Momoku Bishojo - Chapter 2 Bahasa Indonesia


 Bab 2 - Mengantar Tetangga berkeliling Kota Bagian 1


Segera setelah Natal selesai, dunia dengan cepat berganti menjadi suasana Tahun Baru.

Kecepatan perubahaan orang-orang ini mungkin mengejutkan para penganut Kristen, meski kebanyakan orang tidak menjadikan Natal sebagai hari kelahiran Kristus, mereka mendapatkan hadiah, makan dan terkadang, menikmati dan menghabiskan hari yang spesial itu dengan orang yang kau sayangi, jadi apa boleh buat.

Hari ini, sehari setelah Natal, aku berjanji untuk mengantar Sayo Misumi – gadis yang satu sekolah denganku dan pindah di sebelah apartemenku — berkililing kota.

Waktu saat ini pukul 12:40.

Karena Misumi bilang kalau dia ingin aku datang jam 12:30, jadi setelah sarapan, atau bisa disebut juga makan siang, sedikit terlambat, aku berdiri di depan pintu apartemen nomor 304.

Pingpong, aku membunyikan interkom yang ada di sebelah pintu.

Beberapa detik kemudian, “Ya?”, tanya Misumi dari interkom tersebut, “Aku Tsushiro”, Jawabku.

“Baik, sekarang aku akan keluar.”

“Oke.”

Dia mungkin sudah selesai bersiap-siap.

Setelah mendengar suaraku, Misumi berkata begitu dan menutup interkom.

Setelah beberapa saat, aku mendengar suara kunci terbuka.

“Selamat siang, Tsushiro-kun, hari ini mohon bantuannya, ya.”

“Ya, aku akan mengantarmu dengan baik, serahkan, pa, da, ku…”

Melihat penampilan Misumi yang keluar dari pintu, tanpa sadar aku menelan ludah.

Pakaian yang dikoordinasikan dengan warna yang terdiri dari rajutan leher tinggi berwarna coklat muda, rok panjang dengan motif kotak-kotak, dan mantel panjang krem muda di atasnya.

Kehangatan pakaiannya, dipadukan dengan tampilan yang modis dan bergaya, sudah cukup untuk membuat seseorang terpesona olehnya.

“Apa ada masalah?”

“…Ah, tidak. Aku hanya berpikir kalau itu sangat cocok untukmu.”

“Fufu, terima kasih banyak. Demi menghilangkan kesan orang desa, aku belajar mode dan hal-hal lain.”

Misumi berkata demikian dan tersenyum riang.

“Baiklah, ayo pergi. Um, haruskah aku memegang tanganmu?”

Ketika aku masih sekolah dasar, aku pernah mendengar ceramah tentang orang yang mengalami gangguan penglihatan.

Pada saat itu, ceramah itu bilang kalau pertimbangan semacam ini akan sangat membantu, jadi aku bertanya pada Misumi untuk mengonfirmasinya.

Misumi membulatkan matanya sejenak, kemudian segera tersenyum lembut dan menjawab.

“Ternyata kamu mengetahuinya, ya, Tsushiro-kun. Kalau begitu, dengan senang hati aku menerimannya.”

Misumi berkata begitu dan berdiri di sampingku, kemudian dia dengan lembut meletakan tangannya di tangan kananku yang sedikit terulur.

Aku menjaga jarak, karena aku sedang menghindari yang namanya cinta.

Namun, terlepas dari yang namanya cinta, berpegangan tangan dengan lawan jenis seperti ini membuat hatiku, seorang remaja laki-laki yang sehat berdebar.

“Kalau begitu, haruskah kita pergi sekarang?”

“Baik, mohon bantuannya.”

Aku berhasil menenangkan detak jantungku dan menuju lift di apartemen bersama Misumi. 

+×+×+×+

Setelah keluar dari kondominium, aku dan Misumi berjalan sebentar, melewati toko serba ada, supermarket, dan restoran keluarga secara berurutan.

Supermarket adalah tempat yang paling penting untuk menjalani aktifitas sehari-hari.

Itu bukanlah supermarket yang besar, tapi karena ini adalah area perumahan, banyak penduduk di sini sering berbelanja di sana.

Perjalanan berkeliling kota masih terus berjalan dengan lancer, tapi…

“Um, bicara tentang bantuanku untuk mengantarmu berkeliling kota…”

“Ya?”

“Kenapa kau menerimanya begitu saja? Um, untuk orang yang baru saja bertemu denganmu sepertiku, mengajakmu seperti ini…”

Sejujurnya, dalam hati aku selalu penasaran.

Memang benar kalau aku menawarkan bantuan dari lubuh hatiku dan ingin membantu Misumi, tapi meski begitu, jika aku berjalan dengan tangan bergandengan, dari samping terlihat seperti memiliki “hubungan semacam itu”.

Tapi, Misumi memiringkan kepalanya menanggapi kata-kataku.

“Memangnya kenapa?”

“Kenapa kau bilang … tentu saja, pandangan dari mata di sekitar kita…”

“Aku tidak terlalu mengkhawatirkannya. Lagian, aku tidak bisa melihatnya.”

“Itu juga benar … eh, tidak, bukan itu masalahnya. Um … aku bicara tentang aku yang membantumu dengan niat tersembunyi.”

“Jika tentang hal itu, bukankah kemarin Tsushiro-kun sudah membuat alasan dengan putus asa kalau kamu membantuku tanpa niat tersembunyi?”

Mungkin karena dia teringat akan hal pada saat itu, Misumi menutup mulut dengan tangannya dan terkikik.

“Tapi, itu hanya sekedar kata-kata…, aku senang kau mempercayaiku, tapi Misumi harus sedikit lebih berhati-hati, kau tahu? Karena tidak semua orang membantu dengan niat baik.”

“Aku mengerti, dan aku akan berhati-hati. Tapi, Tsushiro termasuk orang yang membantu orang lain dengan niat baik, ‘kan?”

“Yah, tentu saja.”

“Jika begitu, aku tidak perlu merasa khawatir.”

Kata Misumi dengan senyum polosnya.

Ya ampun, aku tidak tahu kenapa dia begitu mempercayaiku, tapi aku harus membantu dan menanggapinya dengan niat baik.

Karena aku memutuskan untuk tidak menjalin hubungan percintaan, aku bisa berhubungan dengan Misumi tanpa motif tersembunyi.

Misalkan Misumi membalas bantuanku di masa depan, aku tidak akan membuat kesalahpahaman yang tidak-tidak.

Aku dan Misumi hanyalah tetangga dan teman satu sekolah.

Tidak lebih dan tidak kurang.

— Sembari memikirkan itu, kami sudah tiba di gerbang sekolah yang terbuat dari batu besar.

“Kita sudah sampai, ini adalah SMA Rinsei.”

“Jadi ini ya … dari kondominium berjalan dengan kecepatan seperti ini, lumayan dekat, ya.”

“Kau tidak masalah dengan arahnya, ‘kan?”

“Ya, tidak ada masalah.”

Kalau bisa, aku ingin melihat SMA seperti apa itu dengan mataku sendiri, Kata Misumi sembari tersenyum sedikit sedih.

“Tapi Misumi, bukan berarti kau tidak bisa melihat sama sekali, ‘kan? Jika begitu, kau bisa menggunakan kacamata…”

 “Ya, bisa diselesaikan dengan itu jika orang itu punya penglihatan buruk pada umumnya, tapi mataku tidak bisa. Mataku tidak ada kelainan, jadi kacamata tidak bisa membantuku, dan aku tidak punya masalah dengan penglihatanku. Aku juga tidak bisa melakukan operasi karena tidak ada yang salah dengan otakku.”

“Begitu, jadi kenapa…”

Matamu tidak bisa melihat? Aku ragu-ragu untuk melanjutkan pertanyaan itu, tapi sepertinya Misumi mengerti dan melihat balik ke arahku.

Mungkin, di dalam mata hazelnya yang indah, dia tidak bisa melihat penampilanku.

Tapi, memang benar kalau pandangan Misumi mengarah ke arah mataku.

“Gangguan penglihatan psikogenik … itu berarti kamu mengalami stres yang berlebihan dan penglihatanmu berkurang secara signifikan.”

Itu salahku sendiri, Kata Misumi, tersenyum tipis.

Senyumnya indah dan cukup menawan untuk dikagumi pada pandangan pertama, tapi juga dipenuhi dengan semacam bayangan yang tidak bisa disembunyikan.

Pasti ada sesuatu.

Aku memiliki pemikiran seperti itu, tapi aku menahan diri untuk mengatakannya.

Mudah ditebak kalau aku, sebagai orang luar, itu bukanlah topik yang bisa dimasuki begitu saja.

Ditambah, apa yang akan aku lakukan ketika aku mendengarnya?

Aku tidak memiliki kekuatan untuk menyelesaikan masalahnya.

Tapi … sesuatu terlintas di otakku.

— Misalkan Misumi bilang bahwa dia memerlukan bantuanku, apa yang akan aku lakukan?

Jika bukan aku yang membantu, melainkan dia yang meminta bantuanku, apa aku akan menggelengkan kepala dan menolaknya begitu saja?

Tidak, aku menggelengkan kepalaku dan menyingkirkan pemikiran “Misalkan” yang mustahil itu dari kepalaku.

“Tsushiro-kun?”

“Tidak, bukan apa-apa. Daripada itu, apa ada suatu tempat yang ingin kau kunjungi?”

Ketika aku menanyakan itu, Misumi terlihat berpikir sejenak, kemudian, “Sebenarnya ada…”, kata Misumi sembari mengirimkan pandangan matanya padaku.

Aku tidak tahu apa aku melakukannya secara sadar atau tidak, tapi aku mengalihkan pandanganku darinya, dengan detak jantungku yang sedikit naik.

“Kau tidak perlu menatapku dengan cemas seperti itu, karena aku yang mengantarmu, katakan saja, tidak usah sungkan.”

“B-Baik, sebenarnya…”


Translator: Exxod

Editor: Janaka

Post a Comment

Previous Post Next Post


Support Us