Momoku Bishojo - Chapter 3 Bahasa Indonesia


 Bab 3 - Mengantar Tetangga Berkeliling Kota Bagian 2


Dua puluh menit perjalanan naik bus.

Aku dan Misumi, meninggalkan daerah perumahan dan pergi ke kota.

Jalannya seluas tiga kendaraan dan dibatasi oleh gedung-gedung yang berbaris dengan ketinggian yang berbeda.

Daerah ini dikelilingi oleh stasiun kereta api, hotel, departemen store, pusat perbelanjaan besar, dan bioskop.

Namun, kami tidak mampir di salah satu tempat tersebut.

Kami berada di sebuah bangunan berwarna putih bersih.

Bangunan yang besar sekaligus tenang ini adalah rumah sakit.

Dan sekarang kami naik lift ke atas dan tiba di depan kamar seseorang.

“Um, aku akan menunggumu di sekitar sini…”

“…Tidak, tolong masuklah, jangan sungkan. Aku ingin memperkenalkan Tsushiro-kun, yang telah membantuku pada Ojii-chan.”

Aku tidak benar-benar ingin masuk ke sana karena aku merasa tidak pada tempatnya, tapi Misumi meraih lengan kananku dan tidak mau melepaskannya, jadi aku tidak punya pilihan selain masuk ke sana juga.

Setelah mengetuk dua kali, aku mendegar suara, “silakan masuk”, dari dalam, jadi aku membuka pintu geser tanpa suara.

“Oh, Sayo~! Ternyata itu kau~ Eh, Siapa kau, dasar bajingaaaan!?”

“…Eh!?”

Segera setelah aku memasuki ruangan, aku mendengar suara seorang Ojii-chan baik hati yang menyangi cucunya, tapi seketika langsung berubah.

Saat dia melihatku berdiri di samping Misumi, dia meraih bantal dengan tangannya, dan melemparkannya langsung ke arahku.

Entah bagaimana, aku berhasil menangkapnya di depan wajahku, itu adalah lemparan dengan niat membunuh yang ditujukan padaku. Sampai-sampai aku lupa kalau itu adalah bantal, dan aku kira dari leher sampai kepalaku akan melayang karena terkena lemparan itu.

“Tunggu, Ojii-chan!? T-Tsushiro-kun, kamu tidak apa-apa!? A-Apa yang baru saja terjadi!?”

“Ah, tidak apa-apa. Entah kenapa sarung bantalnya terlepas…”

“B-Bantal!? Dasar Ojii-chan! Apa yang sebenarnya kamu lakukan!”

“Menjauh darinya, Sayo! Aku sendiri yang akan menyingkirkan binatang itu!”

Rupanya, kakek ini mengira kalau aku adalah laki-laki yang memanfaatkan Misumi, dan begitu dia turun dari tempat tidur, dia segera mengambil kruknya dan mengangkatnya seperti pedang.

“B-Bukankah kakekmu sangat energik…?”

“A-Aku benar-benar minta maaf, Tsushiro-kun…”

“Korrrraaaa!? Beraninya kau bicara dengan Sayo tanpa izin dariku! Dasar bajingan!”

Kakek itu bergegas ke sini dengan momentum yang luar biasa, tapi…

Puchin… dan terdengar suara gertakan yang mengganggu yang seharusnya tidak kudengar.

“Ojii-chan, sudah cukup dan diamlah. Kalau tidak, kami akan pulang.”

Suaranya sedingin es.

Misumi yang menjaga wajahnya selalu tetap tenang, tapi hanya saat ini, sorot menghilang dari matanya dan dia terlihat serius.

Ketika aku mendengar dialek seperti itu di sebelahku, keringat dingin mengalir di punggungku.

Kakeknya, yang sedang bergegas ke sini tiba-tiba berhenti dan diam.

Sembari melepas sandal yang sedang dia pakai, dia dengan cepat duduk seiza di lantai, dan menempelkan kedua tangan dan dahinya di lantai.

“Selamat datang, Tuan Muda, silakan nikmati waktu Anda.”

“B-Baik…”

Aku belum pernah melihat dogeza dengan tangan terbuka seperti itu, dan aku telah belajar kalau tidak ada yang lebih menyedihkan daripada seorang kakek yang berlutut karena dimarahi cucunya.

+×+×+×+

“Jadi begitu, um… maaf ya, anak muda.”

Kakek yang mengangkat bagian atas tubuhnya di tempat tidur membungkuk dengan tidak nyaman.

Dan Misumi, yang duduk di sebelahku juga membungkuk dalam-dalam dan berkata, “Aku juga minta maaf.”

“Tidak apa-apa, tidak perlu khawatir karena aku baik-baik saja. Misumi juga tolong angkat kepalamu.”

Setelah keributan singkat, Misumi menjelaskan kalau aku adalah tetangga yang membantunya.

Sejujurnya, sepertinya kakek itu tidak yakin dari lubuk hatinya, tapi mungkin karena dia takut dimarahi Misumi lagi, dia jadi pendiam.

“Ya ampun… padahal tubuh Ojii-chan masih lumpuh, ‘kan? Masih harus istiarahat.”

L-Lumpuh?

Kakek yang melempar bantal tepat ke wajahku dengan lemparan overhand yang dinamis lumpuh kau bilang!?

Dan yang terakhir, kalau lumpuh kenapa dia bisa memegang kruk dan berlari sekuat tenaga seperti itu…!?

“Benar. Berkat rehabilitasi, keadaanku jadi jauh lebih baik, tapi … tangan kananku masih mati rasa.”

Tidak mungkin!? Aku mati-matian menahan keinginanku untuk mengatakan itu.

“Ingat Sayo, kau harus lebih berhati-hati, mengerti? Kau itu cantik, aku tidak tahu kapan seorang pria akan menyerangmu.”

Ucap si kakek, sembari melihat sekilas ke arahku.

“Tidak, aku tidak akan menyerangnya, jadi jangan khawatir. Karena aku hanya tetangga Misumi.”

“Beraninya kau! Jadi kau ingin bilang kalau Sayo tidak cantik, hah!?”

“T-Tidak, bukan itu maksudku…”

“Ataukah, kau ingin cepat mati?”

“Tidak!”

“Jadi, apa kau pikir Sayo itu cantik?”

“Hei, apa maksudmu, Ojii-chan!?

Misumi, yang tersipu, mencoba menghentikan pertanyaan kakek itu, tapi pada saat itu, jawabannya sudah keluar dari mulutku.

“Yah, tentu saja, dia cantik.”

“T-Tsushiro-kun…!?”

Misumi berbalik dengan kaget dan membuka matanya.

Kenapa kau begitu terkejut? Jika ada sepuluh orang melihat wajah Misumi dan ditanya cantik apa tidak, mereka semua akan menggelengkan kepala secara vertikal.

Selain itu, jika aku mengatakan, “Tidak, dia tidak cantik” di sini, jelas terlihat kalau aku akan dibunuh oleh kakek itu.

“Lihat dia, Sayo. Bagaimanapun, dia itu laki-laki. Dia melihatmu dengan tatapan yang tidak pantas, bukan?"

"Tidak, menganggap dia cantik itu satu hal, tapi melihatnya seperti itu adalah hal lain. Aku hanya menjawab kalau Misumi itu cantik, dan aku tidak berniat melakukan apa-apa.”

“K-Kalian berdua, tolong hentikaaaan…!”

Bahu Misumi bergetar, dan dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, menunduk.

Aku tidak menyangka kalau dia sepemalu itu, jadi aku juga merasa sedikit tidak nyaman.

“Ngomong-ngomong, Sayo. Bagaimana keadaan matamu? Apa sudah sedikit membaik?”

Kakek itu, yang tidak menyadari perasaan kami, muncul dengan topik yang baru.

Kemudian Misumi mengangkat wajahnya, masih sedikit merah.

“Um, tidak ada perubahan sama sekali.”

“Aku mengerti…”

Kakek melihat ke bawah dan menurunkan bahunya.

Ada keheningan berat di ruangan ini.

Tapi, aku tanpa sadar menghilangkan keheningan itu.

“Apakah bisa sembuh…? Mata Minami?”

Kemudian, kakek itu mengalihkan pandangannya padaku.

“Yah, kau tahu kenapa mata Sayo tidak bisa melihat?”

“Um, gangguan penglihatan yang disebabkan karena stres berlebihan?”

“Itu benar. Penglihatan Sayo akan kembali selama stress yang dia alami menghilang.”

Setelah mendengar jawaban kakek itu, ada suatu perasaan yang menyebar di dalam hatiku.

Mungkin, itu perasaaan senang.

Padahal bukan untuk diriku — Tapi untuk tetangga yang baru saja aku temui, entah kenapa aku merasa lega.

— Seakan-akan ada secercah harapan.

“Tsushiro-kun? Kenapa kamu melamun?”

Misumi secara misterius memiringkan lehernya.

“Hm? Ah, tidak, bukan apa-apa.”

Aku merasa agak konyol, jadi aku mengangkat bahu dan mengelabuhinya.

Setelah berbicara dengan Misumi dan kakek itu, aku dan Misumi meninggalkan rumah sakit.

Waktu kami akan pulang, aku masih ingat kakek itu berkata Misumi, “Kau akan datang lagi, ‘kan?”, dengan wajah seperti akan menangis.

Meski perilakunya agak ekstrim, kesanku tentang dirinya adalah bahwa dia adalah kakek baik yang menyayangi cucunya.

“Setelah ini, kau mau pergi ke mana?”

Tanyaku pada Misumi, saat aku berjalan di sepanjang trotoar yang diaspal dengan hati-hati, yang berjalan dengan tangan di lengan kananku.

“Um, apa perutmu sudah sedikit lapar?”

“Ya, sedikit.”

Ketika aku memeriksa jam tangan analog yang terpasang di tangan kiriku, waktu sudah lewat dari jam 3.

Aku tadi hanya makan sekali, itupun sudah terlambat, jadi memang benar kalau sebentar lagi aku akan merasa lapar.

Misumi sepertinya mirip denganku.

“K-Kalau begitu, ada tempat yang ingin aku kunjungi!”

“T-Tentu.”

Mungkin bukan imajinasiku kalau ketegangan Misumi tampak sedikit tinggi.

Dia berhenti sejenak, mengeluarkan smartphone-nya dari tas di bahunya, dan mulai mengoperasikannya.

Butuh beberapa puluh detik bagi Misumi untuk memperbesar teks dan mendekatkan layar ke wajahnya.

“A-Aku mau mencoba pergi ke sini!”

Aku melihat layar smartphone Misumi dan memeriksa lokasi dan arah dari sini.

“Oke. Kalau begitu, ayo pergi.”

“B-Baik!”


Translator: Exxod

Editor: Janaka

Post a Comment

Previous Post Next Post


Support Us