(...Aku ingin tahu apa dia berusaha menggodaku, tapi pada saat aku melihatnya, dia tiba-tiba malah menjadi malu?)

Entah bagaimana, dia merasa kalau itu adalah jawaban yang tepat.

Itu adalah kebenaran yang khas dari Arisa, yang cerdas tapi memiliki sifat yang sedikit bodoh.

Nah, jika Arisa adalah perawan bodoh, maka Yuzuru juga perjaka bodoh, jadi tidak ada cara untuk mengetahuinya.

"Bagaimana kita menentukan siapa yang pertama akan dipijat?"

Yuzuru berkata seolah-olah untuk menutupi kecanggungan suasananya.

Kemudian Arisa meletakkan tinjunya yang terkepal di depannya.

“Ayo bermain batu-gunting-kertas. Pemenangnya yang pertama.”

"Tentu."

Hasil dari permainan batu-gunting-kertas adalah Arisa yang menang.

“Kalau begitu, permisi…”

Setelah mengatakan itu, Arisa berbaring tengkurap di tempat tidur Yuzuru.

Di depan mata Yuzuru, dia bisa melihat punggung ramping Arisa melalui kemeja tipisnya.

(...Ini adalah situasi yang sama sekali aku tidak bisa dimengerti bahkan ketika aku memikirkannya dengan tenang.)

Namun, sudah terlambat untuk mengatakan kalau hubungan Yuzuru dan Arisa tidak begitu jelas. 

Secara obyektif, mereka mungkin sepasang kekasih.

Dan mereka memang bertunangan.

Dan mereka mungkin memiliki perasaan satu sama lain.

Tapi mereka belum saling mengungkapkan perasaan mereka.

“Kalau begitu, aku akan mulai.”

Yuzuru berkata, dan kemudian menyentuh bahu Arisa.

Dia hanya menyentuhnya sedikit, tapi dia tahu kalau itu sangat kaku.

Lagi pula, jika seseorang berlari untuk waktu yang lama dengan beban menempel di dadanya, otot-otot di bahu mungkin akan meregang sampai batas tertentu.

“Ahn~…”

Ketika dia memberikan sedikit lebih banyak tekanan dengan ibu jarinya, Arisa mengeluarkan desahan kecil.

Tampaknya itu lebih seperti refleks daripada tanda rasa sakit.

"Apakah itu cukup kuat?"

“Mm… Lebih kuat, tolong…”

Setelah diberitahu itu, Yuzuru memutuskan untuk memijat bahu dan punggung Arisa lebih keras.

Dia menekan sedikit lebih kuat, tapi sepertinya itu tekanan yang pas untuk otot-otot yang kaku.

“Nn…!!”

“……!”

Seperti biasa, apa dia sengaja mendesah atau ini adalah hal yang wajar?

Arisa membuat suara yang menawan setiap kali Yuzuru memijatnya.

(Tidak masalah... Aku ingin tahu bagaimana payudara Arisa sekarang... payudaranya mungkin akan hancur. Apa itu tidak sakit?)

Rasionalitas Yuzuru berada di ambang kehancuran sampai-sampai memikirkan hal yang tidak penting seperti itu.

Meski begitu, dia tetap pada pendiriannya.

Jika benteng akal sehatnya jatuh di sini, semua rencananya akan hancur sekarang.

“Bagaimana, Arisa?”

“Ya… Rasanya enak…”

Dia menjawab dengan suara merdu.

Kelihatannya dia benar-benar menikmatinya.

…Mungkin, suara yang dia buat itu alami.

(Aku harap dia tidak mencampur bagian yang direncanakan dengan bagian alami ...)

Tapi mungkin itulah yang membuat seseorang menjadi begitu menawan.

Yuzuru memindahkan lengan kanan Arisa sambil tersenyum dalam pikirannya.

Dia memijat sisi kanan punggung Arisa dengan telapak tangannya sambil meregangkan lengannya.

“Ah… aku suka itu…”

[TN: Hilang dalam terjemahan, tapi sebenarnya yang Arisa katakan di sini adalah "ahh, itai, suki desu.." yang juga bisa berarti aku menyukaimu.]

Untuk sesaat, jantung Yuzuru berdetak kencang.

 “… Aku senang kamu menyukainya.”

(Jangan bilang kamu menyukainya dengan cara itu.)

[TN: Sekali lagi, Yuzuru di sini mengacu pada bagian "suki desu" dari dialognya]

Dan dengan mengingat hal itu, dia memindahkan lengan yang lain dan memijat sisi lain dari punggung Arisa juga.

"Di sini juga cukup kaku."

“Mm.~… Benarkah?”

Titik di mana Yuzuru memijat, sedikit demi sedikit semakin turun.

Saat Yuzuru memberikan tekanan pada punggung bawah Arisa...dia menurunkan pandangannya sedikit.

Ada ... pantat Arisa, yang tergolong besar untuk gadis seusianya.

Bentuknya terlihat jelas, mungkin karena dia memakai celana pendek yang tipis.

Dia mungkin atau mungkin tidak, dapat melihat melalui celana pendeknya kalau pantat Arisa terlihat cukup keras.

(… Pantatnya terlihat lebih bagus daripada yang kuharapkan, kan?)

Mungkin Yuzuru lebih menyukai pantat daripada payudara.

Meski Yuzuru memikirkan itu.., dia merasa kalau menyentuh pantatnya memang melewati batas, jadi dia memutuskan untuk tidak melakukannya.

Karena itu, selanjutnya adalah kaki.

"Baiklah, selanjutnya kaki."

Yuzuru berkata sambil melihat kaki putih panjang Arisa yang indah.

Kakinya berwarna sangat putih dan tampak lembut.

"Ya ah!"

Begitu dia menyentuh pangkal paha Arisa, tubuhnya bergetar karena terkejut.

"… Apakah sakit?"

“Tidak, itu hanya sedikit geli. Aku baik-baik saja."

Sepertinya tidak apa-apa, jadi Yuzuru memutuskan untuk melanjutkan pijatannya.

Tapi jelas dengan menyentuhnya …

Di bawah lemak yang tampak lembut, ada otot yang padat.

Lapisan tipis lemak yang lunak di atas lapisan otot.

Itu pasti rahasia kaki indah Arisa. Yuzuru memahami hal yang tidak penting.

Kaki Arisa begitu indah dan berkilau hingga jika dia tidak memikirkan hal-hal yang tidak penting seperti itu, dia akan kehilangan akal sehatnya.

(Aku pikir pantatnya bagus, tapi kakinya juga bagus… sulit untuk mengatakan mana dari keduanya yang lebih baik.)

Aku tidak bisa memilih antara payudara, pantat, atau kaki!

Memikirkan hal-hal itu seperti seorang bajingan, Yuzuru menyentuh betis Arisa.

Dia merasa kalau betisnya sedikit bengkak, mungkin karena kelelahan.

“Ha… Bagian itu boleh dilewati…”

“Tolong lakukan itu juga untukku nanti, oke?”

"Iya…"

Kata Arisa dengan mengantuk.

Namun, jika dia tertidur sekarang, Yuzuru tidak akan bisa menerima pijatan dari Arisa.

Itu sedikit bermasalah, jadi Yuzuru memutuskan untuk melanjutkan memijat kaki Arisa.

Dia menekan telapak kaki Arisa dengan jari telunjuknya yang tertekuk.

Kemudian…

“HIGU!!!”

Jeritan imut terdengar.

Sepertinya itu terasa sedikit sakit untuk Arisa.

"Kamu baik-baik saja, Arisa.?"

“T-tidak, aku baik-baik saja…kku…”

Tubuh Arisa bergetar setiap kakinya ditekan.

Dia mencengkeram kasur itu dengan kedua tangan.

Melihatnya seperti itu membuat Yuzuru merasa sedikit kasihan padanya.

"Jika itu sakit, aku akan berhenti ..."

“Aku baik-baik saja kalau hanya sebetas ini. Silakan lanjutkan… Hai~gyi~”

Sebuah teriakan keluar dari mulut Arisa.

Namun, karena dia mengatakan tidak apa-apa, maka itu pasti baik-baik saja.

Yuzuru mempercayai kata-kata Arisa dan mulai memijat kaki Arisa lebih kuat.

Sangat menarik untuk melihat bagaimana tubuh Arisa bergetar setiap ditekan dengan jarinya...

Itu menggelitik kecenderungan sadis Yuzuru sedikit, hanya sedikit.

“Hau~… Yuzuru-san.”

"Ada apa?"

“…Kamu sebaiknya mengingat ini nanti, oke?”

Arisa memelototi Yuzuru dengan mata tajam.

Yuzuru dalam hati terpesona dengan fakta kalau Arisa terlihat sangat imut ketika dia sedikit marah.


Translator: Exxod

Editor: Janaka

8 Comments

Previous Post Next Post


Support Us