OmiAi - Chapter 196 Bahasa Indonesia


 Bab 196


Sepulang sekolah.

“Kalau begitu, ayo pulang. Arisa.”

"Ya."

Seperti biasa, Yuzuru dan Arisa sedang dalam perjalanan pulang.

Ya, seperti biasa.

“…”

“…”

“Um, Arisa.”

"… Ya?"

Yuzuru memanggil Arisa, dan dia menatapnya dengan ekspresi bingung di wajahnya.

Tidak dapat menahannya lebih lama lagi, Yuzuru bertanya pada Arisa.

“Nah, mana coklatnya?”

“…Ah, maafkan aku!”

“…”

"Aku bercanda. Aku ingat.”

Arisa terkikik saat mengatakan itu.

“Aku menyimpannya di lemari es di rumah agar tidak rusak. Jadi aku tidak bisa memberikannya padamu sekarang.”

"Jadi begitu. Jadi itu yang kamu maksud sepulang sekolah.”

Yuzuru, yang mengira dia akan memberikannya sepulang sekolah, merasa malu dengan kesalahpahaman anehnya.

Kalau dipikir-pikir, jika dia membawanya, tidak ada gunanya bersusah payah memberikannya padanya di sore hari.

“Mungkinkah kamu ingin mendapatkannya di sekolah?”

“Tidak, uhm, kurasa begitu… dari segi situasi, aku mungkin akan lebih senang jika mendapatkannya di sekolah, mungkin?”

Menanggapi pertanyaan Arisa, Yuzuru memutuskan untuk menjawab dengan jujur.

Menerima coklat di sekolah dari orang yang kamu sukai, atau dari pacarmu, merupakan suatu perkembangan yang dirindukan anak laki-laki dengan caranya sendiri. 

“Begitukah? Bagaimana kalau kita melakukannya tahun depan…?”

Kata Arisa sambil meletakkan tangannya di dagunya.

Di sisi lain, Yuzuru buru-buru menggelengkan kepalanya.

Yuzuru mengerti bahwa dia berhati-hati agar tidak merusak coklat yang dia buat.

“Tidak, aku ingin memakan coklatmu dalam kondisi sempurna.”

Saat Yuzuru mengatakan ini, Arisa memasang ekspresi bingung di wajahnya. 

“…Aku tidak melakukannya karena itu, tahu?”

"Benarkan?"

Yuzuru, yang hanya berasumsi bahwa dia tidak bisa membawanya ke sekolah karena rasanya akan memburuk, menjadi sedikit kecewa.

Kalau tidak ada masalah membawanya ke sekolah, mungkin dia bisa membawanya tahun depan.

“Kalau begitu, ini saatnya.”

"Ah."

Saat mereka membicarakan hal-hal seperti itu, mereka sampai di dekat stasiun kereta.

Biasanya, di sinilah mereka berkata, 'Sampai jumpa besok'.

“Aku akan ke sana nanti… Aku akan membuat makan malam. Mohon nantikan itu.”

"Mengerti. Apakah ada sesuatu yang perlu aku beli terlebih dahulu?”

Yuzuru bertanya pada Arisa.

Arisa berpikir sejenak sebelum menjawab.

“Aku akan mengirimimu pesan nanti.”

"Jadi begitu. Baiklah kalau begitu."

Yuzuru berpisah dari Arisa seperti itu.

Tidak lama setelah itu, Yuzuru menerima pesan dari Arisa di ponselnya.

Dia pasti mengetiknya saat dia di kereta.

Yuzuru memeriksa isi pesan itu, berpikir untuk membelinya dalam perjalanan pulang.

“Roti Perancis, stroberi, pisang, mentimun, marshmallow…? bukankah itu hanya makanan ringan?”

Semua bahan yang dibutuhkan lebih cocok untuk camilan jam tiga dibandingkan makan malam.

Dan sepertinya mereka tidak perlu dimasak.

Itu semua adalah makanan yang biasanya enak jika disantap apa adanya.

Namun, tidak mungkin, Arisa yang mengatakan akan memasak makan malam malam itu, memegang sepiring buah dan mengatakan bahwa itu akan menjadi makan malam hari ini.

Sudah pasti dia akan membuat semacam hidangan dengan bahan-bahan ini.

Otak Yuzuru dipenuhi dengan gambaran Arisa yang menggoreng stroberi dan pisang dalam wajan.

[TL Note: pisang udah biasa, tapi stoberi 🗿]

“Tidak… tentu saja tidak.”

Yuzuru buru-buru menggelengkan kepalanya seolah ingin menjernihkannya.

Pesan tersebut diakhiri dengan kalimat, 'Kamu sudah tahu apa yang akan aku buat, bukan?'

Yuzuru tidak tahu apa yang dia pikirkan.

“Sesuatu seperti sandwich buah…? Kalau begitu, bukankah sepotong roti lebih baik daripada sepotong roti Prancis?”

Yuzuru memiliki banyak keraguan, tapi pengetahuan Arisa tentang memasak jauh lebih baik daripada Yuzuru.

Jika Arisa mengatakan bahan-bahan itu diperlukan untuk memasak, maka itu pasti diperlukan.

Yuzuru memutuskan untuk mengikuti instruksinya.

Beberapa menit setelah selesai membeli makanan dan menyimpannya di lemari es.

“Maafkan menggangu.”

Arisa datang ke rumah Yuzuru.

Dia mengenakan pakaian kasual dan membawa tas kecil yang bergaya dan….ransel.

“Aku akan membawankanya.”

“Kalau begitu, tolong.”

Yuzuru mengambil ransel dari Arisa.

Ukuran ranselnya tidak besar, tapi agak berat.

Bukan berat makanan, tapi berat mesin.

"Apa yang ada di dalam itu?"

"Apa maksudmu? Tentu saja itu adalah alat untuk membuat coklat fondue.”

"Coklat fondue…? Ah, seperti fondue keju versi coklat.”

Yuzuru belum pernah makan coklat fondue, tapi dia tahu itu ada.

Wah, tentu akan menjadi pilihan makanan yang cocok untuk Hari Valentine.

Pantas saja dia tidak bisa membawanya ke sekolah.

“…Menurutmu apa yang akan aku buat, dengan bahan-bahan sebanyak itu?”

“Kupikir kamu akan menggorengnya dalam wajan.”

"Tentu saja tidak. Apakah kamu biasanya makan makanan seperti itu…?”

“Tentu saja aku bercanda. Sebenarnya aku tidak terpikir tentang coklat fondue.”

Sambil bertukar percakapan, keduanya pindah ke ruang tamu.

Di sana, Yuzuru bertanya.

“Di mana aku harus meletakkan ini?”

“Mari kita lihat… Tolong berikan padaku untuk saat ini.”

Yuzuru mengikuti kata-kata Arisa dan menyerahkan ranselnya.

Kemudian Arisa membalikkan punggungnya ke Yuzuru.

Dia membuka ranselnya dan dengan cepat mengeluarkan instrumen dari dalam.

Seolah-olah ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak ingin dilihatnya.

“Kalau begitu ayo kita makan malam segera. Sebelum itu… aku akan ganti baju sebentar.”

Kata Arisa setelah meletakkan mesin itu di atas meja.

Yuzuru memiringkan kepalanya.

“…Kamu ingin ganti baju? Kenapa?"

“Kita akan makan coklat fondue. Tidak baik jika pakaian terkena noda bukan? Jadi aku hanya akan memakai sesuatu yang saya tidak punya masalah menjadi kotor.”

"Apakah begitu?"

Jika itu masalahnya, Yuzuru berpikir mungkin akan lebih baik jika memakai sesuatu yang tidak masalah jika kotor sejak awal…

Kalau kotor boleh saja berarti baju bekas atau pakaian seperti pakaian santai.

Sebagai seorang gadis, dia mungkin tidak ingin mengenakan itu.

Yuzuru dengan paksa meyakinkan dirinya sendiri.

“Yuzuru-san juga harus memakai pakaian berwarna hitam atau… sesuatu yang bisa kotor.”

"Baiklah. Aku akan mengganti pakaianku.”

Yuzuru memastikan Arisa pergi ke ruang ganti dan segera mengganti pakaiannya agar tidak mudah terkena noda.

Kemudian dia menarik kabel ekstensi untuk menjalankan instrumen selama sisa waktu.

"Maaf membuatmu menunggu…"

“Tidak, aku juga baru saja selesai bersiap…”

Yuzuru membeku ketika dia hendak mengatakan hal itu.

Dia membuka matanya lebar-lebar.

“I-ini coklat Hari Valentinemu… S-silakan nikmati,”

ucap Arisa yang hanya mengenakan pita di tubuh tel*njangnya.

1 Comments

Previous Post Next Post


Support Us