Mamahaha no Tsurego ga Motokano datta - Volume 8 Chapter 4 Bahasa Indonesia

 Bab 4 – Aku (atashi) akan menunjukkan padamu diriku yang sebenarnya


Todō - Hoshibe Alasan yang Tepat

 

Aku menghancurkan bahuku tepat setelah aku masuk SMA.

Aku hanya melakukan lay up biasa.

Tembakan normal yang telah kuulangi ribuan kali.

Dari menggiring bola ke gerakan menembak, aku mengambil langkah, melompat, menembak ke keranjang—

Dan duniaku terbalik dengan rasa sakit.

Ring itu begitu jauh. Aku bahkan tidak bisa menjangkau, dan hanya bisa melihat jaring yang tidak bergerak sama sekali. Butuh beberapa detik untuk memahami situasiku. Rasa sakit yang tajam di bahuku, bersama dengan fakta bahwa aku menggeliat di lantai, tidak berhasil mencapai kesadaranku tepat waktu.

Itu sangat jauh. Ring itu jauh.

Ring yang bisa dengan mudah kupelek di masa lalu sekarang begitu, sangat jauh.

Aku menghabiskan seluruh musim panas menjalani perawatan. Tentu saja, aku juga melewatkan turnamen itu. Sejak awal tim basket Rakurou kami tidak begitu kuat, dan kami dengan mudah tersingkir di babak kedua.

Aku hanya bisa menonton dari bangku, tapi senpai memberitahuku,

—Kau masih memiliki kesempatan tahun depan, dan tahun setelah itu.

Itu fakta. Itu adalah dorongan yang cocok. Untuk tahun pertama yang tidak bisa berpartisipasi dalam latihan, kata-kata senpai cukup hangat.

Tapi,

—Itu jauh.

Itu sangat jauh.

Papannya, ringnya, jaringnya.

Semuanya—sepertinya terlalu jauh.

Dan itu adalah liburan musim panas. Aku mendengar bahwa mereka mulai berlatih di bawah rezim baru, tapi aku bahkan tidak bisa membawa diriku ke gymnasium lagi.

Bahuku yang seharusnya sudah sembuh terasa sakit.

Aku mencoba mengangkat lenganku, dan rasa sakit yang hebat pada hari itu muncul di benakku lagi.

Bahkan ketika aku mencoba berjalan ke gymnasium, aku akan segera berhenti.

Tidak peduli berapa hari atau tahun aku berjalan, aku merasa seperti aku tidak bisa mencapai tempat yang pernah kukenal lagi.

Gymnasium yang biasa kulewati setiap hari tampak begitu jauh, seperti sebuah isekai.

…Bagaimana jika aku mendorong diriku terlalu keras dan merusak bahuku lebih parah?

Ada kemungkinan itu akan menghalangi kehidupan sehari-hariku, aku mungkin harus hidup dengannya selama sisa hidupku. Apakah benar-benar perlu bagiku untuk mengambil risiko seperti itu dan terus bermain basket?

Kalau dipikir-pikir, aku hanya berlatih dengan serius saat SMP.

Itu sebabnya aku tidak memilih SMA dengan program bola basket yang kuat, tapi yang berfokus pada akademik.

Ya itu benar. Ini kesempatan bagus untuk mengakhiri semuanya.

Atau lebih tepatnya, aku harus merayakan bahwa aku tidak tinggal di tengah jalan, dan berhasil sejauh ini sebagai siswa baru. Ada banyak hal lain yang ingin kulakukan selain basket.

Aku absen selama seminggu tanpa alasan, dan mempersenjatai diri dengan alasan yang sempurna..

Aku menganggap kejatuhanku.

Sebagai penjelasan untuk mengakhirinya.

Aku menutupi fakta bahwa aku tidak punya nyali untuk mencoba mengejar ketertinggalan.

Aku meninggalkan klub.

—Tak lama setelah itu, aku diundang untuk bergabung dengan OSIS.

 

Yume Irido - Topik pagi-pagi seperti itu mengandung terlalu banyak kalori

 

Aku menatap langit-langit kayu yang asing selama beberapa detik, dan ingat bahwa ya, kami sedang dalam perjalanan.

“…Nn…nn…”

Perlahan aku bangkit dan melihat sekeliling ruangan yang agak kabur dengan mataku yang belum menggunakan lensa kontak, menunggu kepalaku yang kabur untuk dibersihkan.

"Selamat pagi, Yume-kun."

Aku menoleh untuk melihat suara yang bermartabat, dan melihat Ketua Kurenai duduk di kursi di beranda lebar dekat jendela.

Dia masih memakai yukata, tapi dia sudah selesai menyisir rambutnya, dan tidak terlihat mengantuk sedikitpun. Apakah itu rutinitas pagi untuknya atau apa? Dia berjemur di bawah sinar matahari yang bersinar melalui jendela saat dia perlahan menyesap secangkir teh. Itu adalah sikap bangsawan, tapi Ketua memiliki gaya yang berbeda ketika melakukannya…

"Selamat pagi…"

“Kau yang pertama. Biasanya kau bangun jam berapa?”

“Emm…”

Aku melihat jam di kamar dan melihat bahwa itu sekitar jam 7 pagi.

“Ya, mungkin… sekitar sekarang.”

“Itu bagus untuk memiliki rutinitas yang tepat. Apakah kau mau teh?"

"Ah iya. Terima kasih.”

Aku menyelinap keluar dari bawah futon, merayap melewati yang lain yang belum bangun, dan pergi ke beranda tempat Ketua berada. Sementara itu, aku menyisir rambutku yang berantakan dengan jari-jariku.

Saat aku duduk di seberang Ketua, dia menyajikanku secangkir teh yang mengepul.

"Terima kasih banyak."

Aku menyesapnya, dan kehangatan teh menyebar ke seluruh pikiranku, seolah-olah sirkuit otakku dibuka.

Poof, poof, aku meletakkan cangkir dan bertanya kepada ketua yang ada di depanku.

"Ketua, jam berapa kau bangun?"

"Hmm? Sekitar jam 5 pagi. Jarang bagiku untuk tidur selama ini.”

5 pagi.

Aku ingat kalau semua orang tidur sebelum tengah malam atau lebih ... jadi dia tidur selama 5 jam? Dia tidak terlihat mengantuk sama sekali. Sungguh, dia orang yang sedikit tidur…

Sebaliknya—aku melihat sekeliling pada kehancuran di ruangan itu.

“…Ini cukup berantakan, ‘kan…?”

Mau tak mau aku menunjukkan senyum masam. Pada apa, itu adalah wajah tidur semua orang ..

Asuhain-san normal, tidur nyenyak di bawah futon (sangat imut), tapi tiga lainnya benar-benar jelek.

Tubuh Akatsuki-san di luar futon, yukata Higashira-san semuanya berantakan, dan payudaranya hampir tumpah, dan Asou-senpai memeluk penutup futon seperti guling, benar-benar memperlihatkan celana dalamnya.

"Kita benar-benar tidak boleh membiarkan anak laki-laki melihat ini ..."

"Itu adalah keputusan yang tepat untuk membuat kamarnya terpisah, ‘kan?"

"Ya."

Dan trio yang memiliki kebiasaan tidur buruk di tempat tidur semuanya tidak mengenakan bra. Yah, Akatsuki-san dan Asou-senpai memiliki tubuh yang kurus, jadi aku mengerti kenapa, tapi Higashira-san… bukankah akan sulit baginya untuk berguling saat tidur? Menurutnya, ibunya biasanya mengomelinya untuk memakainya, jadi dia mau, tapi dia benar-benar tidak mau memakainya saat tidur. Yah, aku mengerti perasaannya.

“Yume-kun, apakah kau punya rencana hari ini?”

Dihadapkan dengan pertanyaan yang tiba-tiba, “Erm” aku ragu-ragu sejenak.

“Aku ingat… semua orang akan pergi ke Kobe Harborland, ‘kan?”

"Ya. Kita perlu memutuskan pengelompokannya.”

Ketua memberikan senyum penuh arti.

“Aku ingin tahu apakah ada orang yang ingin kau ajak jalan-jalan..”

“Ehh…”

D-Dia tahu, ya...?

Ada banyak tempat yang ingin kudatangi…bersama Mizuto, tapi dia juga harus mengurus Higashira-san…dan, kejadian di tempat merendam kaki kemarin…

Ya ampun! Kami hanya saling menyentuh, ‘kan!? Kenapa seolah kami telah melakukan sesuatu yang terlarang!? Itu sebabnya aku kabur tanpa pikir panjang tadi malam! Itu karena kami membicarakan hal sensitif seperti itu di pemandian air panas…!

“…Bagaimana denganmu, ketua?”

Aku mencoba menyembunyikan rasa maluku sendiri ketika aku mengubah topik pembicaraan.

"Apakah kau ingin jalan-jalan dengan Haba-senpai?"

“Hm? eh…”

…Ups?

Jarang melihat Ketua terlihat begitu mengelak. Apakah sesuatu telah terjadi!?

“Bagaimana kalau kau berbicara dari hati ke hati dengannya? Aku bahkan bisa membantumu jika bisa.”

“…Rasanya tidak menyenangkan mengungkapkan rasa maluku.”

“Aku juga malu, jadi kita seimbang!”

Jadi, setelah menyarankan begitu, aku menerima serangan.

Aku memberi tahu ketua tentang mandi kaki kemarin, dan juga tindakan tangan yang agak, yah, cabul dengan Mizuto.

“…Hanya itu?”

Untuk beberapa alasan, reaksi Ketua lemah.

Dia memiringkan kepalanya sedikit, dan aku buru-buru menjelaskan.

“Kami-kami baru saja saling menyentuh, kau tahu? Seperti, yah, bersenang-senang bermain dengan jari kami, seperti mencoba untuk terhubung, atau semacamnya…!”

“… Pfft.”

“Kau baru saja meremehkanku, ‘kan!? Apakah kau sedikit meremehkanku sekarang!? ”

“Tidak, maafkan aku… Aku hanya merasa itu cukup, harus kukatakan, menggemaskan….”

A-ada apa dengan kepercayaan dirinya…atau lebih tepatnya, sikap merendahkan itu…apa telah terjadi sesuatu dengan Haba-senpai!?

“Sebenarnya, tadi malam—”

Ketua Kurenai tidak repot-repot menyembunyikan rasa superioritasnya saat dia berbicara tentang apa yang terjadi antara dia dan Haba-senpai tadi malam.

Dia berkata bahwa dia dipaksa untuk berdandan menjadi gadis kelinci sebagai bagian dari permainan hukuman, dan pergi menemui Haba-senpai—itulah yang dia ingin dia pikirkan, tapi pada dasarnya dia kembali tanpa melakukan apapun.

“Fufu. Yah, ini mungkin terlalu merangsang untukmu, Yume-kun, mengingat betapa gelisahnya kau saat saling menjalinkan tangan…”

“…Em, Ketua?”

"Ada apa?"

“Dengan kata lain… tepat ketika pemenangnya akan ditentukan, kau ketakutan di menit terakhir? ”

“…………”

“Kau panik, ‘kan? Kau biasanya bisa sangat agresif, tapi kau takut pada saat yang genting, ‘kan? Satu-satunya ketua OSIS, dipuji sebagai si jenius paling luar biasa sejak sekolah didirikan, ketakutan dan melarikan diri tepat ketika dia akan melakukan itu, ‘kan?”

“…D-Diam! Aku hanya mempertimbangkan lokasinya! Apakah kau ingin kehilangan keperawananmu tepat di sebelah mesin penjual otomatis di mana orang lain bisa saja lewat?

"Bukankah kau yang mengundangnya ke tempat seperti itu, Ketua?"

"Aku tidak ingin mendengarnya darimu yang merayu seseorang di tengah keramaian!"

Ugh! Tepat sasaran…!

Aku menarik napas untuk menenangkan diri... ngomong-ngomong, aku memikirkan sesuatu. Ketua mungkin mempersiapkan segalanya ketika dia merayu Haba-senpai di setiap kesempatan yang ada …

Setelah memastikan kalau semua orang belum bangun, aku mengecilkan suaraku dan bertanya.

“Ketua…ada sesuatu yang membuatku sedikit penasaran…”

"…Apa itu?"

“Kau selalu merayu Haba-senpai … tapi yah, ketika tiba saatnya pertunjukan sebenarnya, sudahkah kau mempersiapkan… sesuatu yang seperti k**dom… Apakah kau sudah menyiapkan hal seperti itu?”

“…………”

Ketua terdiam.

Ini…

“Kau tidak menyiapkan itu, ‘kan…?”

“Yah ... bukankah terlalu memalukan bagi seorang gadis untuk membawa barang seperti itu ...?"

“Tidak, itu hanya karena kau belum siap, ‘kan? Kau merasa kalau Haba-senpai tidak akan menyentuhmu.”

“Jangan membantahku dengan fakta dan logika! Kau hanya seorang kouhai!”

Ketua akan jadi lemah setiap kali hal ini dibahas, dan entah bagaimana, aku akhirnya terlalu banyak menggodanya.

Tapi aku mungkin harus mengatakan sesuatu yang nyata kali ini.

“Bukankah seharusnya kau bersiap dengan serius kali ini…karena kau tahu Haba-senpai memiliki perasaan seperti itu…?”

“B-bersiap… dimana?”

“Yah… aku tidak begitu tahu. Seperti dompet atau semacamnya…?”

“T-Tidak, bukankah seharusnya si pria mempersiapkan hal-hal seperti itu…?”

“Ketua, ketika kau yang selalu menyudutkannya, bagaimana dia punya waktu untuk mempersiapkan hal-hal seperti itu!? ”

“Grr…!”

Ketua tiba-tiba mengerang kesakitan, dan wajahnya memerah. Aku mengerti keraguannya, tapi akan sangat memalukan jika anggota OSIS berakhir hamil saat masih sekolah.

“A-aku mengerti…aku harus menyiapkan itu…untuk berjaga-jaga.”

"Untuk berjaga-jaga?"

"Berjaga-jaga berarti berjaga-jaga!"

Saat Ketua tiba-tiba berteriak keras, “Nnn…” Aku mendengar erangan imut.

Kami berbalik dengan hati-hati dan melihat Asuhain-san menggeliat keluar dari futon, membalikkan tubuhnya ke arah kami…

Dia sudah bangun.

Dia menatap kami dengan mata yang hampir tidak terbuka.

…Dia tidak mendengar apa yang kami bicarakan…’kan?

“…Selamat pagi~…”

Suara cadel itu jelas menyiratkan kalau dia baru saja bangun.

Tapi, untuk jaga-jaga, aku bertanya dengan ragu-ragu.

“S-Selamat pagi, Asuhain-san…apakah kau mendengar sesuatu yang kami bicarakan?”

“Fuaai? Apa…?"

“Kami hanya memastikan rencana untuk hari ini! Apakah ada tempat yang ingin kau kunjungi!?”

Ketua membodohinya dengan cekatan, dan Asuhain-san menggosok matanya dan berkata,

“Fuaa…mari kita lihat. Tidak benar-benar ada tempat khusus yang ingin aku kunjungi…”

Aku segera bertukar pandang dengan Ketua.

Kita ... aman!

"Benarkah!? Itu bagus!"

“Kalau begitu mari kita tanya yang lain! Bangunkan mereka semua!”

"Ah iya."

“Fiuh… hampir saja. Bagaimana reaksi Asuhain-san jika dia mendengar percakapan itu barusan, mengingat betapa dia sangat memuja Ketua.”

Kita seharusnya tidak membicarakan hal-hal seperti itu di pagi hari. Seharusnya aku tenang dan memikirkan itu. Tapi ada sesuatu yang harus kukatakan…

......Haruskah aku mempersiapkan diri juga?

Tidak-tidak…Mizuto mungkin tidak akan menyerangku tanpa berpikir dua kali…Lagi pula, aku tidak agresif seperti Ketua!…Dan sebelum itu, aku harus membicarakannya dengannya tanpa melarikan diri…

Jadi aku berpikir ketika aku membangunkan Higashira-san dan Akatsuki-san, yang dalam keadaan kacau, memperbaiki pakaian mereka. Bagaimana obi mereka bisa lepas saat tidur…?

Jadi, setelah kami berenam bangun, kami merapikan diri saat kami memastikan rencana kami untuk hari itu.

Dengan ekspresi tegas di wajahnya, Asou-senpai berkata,

"Semuanya, aku ingin meminta sesuatu."

 

Kogure Kawanami - Deklarasi Pembukaan

 

—Kau mungkin berpikir itu tidak masalah.

—Tapi bagaimana dengan mereka yang menyukaimu?

—Sebenarnya, aku masih menyukaimu.

Sampai di mana perasaannya yang sebenarnya.

Dari mana perasaan aslinya dimulai?

Apa dia sedang bermain-main denganku lagi? Atau apakah dia benar-benar mengatakan yang sebenarnya? Semua yang dia katakan tampak begitu penuh sindiran hingga aku tidak tahu apa yang sedang terjadi lagi.

Dia masih menyukaiku?

Yah, itu mungkin saja sampai batas tertentu. Lagipula, akulah yang mencampakkannya. Dia berhati-hati dalam memastikan kalau aku tidak memiliki perasaan seperti itu sejak aku mendapatkan alergi ini, dan aku tahu itu. Aku tahu lebih dari siapa pun kalau dia bukan orang yang luar biasa yang bisa berubah pikiran sepenuhnya dalam beberapa bulan atau lebih.

Itu sama ... bagiku.

Aku lelah. Aku ingin menyerah. Itu fakta, itu benar.

Tapi itu juga benar kalau aku menyukainya.

Kami mungkin akan pacaran secara normal jika dia bukan monster seperti itu. Aku bisa menjelaskan kepada orang-orang dan yang lainnya, dan kami bisa saling menggoda secara terang-terangan di sekolah. Aku cukup menyukainya untuk menyimpulkan begitu,

Kemudian.

Jika kepribadiannya agak membaik sampai titik ini …

…Itu adalah asumsi yang tidak berarti. Itu adalah imajinasi yang tidak berarti.

Itu karena tubuhku tidak bisa jatuh cinta lagi.

Aku tidak bisa menahannya—aku bahkan tidak bisa menerima niat baik dari orang lain..

—Aku ingin menyembuhkannya.

Apa yang akan terjadi padaku?

Jika alergiku benar-benar sembuh—apa yang harus kulakukan?


"Selamat pagi."

Begitu aku melihat pemandangan itu tepat setelah aku bangun, aku membeku.

K-Kenapa!?

Seharusnya aku tidur di kamar anak laki-laki tadi malam…! Kenapa dia ada disini!?

Begitu kantukku hilang dengan cepat, Akatsuki perlahan meraih wajahku yang membeku.

Dia membelai pipiku seperti sedang membelai kucing, dan tersenyum penuh kasih.

“Ya ampun… wajah tidurmu sangat imut, tahu?”

Woaahhh— ! Aku merasa menggigil.

Tubuhku terus menggigil di dalam futon. Caranya, ekspresinya, cara dia terlihat seperti sedang memberi makan seekor burung, kasih sayang dari seseorang yang melindungi yang lemah, mengawasi dari luar sangkar burung—

Tiba-tiba, Akatsuki menimpaku.

Dia sangat ringan seperti boneka hingga sulit membayangkan dia adalah manusia. Pada saat yang sama, kehangatan dan kelembutan yang khas dari tubuh manusia yang menyatu. Jantungku berdebar kencang karena kegembiraan dan ketakutan. Perasaan yang tercetak dalam diriku, dicetak olehnya. Kenyamanan seorang wanita dan teror seorang wanita bercampur jadi satu.

Dengan manis, dingin, dia bergumam,

"(Semua orang melihat. Bertahanlah. Sekarang.♥)"

Dengan itu, aku akhirnya mulai memeriksa sekitarku.

Teman sekamarku Hoshibe-san dan Haba-senpai menatap kami dengan penasaran. Irido adalah satu-satunya yang tampak tidak tertarik saat dia menguap. Ya, mereka yang tidak tahu sedang menonton.

Aku menahan rasa dingin. Aku menekan tubuhku yang menggigil. Aku mendorong kembali kenangan buruk dan imajinasi ke belakang pikiranku.

Aku tidak ingin siapapun melihat keadaanku yang menyedihkan ini… selain dia.

“(Bagus. Anak baik)”

Begitu dia mengatakannya dengan suara manis, Akatsuki akhirnya menarik diri dariku.

"Cepat dan ganti pakaianmu ~ Semua orang sudah menunggu!"

Mengatakan itu, Akatsuki mengangkat ujung yukata dan berjingkat keluar dari ruangan.

Hoshibe-san melihatnya pergi, dan bergumam sambil menatap pintu masuk kamar.

"Jadi kalian berdua ... pacaran?"

"Apa maksudmu, setelah semua ...?"

Untuk sementara, aku tidak bisa bangun dari futon. Residu berat dan kehangatan tubuh Akatsuki masih tergores padaku, menjepitku.

—Apakah kau tahu apa itu terapi paparan?

Bagaimana mungkin aku tidak tahu? Aku memang memikirkan itu ketika aku memikirkan cara untuk menyembuhkan alergi ini.

Itu adalah metode untuk mengatasi trauma dengan berani berinteraksi dengan penyebabnya—

Tunggu, kami melakukan itu?

Mulai hari ini? Sepanjang hari?

Kami akan terus melakukan itu—seperti saat kami pacaran!?

 

Asou Aisa – Kesesuaian perlengkapan

 

"Tolong! Bantu aku memilih pakaian untuk kencan dengan senpai!”

Beberapa jam setelah aku meminta bantuan, kami berada di sebuah pusat perbelanjaan di Kobe Harborland.

Kami berada di gedung yang sama, berpisah antara pria dan wanita, dan pergi ke area mode dan pakaian. Ya, aku punya janji dengan senpai untuk jalan-jalan berdua dengannya selama sekitar tengah hari! Jelas aku harus mendapatkan semua perlengkapan untukku melawan bos.

Tidak bisakah aku membeli pakaian kencanku sebelumnya?

Beberapa mungkin mengatakan begitu. Bahkan, beberapa sudah melakukannya. Ranran berkata, "Kenapa kau tidak membelinya sebelumnya?". Itu argumen yang logis, serangan cepat. Dan ini adalah balasanku.

Apakah argumen yang logis tetap berlaku untukku!?

Lihat! Pakaian pribadiku! Lembut! Berkibar! Pakaian gadis ranjau darat yang hampir seperti anak kecil! Aku suka pakaian seperti itu! Aku hanya bisa memilih pakaian seperti itu! Aku tidak bisa membedakan antara pakaian pribadi dan cosplay!! Satu-satunya hal yang kutahu adalah bahwa ini seharusnya bukan pakaian yang dikenakan untuk kencan guna memenangkan hatinya!

Bukannya aku tidak pernah jalan-jalan dengan senpai sebelumnya.

Aku hanya mengenakan pakaian yang kusuka, seperti biasa. Sementara senpai terlihat sedikit kesal, itu menyenangkan.

Tapi hari ini berbeda.

Karena hari ini— aku akan menyatakan perasaanku pada senpai.

Itu sebabnya! Aku harus menahan rasa maluku! Makanya aku minta tolong!!!!

"Aku tidak tahu kenapa kau merasa aneh, tapi karena ini adalah pertunjukan besar temanku untuk seumur hidupnya, aku akan membantumu dengan semua yang kubisa." kata Suzurin. "Aku selalu ingin melakukan sesuatu tentang selera modemu."

“Kau punya masalah dengan itu!? Mereka imut, ‘kan! Jenis ranjau darat!”

"Kalau begitu pakai itu untuk kencan."

Grrr… semua orang begitu cepat jika disuruh berdebat secara logis. Itu sebabnya mereka mengatakan OSIS adalah organisasi yang sangat kaku.

“Yah, baiklah, bukankah itu tidak masalah? Lebih baik punya tujuan daripada hanya sekadar window shopping!”

Yang mengatakan itu adalah Akki, yang bukan anggota OSIS.

“Aku juga bertanya-tanya, 'kenapa senpai suka memakai pakaian anak-anak padahal dia punya tubuh bak model'. Ini tepat waktu, ‘kan??”

“Kau juga membenciku, ‘kan, Akki?”

Aku akan memberitahu kalian, kalian jadi musuh dari semua gadis ranjau darat di dunia.

“Asou-senpai, karena kau tinggi dan langsing, pakaian yang terlihat keren mungkin cocok untukmu.”

“Pakaian untuk kencan mungkin berbeda, Irido-san.”

Dua kouhai, Yumechi dan Ranran, adalah satu-satunya yang mengobrol dengan serius. Kouhai Isana-chan yang lain memotret area itu dengan ponselnya karena suatu alasan. Jelas bahwa dia tipe dalam ruangan, tapi sungguh menakjubkan bagaimana dia bisa berdandan. Di mana dia melatih selera modenya? Apakah itu adalah pendidikan wajib?

"Pertama-tama, kita harus memutuskan arah." kata Suzurin. “Karena kita memilih pakaian untuk kencanmu dengan Hoshibe-senpai, penting bagi kami untuk memilih pakaian yang sesuai… pakaian Hoshibe-senpai hari ini adalah—”

“Dia memakai jaket dan jeans dengan warna dingin~” kata Akki. “Itu pakaian yang aman, tapi karena dia sangat tinggi, apapun terlihat bagus untuknya. Itu luar biasa.”

"Tepat sekali!"

Senpai kami tinggi! Tingginya 187cm! Apa pun akan terlihat keren untuknya!

“Aisa, masih terlalu dini bagimu untuk terlihat seperti pacarnya.”

“Kau harus menunggu sampai pengakuan cintamu berhasil, senpai.”

"…Aku minta maaf."

Ketegangan berayun ke arah yang aneh. Rupanya, aku harus sedikit tenang pada hari titik balik terbesar dalam hidupku ini.

Suzurin dan yang lainnya terus berbagi berbagai pendapat.

“Hoshibe-senpai memakai warna yang lebih lembut, jadi bagaimana dengan warna yang lebih terang?”

“Itu bagus~! Ini musim dingin, jadi warnanya tidak akan terlalu heboh!”

"Celana? Atau Rok?”

"Jika kita berbicara tentang pakaian kencan, itu pasti rok."

"Kakimu bagus, sayang kalau tidak dipamerkan!"

"Ya. Bagaimanapun, lepaskan bantalan itu. ”

“T-tunggu! Jika aku melepasnya, ukuran braku akan…!”

""Mari kita gunakan kesempatan ini untuk membeli satu.""

"Saatnya membeli pakaian dalam pemenangmu untuk berjaga-jaga ..."

Saat mengobrol, kami menemukan toko yang menarik perhatian.

Kami kemudian mengumpulkan barang-barang dari seluruh toko, dan aku pergi ke ruang ganti.

“Oke, aku memakainya~ Bagaimana~?”

Begitu mereka melihatku menarik tirai ke samping, “Ohhh~…” ada banyak suara yang tak terlukiskan.

Bagaimanapun, pakaian yang dikenakan padaku setelah beberapa pilihan adalah blus dengan leher terbuka dan rok lipit yang tepat di atas lutut. Tampilan keseluruhan tampak seperti padu padan seragam sekolah.

Hasilnya adalah,

"Ini…"

"Agak…"

“… Terlihat seperti seorang gal, ‘kan?”

"Ya, seorang gal."

Aku jadi seorang gadis.

Yang harus kulakukan adalah menggantung aksesoris di leher dan pergelangan tanganku, dan membungkus sweter di pinggang, dan itu akan jadi sempurna.

“Pfft.” Ranran menahan tawa.

“Itu terlihat bagus untukmu. Ini seperti dibuat khusus untukmu. Pfft…!”

“Oy kau, apa yang kau tertawakan!? Apakah kau mengatakan kalau aku selalu terlihat seperti seorang otaku, dan sekarang aku terlihat seperti gal cabul!?”

“Kau lebih terlihat seperti gal yang baik pada otaku~! Seorang gal sejati tidak akan memiliki kuncir dua. Bagaimana menurutmu, Higashira-san, karena kau mewakili otaku!?”

“Eh?”

Isana-chan, yang tiba-tiba diminta oleh Akki untuk berbicara, menatapku di ruang ganti, dan untuk beberapa alasan, mengarahkan lensa ponselnya padaku,

“Kurasa begitu… kau seperti gadis yang berpura-pura tidur saat istirahat, tapi kau ingin semua orang berbicara denganmu…”

"Kau lihat? Ini benar-benar hebat, senpai!”

Grrrr…sebagai otaku, aku tahu apa yang dia bicarakan!

“Nnn… tapi…”

"Apakah ada sesuatu yang membuatmu tidak senang?"

“Yah, seolah aku tidak menyampaikan perasaanku yang sebenarnya. Aku ingin membuatnya berpikir 'hari ini sedikit berbeda', tapi kau tahu, aku biasanya tipe orang yang proaktif…”

“Maksudmu kau ingin gap moe?”

"Ya! Itu dia!"

Sejak zaman dahulu, gap moe selalu mampu mengenai celah di hati manusia! Aku yang biasa adalah bayangan. Tidak ada pria yang tidak bisa aku taklukkan! Bahkan senpai yang bodoh itu akan sama, mungkin!

“Kupikir dandanan seperti itu bekerja dengan baik pada mereka yang lebih serius, ‘kan? Seperti katakanlah—”

Seketika, semua mata berkumpul di satu tempat.

“Eh?” “Ueehh!?”

Kutu buku polos Yumechi dan perwakilan dari gadis polos Isana-chan tampak bingung dan gemetar.

“…Hah?”

"…Aku mengerti?"

Mata Suzurin dan Akki berbinar karena penasaran.

Fufufu…… ini dia. Mari jadi liar!!!

 

Mizuto Irido – Otaku biasanya bias saat menghadapi Gal (bias)

 

“Halo~! Apakah kalian dari sekitar sini?”

"Tidak maaf."

Beberapa wanita memekik menjauh, tapi Hoshibe-senpai dengan lembut melambaikan tangan pada mereka.

Itu adalah kelompok wanita kedua yang mencoba merayu kami sejak kami memasuki pusat perbelanjaan ini dan berpisah dari para gadis. Aku belajar untuk pertama kalinya hari ini bahwa reverse perayu benar-benar ada, tapi sungguh menakjubkan bagaimana aku bisa melihatnya dua kali dalam satu hari.

Kurasa kami benar-benar menarik perhatian, atau lebih tepatnya, pada gadis-gadis itu, tinggi badan Hoshibe-senpai. Buktinya adalah Hoshibe-senpai, yang dirayu, begitu tenang saat dia menolak pendekatan mereka.

"Maaf untuk menyerahkannya padamu, senpai ..."

Kogure Kawanami, biasanya yang paling gaduh dan suka bercanda, akan bersembunyi di balik Hoshibe-senpai untuk beberapa alasan setiap kali seorang wanita mendekat. Apakah hanya aku, atau dia memang terlihat pucat?

“Ah~? Tidak apa-apa. Serahkan pada seniormu di sini. Aku heran, Kawanami. Kau tidak pandai berurusan dengan wanita, ya? ”

"Tidak, yah, tidak masalah jika mereka hanya berbicara denganku ..."

Ini adalah orang yang sama yang pernah berkata bahwa cinta harus dilihat dan tidak lakukan. Apakah itu menyiratkan kalau dia membenci kerumitan dirayu itu sendiri?

Jika begitu, dia seharusnya tidak berpisah dari gadis-gadis itu. Ada enam dari mereka, jadi tidak ada yang akan benar-benar mencoba berbicara dengannya…

“Ha-halo~….”

“Kau sangat manis~! Dimana kau tinggal~? Apa akun LINEmu~?”

Aku menghela nafas begitu mendengar suara-suara itu ditujukan kepadaku.

Oy oy. Apa yang sedang terjadi? Ada apa dengan keamanan Kobe?

Aku melihat ke belakang, bertanya-tanya idiot mana yang merusak keamanan Jepang—

“A-Aha…ahaha…h-halo~…”

“Bukankah kau Mizuto-kun! Aku takut~! Apakah kau punya LINE~?”

Aku bertanya-tanya dari mana orang-orang idiot ini berasal, tapi ini adalah orang-orang idiot yang kukenal.

Ada seorang idiot yang penampilannya sama putus asanya dengan kondisi mentalnya, dan seorang idiot hanya akan tahu bagaimana mengatakan 'apakah kau punya LINE' ketika merayu seseorang.

Mereka berdua memiliki dada terbuka, rok pendek, dan penampilan tertutup mereka sama sekali tidak terlihat. Tapi karena sifat mereka yang pemalu dan cara mereka menggoda yang salah, sifat asli mereka terlihat.

Dua orang pendiam mencoba meniru gal.

Yume Irido dan Isana Higashira.

“Apa yang kalian lakukan…?”

"U-uuuuu…! Menakutkan! Gadis-gadis yang bersemangat benar-benar menakutkan…!”

“Tidak terlalu buruk ya~, ini seperti cosplay ya~!! Ini sangat mengasyikkan ya~!”

Kenapa seseorang berpikir kalau mengakhiri kalimatnya dengan 'ya' akan membuatnya jadi seorang gal?

Aku melihat ke belakang para idiot dan menemukan sekelompok gadis tertawa histeris. Aku agak mengerti apa yang sedang terjadi.

"…Jadi? Apa yang harus dilakukan agar permainan hukuman ini berakhir?”

“I-Ini sebenarnya bukan permainan hukuman, tapi…”

“Itu akan segera berakhir ketika Mizuto-kun jatuh cinta! Bersatu!"

Isana berteriak seolah dia menyerangku, dia menempel di lenganku.

Ploop, seluruh lenganku diliputi perasaan yang lembut dan mudah berubah. Isana meletakkan dagunya di bahuku "Nishishi" sambil menyeringai.

“Gal biasanya bertingkah seperti mereka dekat denganmu. Mereka tidak peduli jika payudara mereka menyentuhmu.”

“Jangan menyebarkan bias seperti itu.”

Sejak awal, kau tidak bertindak jauh berbeda dari biasanya.

“Yume-san juga, jangan malu-malu.”

“Ehh!? Aku juga?"

“Jadilah gal yang sebenarnya! Bertindak tak tahu malu untuk saat ini!”

Tidak, tunggu, tunggu. Ini benar-benar buruk—

“—Aku…Aku menger, ti…!”

Aku tidak punya waktu untuk menghentikannya.

Yume tampak bertekad saat dia dengan ragu-ragu mengambil lenganku yang lain di seberang Isana— ayo pergi , dia seolah berkata begitu sambil meletakkan seluruh berat tubuhnya di atasnya.

Pada saat itu, lengan atasku tertutup semua, dan meskipun tidak mudah berubah seperti Isana, itu cukup kenyal, dan percikan terbang melalui otakku.

Dari dekat, di mana aku bisa merasakan napasnya, Yume menatap mataku, seolah memohon sambil berkata,

"…Bagaimana ini?"

Bagaimana ... katamu, tapi.

“N-Ngomong-ngomong… ini memalukan.”

Ini bukan sesuatu yang harusnya dilakukan di siang hari bolong. Aku gelisah melihat begitu banyak pejalan kaki yang penasaran melihat kami. Pada saat yang sama, aku nyaris tidak berhasil menahan kemungkinan otakku tidak berfungsi …

Yume dengan cepat tersipu seolah dia juga mengerti apa yang ingin kukatakan.

“A-aku rasa, maaf…!”

Dia segera melepasnya.

Aku merasa lega saat lengan kananku kehilangan kehangatan Yume, namun pada saat yang sama, aku merasa sedikit kesepian…

“Nihihi.” Sementara itu, Isana, yang masih menempel di lengan kiriku, tertawa.

“Kurasa kekuatan galku lebih baik. Gal tidak memiliki akal sehat untuk peduli tentang bagaimana orang lain memandang mereka, dan tidak merasa malu sama sekali.”

“Kau juga, menjauhlah dariku. Dan berhenti menyebarkan biasmu sendiri.”

“Aduh!”

Tangan kananku yang terlepas mendorong Isana menjauh, dan dia terlepas begitu saja. Serius, kebanyakan gal akan memiliki akal sehat lebih dari dia.

Haa, aku menghela nafas, dan membiarkan panas keluar dari kepalaku.

Astaga… para pria berperilaku sangat baik, tapi kelompok gadis ini sangat gila.

Aku melirik Yume, yang pakaian tertutupnya berubah 180 derajat daripada biasanya.

—Kau tahu kita akan kembali ke rumah yang sama besok, ‘kan?

Seperti, bahkan jika kau menahannya hari ini...Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok, bodoh.

 

Isana Higashira - Harus naik ombak besar ini

 

“Mm~n…”

Sesuatu tampak aneh.

Aku menyeruput udonku sambil melihat suasana di meja.

Mizuto-kun ada di sebelahku, memakan yakisobanya dengan tatapan muramnya yang biasa, tapi sepertinya dia lebih jarang melihat ke depan daripada biasanya. seperti biasa. Tepat di depannya adalah arah yang tidak ingin dia lihat, Yume-san, yang sedang mengobrol dengan Minami-san di sebelahnya, tidak berbicara dengan Mizuto-kun sama sekali.

Sepertinya ada jarak antara keduanya.

Aku sebenarnya mencoba membantu dengan meninggalkan tempat duduk di sebelah Mizuto-kun di meja, tapi Yume-san begitu saja duduk di seberangnya tanpa melihat.

Yah, jauh lebih baik baginya untuk duduk di seberangnya, tapi dari ingatanku yang kabur, aku ingat kalau Mizuto-kun duduk di sebelah Yume-san di tempat merendam kaki.

Jarang sekali Mizuto-kun mendapat kesempatan untuk melakukan perjalanan dengan Yume-san, tapi aku tidak bisa merasakan kalau dia yang mengambil inisiatif. Sebenarnya, aku bukan anak kecil yang harus diawasi 24/7.

Dibandingkan dengan itu, aku sangat menghargai sikap proaktif senpai.

Beberapa saat yang lalu, dia mengenakan pakaian yang dipilih semua orang untuknya, dan dia pergi ke tempat pertemuan. Punggungnya tampak seperti seorang pejuang ketika dia pergi dengan tekad. Aku mengagumi itu, berpikir bahwa itu adalah punggung seorang gadis yang telah memutuskan untuk menembak.

…Ah, aku mungkin terdengar seperti orang luar, tapi aku juga pernah menembak Mizuto-kun sebelumnya. Apakah aku terlihat seperti itu saat itu juga?

Yah, Mizuto-kun dan Yume-san sedang memperbaiki hubungan lagi, jadi itu tidak akan semudah itu. Karena mereka tinggal seatap—mungkin tidak mungkin bagi mereka untuk jadi teman seperti kami.

Bagiku, jika pengakuan cintaku tidak ditolak, dan jika kami pacaran sebelum sesuatu terjadi yang mengakibatkan perpisahan dan berakhir seperti ini—ya, kukira itu masih akan terasa canggung.

Ngomong-ngomong, sungguh menakjubkan keduanya bisa tetap jadi saudara tiri.

Jika itu aku, aku akan mengunci diri di kamar dan tidak keluar, atau aku akan menjalani kehidupan dengan dorongan seksku yang berlebihan, ya, pasti.

Aku menyelesaikan makan siangku sambil memikirkan hal itu, dan semua orang berdiri untuk meninggalkan food court.

“Akatsuki-san, kemana kau akan pergi sore ini?”

"Ah maaf. Aku punya beberapa hal khusus untuk dilakukan sore ini~”

“Eh?”

Tiba-tiba, ada pergantian peristiwa yang tidak terduga.

Minami-san dengan cepat menempel ke lengan pria sembrono itu (Kawanami apa lah itu) dan langsung mengatakan itu.

“Baiklah, kalau begitu kami akan berkencan! Sampai jumpa malam ini~!”

"Hah!? Tidak, oi!!”

Minami-san menyeret pria sembrono yang bingung itu dan menghilang ke kerumunan.

Yume dan aku hanya melihat, ternganga.

"Aku bertanya-tanya ketika aku mendengar mereka adalah teman masa kecil ..."

“K-kapan mereka…”

Dia berhubungan baik dengan Minami-san, namun dia menyebut dirinya pengamat cinta atau semacamnya. Benar-benar tak termaafkan. Orang-orang sembrono harus mati.

"…Ada apa?"

Mizuto-kun terlihat agak bingung.

Empat dari sepuluh siswa pergi untuk kencan mereka. Ini diatur oleh OSIS, tapi ini perjalanan yang tidak disiplin. Sebenarnya, akan lebih aneh jika mereka tidak berkencan—

“Mm.”

Aku punya ide.

Mari kita ikuti arus.

"Mizuto-kun."

“Hm?”

Aku menarik ujung baju Mizuto-kun, berkata.

“Ayo kencan juga!”

"…Hah?"

“Dengan Yume-san, kita bertiga!”

""...Huuuh?""

 

Tōdō Hoshibe - Penyamaranku yang sebenarnya

 

Aku tiba di tempat pertemuan yang telah disepakati, patung jerapah yang sangat besar, dan menemukannya sudah menunggu di sana, mengutak-atik poninya dengan gelisah.

Untuk sesaat, aku bingung dengan pakaiannya yang benar-benar berbeda dari sebelumnya…

Dia mengenakan sweter rajut longgar dan rok ketat tepat di atas lututnya—dan dia memakai celana ketat di kakinya, mungkin karena dingin di luar. Kesan kekanak-kanakan yang sebelumnya telah hilang, dan yang tersisa adalah sikap tenang seperti orang dewasa.

Dia mungkin pergi berbelanja dengan gadis-gadis itu dan memakai pakaian yang dia beli sekarang. Kurenai mungkin mengkritik pakaiannya yang bergaya ranjau darat dan memaksanya untuk membeli ini—

"…Yo."

Aku dengan lembut melambai dan memanggilnya, dan dia mengangkat tas tangannya dari lututnya…

“Senpie—”

Jelas sekali dia menggigit lidahnya.

Setelah membeku sejenak, "T-Tolong tunggu." Dia berkata, dan berbalik dari arahku.

“Fiuh…hah….”

Dia mengangkat bahunya beberapa kali.

Dan kemudian, dia berbalik menghadapku lagi, melirik dengan senyum nakal.

“Senpai! Kau terlambat, kau tahu? Poin minus karena membuat seorang gadis menunggu.”

Aku tidak tahu bagaimana dia bisa terus seperti ini setelah apa yang terjadi barusan. Serius, aku terkesan.

“Kau hanya sedikit lebih dekat ke pintu masuk, ‘kan? Kita berada di pusat perbelanjaan yang sama.”

“Oh, membuat alasan sekarang? Kurangi 1 poin.”

“Ngomong-ngomong, kenapa kau yang memberi poin? Bisakah aku memberimu poin??”

"Baiklah kalau begitu. Berikan poin kalau begitu. Berapa poin yang didapat Aisa hari ini, senpai??”

Asou menunjukkan penampilan yang sangat percaya diri saat dia meletakkan tasnya di belakangnya.

Ahh, jadi begitu… dia ingin dipuji untuk pakaiannya hari ini.

Pakaian membuat seseorang… terlalu klise untuk mengatakan itu. Baiklah kalau begitu—

“Ranjau darat tidak dapat dideteksi.”

“Pujian macam apa itu!?”

Syukurlah dia telah membersihkan penampilan ranjau daratnya—itulah pujian yang kudapatkan. Dengan riasan ini, tidak ada yang akan menganggap dia adalah monster yang mencari pengakuan.

Asou sengaja cemberut (kukira ranjau darat dari gerakannya belum dibersihkan) dan mengambil langkah lebih dekat ke aku.

“Apakah kau tidak memperhatikan? Ada konsep untuk pakaian seperti itu—…”

"Ah? Bagaimana mungkin aku tahu—?"

… Tidak, tunggu?

Sekarang dia menyebutkannya, kuperhatikan. Sesuatu tampak tidak aktif. Apa? Aku melihatnya di majalah atau semacamnya. Sweater rajutan cokelat, rok ketat biru—

Ah.

Warnanya sama dengan kemeja dan jeans yang kukenakan hari ini, ya?

"Fufu, apakah kau memperhatikannya?"

Asou tersenyum dan menuju sampingku.

"Pakaian yang serasi, kau tahu, senpai?"

"Itu beberapa jenis pelecehan baru?"

“Kasar sekali~ Lagi pula, warna jaketnya berbeda dengan milikmu, tahu? Kau tidak akan menyukainya jika itu terlalu disengaja ~. ”

“Ah, aku mengerti. Kau hanya menutupi bajumu dengan jaket di depan, ya? ”

"Ini adalah rahasia pasangan, kau tahu, senpai?"

“Lagipula kau tidak akan membiarkanku kabur, ‘kan!?”

Bahu Asou bergetar saat dia terkikik.

Ya ampun, dia membeli baju baru hanya untuk ini? Itu tidak murah untuk seorang pelajar...

—Aku serius.

Kenapa?

Suara serius yang kudengar kemarin muncul di benakku.

“Senpai.”

Asou berkata dengan nada yang tidak bisa kupahami apakah itu bercanda atau serius.

“Kau memiliki seorang gadis yang menyerah pada kebiasaannya yang biasa dan bekerja keras untuk berada di sisimu, kau tahu? …Tidakkah kau merasa pujian itu tidak cukup??”

…Sial.

Aku tidak bisa benar-benar menjelek-jelekkan seseorang yang menghabiskan tenaga dan uang.

“Terlihat bagus untukmu. Tidak bisakah kau berdandan seperti ini biasanya?”

“……!!”

Asou tiba-tiba menutup mulutnya dengan tangannya.

"Ada apa?"

"Tidak…"

Matanya goyah, dan dia berbalik untuk menyembunyikan ekspresinya.

“Aku hanya… lebih bahagia dari yang aku harapkan.”

Ada kegembiraan merembes dalam suaranya, dan jauh lebih sedikit godaan.

—Aku serius.

Suara kemarin bergema di pikiranku sekali lagi.

 

Kogure Kawanami - Memulai Terapi

 

“—Oi! Oi tunggu!”

Akatsuki, menarik lenganku kuat-kuat, akhirnya menatapku lagi setelah Irido dan yang lainnya tidak lagi terlihat.

“Hm? Apa?"

“Jangan katakan apa padaku! Apa maksudmu dengan kencan!? Aku belum pernah mendengar tentang ini! ”

“Karena aku tidak pernah mengatakannya.”

Nihi, Akatsuki tertawa cekikikan.

“Eh? Kau membenci itu? Kejutan!"

“Ini bukan kejutan. Itu disebut memaksa, oke?”

Ya ampun. Apa yang akan terjadi jika Higashira mengambil kesempatan untuk melakukan sesuatu pada Irido? Rasanya Irido bersaudara agak menjaga jarak hari ini…

“Ya ampun, jangan terlalu tegang. Kau harus memberi mereka kesempatan.”

"Hah? Kesempatan?"

“Asou-senpai akan berkencan, dan kemudian kita, jadi bukankah yang lain akan mengikuti~?”

“……!”

Apakah dia benar-benar mengatakan kencan ini hanya untuk itu...?

Akatsuki memeluk lenganku dengan kuat.

“Yah, memang benar aku ingin berkencan denganmu.”

"…Tunggu—…"

"Apa yang akan kau lakukan jika aku berkata begitu?"

Ruam yang mulai muncul ke permukaan dengan cepat diredakan oleh senyum menjengkelkan Akatsuki.

Dia berkata begitu, tunggu…jadi yang mana itu!?

“Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Jangan khawatir. Aku akan memastikan kai akan terbiasa perlahan-lahan. ”

“Perlahan, apa-apaan…?”

Apakah dia berbicara tentang terapi paparan itu...?

Akatsuki tidak menjawab pertanyaanku, hanya tersenyum penuh arti.

"Bisakah kita pergi? Sudah lama kita tidak berkencan, jadi mari kita nikmati ini, Kawanami.”

Dia tidak memanggilku 'Kokkun' sebagai teman masa kecilnya, tapi 'Kawanami', menunjukkan sedikit jarak, dan itu membuatku sedikit lega.

Tapi juga jelas kalau kelegaan ini merupakan balasan yang hebat di benakku.

 

Yume Irido - Pengecut Tidak Dikenal

 

"Ah! Lihat di sana, Mizuto-kun! Itu itu, itu!!”

"Itu?"

"Itu! Di situlah kau bisa meletakkan kakimu ketika melihat ke laut!”

“…Itu bukan pijakan kaki. Itu untuk mengikat tali dan memarkir perahu.”

“Eh!? Ini pertama kalinya aku mendengar itu…”

Aku memperhatikan mereka dari belakang saat Higashira-san menginjak gundukan yang rata di dermaga, sementara Mizuto berdiri di sampingnya, memastikan dia tidak jatuh ke laut.

“A-Apa yang harus kulakukan…? aku tidak bisa bicara…”

Higashira-san memberiku kesempatan untuk berbicara…dan bahkan sebelumnya, kami bertiga pergi ke toko buku di mall dan banyak mengobrol, tapi aku hanya bisa berbicara dengan Higashira-san…

Bahkan aku menyadari kalau aku terlalu memikirkan tentang itu! Kami hanya saling menyentuh tangan, dengan cara yang sedikit cabul! Maksudku, dulu saat SMP, aku bahkan pergi ke kamarnya, menantikan pengalaman pertama kalinya!

Aku pada dasarnya mundur jadi anak-anak, lebih buruk dari seorang siswi SD. Ini adalah regresi cinta untuk seorang balita ...

Kenapa aku begitu sadar akan hal itu? Bukankah kami selalu bersama? Ada seratus satu kesempatan untuk melakukannya, ‘kan? Atau karena aku melihat Mizuto telanjang di kamar mandi tempo hari?

…Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti sama sekali.

Sejak aku menyukainya, sejak aku ingin pacaran dengannya, aku bisa saja sedikit lebih percaya diri dalam merayunya—melihat bagaimana Ketua mendorong seseorang sambil mengenakan kostum kelinci...tidak, cara dia mencoba merayu seseorang sangat luar biasa, pikirku.

Aku benar-benar iri pada Asou-senpai,…dia memiliki hati yang tidak akan menyerah tidak peduli bagaimana Hoshibe-senpai mengusirnya.

Tidakkah dia pikir itu menakutkan?

Aku takut. Aku takut sebelum aku mulai pacaran dengan Mizuto. Aku selalu takut bahwa Irido-kun akan membenciku karena beberapa komentar kecil ketika kami bertemu selama liburan musim panas, selalu.

Bahkan sekarang, ya. Aku takut. Aku takut…tapi itu bukan karena aku takut dibenci olehnya. Sudah pasti kalau aku dibenci untuk sesuatu yang terjadi dulu.

Jadi apa yang harus ditakuti?

Pada saat ini, apa yang aku lewatkan—

“Yume-san, Yume-san.”

Aku tenggelam dalam pikiranku ketika Higashira-san memanggilku.

Dengan satu tangan, Higashira-san menahan rambutnya yang acak-acakan oleh angin laut, dan yang lainnya menunjuk ke suatu tempat.

"Haruskah kita naik itu?"

“Eh?”

Ada bianglala besar yang ditunjuk oleh Higashira-san.

 

Suzuri Kurenai - Ketua OSIS adalah yang paling tidak disiplin

 

A-Apa yang harus kulakukan? aku tidak bisa berbicara dengannya…

Ketika Yume-kun dan yang lainnya berkencan, hasilnya aku pergi ke jalan Ijinkan dengan kelompok yang sama—Ran-kun, Joe dan aku—dan kami memutuskan untuk terus berjalan.

Dengan kata lain, ini adalah kesempatan besar.

Tidak ada kesempatan yang lebih baik untuk meminta maaf karena kabur tadi malam.

“Woah…itu luar biasa, Ketua! Ini pertama kalinya aku melihat kapal pesiar mewah!”

Tubuh mungil Ran-kun menengadah ke kapal pesiar yang menjulang tinggi yang sedang merapat.

Karena jarang bagi kami berada dekat dengan laut, kupikir itu akan menarik, dan kami berjalan-jalan di pelabuhan… mungkin ini pertama kalinya Ran-kun di pelabuhan, dan dia melihat sekeliling dengan rasa ingin tahu, merasa tersentuh saat dia berbicara denganku.

Sebagai seorang senpai, aku senang dipuja oleh seorang kouhai, tapi aku benar-benar kehilangan kesempatan untuk berbicara dengan Joe. Seperti biasa, Joe telah menyatu dengan latar belakang sepenuhnya. Bagi orang yang lewat, yang mereka lihat mungkin hanya dua gadis SMA, Ran-kun dan aku.

Mungkin seharusnya ada kesempatan bagi kami untuk mengobrol sejenak seperti sebelumnya… tapi sayangnya, tidak ada kesempatan sama sekali.

Kapan aku bisa bicara…! Lagi pula, alasan apa yang harus aku berikan…!

Semakin aku memikirkannya, semakin aku terjebak di pasir hisap, dan aku mulai merasa seperti menghindari Joe..

“Ngomong-ngomong… aku dari tadi berpikir…”

Ran-kun berkata sambil melihat sekeliling.

“Berjalan di sini mengingatkanku pada Sungai Kamo. Kenapa pasangan menyukai tempat di mana ada air?”

Memang, aku bisa melihat beberapa pasangan pria dan wanita berserakan. Tidak heran karena Harborland adalah salah satu tempat paling populer di Kobe. Namun, tidak hanya ada pasangan, tapi juga keluarga dan pelajar seperti kami, jadi bukan berarti mereka semua adalah pasangan.

“Bukan hanya pasangan, manusia menyukai tepi sungai. Bukankah empat peradaban besar berkembang di sekitar sungai?”

“…Dan aku hanya memperhatikan para pasangan? Mungkin karena apa yang kulihat tadi malam…”

"Apa yang kau lihat tadi malam?"

“Mizuto Irido.”

Ran-kun berkata dengan dengki.

“Mizuto Irido sedang menggoda Higashira-san di penginapan tadi malam. Mereka menyentuh wajah satu sama lain dan saling berpelukan, mendorong dada mereka ke satu sama lain...sepertinya, di tempat umum seperti itu...!”

Oh? Aku ingat mereka berdua. Mereka begitu akrab hingga orang akan menganggap mereka pacaran—hm? Lalu bagaimana dengan Yume-kun? Dalam pandangan Joe, itu bukan cinta segitiga…

“Itu membuat iri. Apakah mereka begitu bersemangat hingga mereka tidak memperhatikan sekeliling mereka?”

“Apa yang kau bicarakan, Ketua! Itu satu hal jika mereka berada di sebuah ruangan, tapi mereka berada di ruang tunggu di mana siapa pun bisa masuk! Aku tidak berpikir manusia rasional mana pun akan saling menggoda secara terbuka di tempat di mana siapa pun bisa masuk kapan saja! ”

“…………”

Benar sekali.

Manusia rasional seharusnya tidak mengenakan kostum kelinci untuk menggoda anak laki-laki di tempat yang bisa dimasuki siapa pun pada saat tertentu, apalagi memojokkannya.

“Aku hanya membenci itu! Bagaimana bisa seseorang seperti dia berakhir di peringkat kedua di angkatan kami! Dia terlihat sangat polos, tapi dia benar-benar binatang buas di dalam! Dia orang mesum yang suka mempermalukan gadis-gadis!”

Aku minta maaf.

Aku sangat menyesal telah jadi orang cabul yang senang memberitahu seorang anak laki-laki tentang fetishnya.

“Kuharap dia bisa lebih sadar sebagai perwakilan siswa dengan nilai bagus, dan bertindak dengan lebih moderat dan menilai dengan lebih baik segala sesuatunya! Sama sepertimu, ketua!”

“…..Begitu ya.”

Aku akan berhati-hati. Moderat dan penilaian yang baik adalah kuncinya.

 

Tōdō Hoshibe - Pertanda akan sia-sia jika tidak diperhatikan

 

Restoran yang Asou periksa sebelumnya adalah restoran mewah dengan teras terbuka yang menghadap ke laut.

“Sangat berbeda saat benar-benar mengalaminya sendiri~!”

"Oh ya. Agak menakutkan bagi dua siswa SMA untuk datang ke sini. ”

“Aku memeriksanya di internet. Pemandangan di sini benar-benar cantik di malam hari. Karena rasanya seperti itu bersulang di matamu!”

“Bukankah itu seharusnya kalimatku?”

“Kalau begitu katakan.”

“Itu sangat murahan.”

"Itu sebabnya itu lucu!"

Kami menerima makan siang yang disajikan kepada kami saat kami mengobrol tentang hal-hal sepele ...

“Jangan katakan itu. Maksudku, bukankah orang mengatakan kalau orang harus melamar di restoran yang memiliki pemandangan malam?”

“Ahh, jadi kau orang yang seperti itu?”

“Bias macam apa yang kau miliki tentang Aisa?”

“Kurasa kau mungkin mengagumi adegan manga shoujo bahkan di usiamu.”

“Itu penghinaan terbesar bagi gadis! …Yah, aku tidak bisa mengatakan kalau aku tidak mengaguminya.”

"Jadi? Lalu, kau tipe orang yang ingin bersulang di matanya? Ayo, bersulang. ”

“Hei, jangan bawa gelasmu ke mataku. Apa gunanya melakukan Itu!? Secara fisik?”

"Dan kemudian? Apa yang akan kau katakan tentang melamar?”

“Sekarang aku berada di sebuah restoran di mana aku bisa melihat pemandangan malam—ini bukan malam… tapi kurasa memalukan untuk melamar di tempat dengan begitu banyak orang.”

"Jadi kau memesan ruangan pribadi?"

“Bagaimanapun juga, rumah adalah yang terbaik! Rumah! Hidup bersama selama tahun ketiga, keduanya beristirahat di ruang tamu, mengatakan 'kita harus menikah ‘kan~', 'nn, baiklah~', seperti, bukankah itu terdengar bagus!?”

“Yah, bukannya aku tidak mengerti…”

"Ada apa dengan penjelasanmu yang tidak jelas itu ..."

"Aku punya firasat kau hanya ingin kejutan pada akhirnya."

"Kejutan!? Apa maksudmu Aisa akan melamarmu secara tiba-tiba seperti flash mob!? Kasar sekali!"

[TL Note: flash mob, orang yang akan melakukan sesuatu hal tertentu dengan cepat dan singkat.]

“Kau yang kasar. Minta maaf kepada semua flash mob di luar sana.”

“…Tapi, senpai?”

"Ah? Kenapa tersenyum?”

“Bukankah kau baru saja berbicara tentang melamar Aisa? Aisa memang mengatakan sesuatu seperti 'Aku sangat menantikan lamaran pernikahan seperti itu~', tapi kau tidak pernah bertanya tentang apa rencana lamaran di masa depan itu?”

"Anggap saja seolah-olah aku sedang berbicara tentang melamar wanita lain."

"Aku akan marah!"

“Kupikir begitu.”

Kurasa aku sudah terbiasa. Pada dasarnya aku bisa merespons dengan insting melawan pelecehannya yang menjengkelkan.

Dan karena itu adalah insting refleks... Aku tidak pernah memikirkan wanita lain..

“…Tapi yah, pemandangan malamnya masih bagus, ‘kan?”

Asou kagum saat dia menatap Pelabuhan Kobe di bawah langit yang cerah ini.

“Agak memalukan jika semua orang melihat…tapi jika hanya kita berdua, akan sangat luar biasa jika aku bisa melihat pemandangan malam yang indah itu.”

"…sangat luar biasa? Apa yang sangat luar biasa?”

“Menurutmu apa itu?”

Asou tertawa, sedikit tidak jelas.

Aku merasakan bayangan itu dengan mantap diletakkan, namun aku berpura-pura bodoh pada apa yang terjadi.

 

Kogure Kawanami - Proses perawatan throttle penuh

 

“Sedikit lebih dekat~!”

Akatsuki menarikku, dan kemudian ada suara jepretan yang kudengar dari ponsel.

"Luar biasa! Fotonya kita bagus! Bata merah itu memang bagus!”

Kami tiba di gudang batu bata di selatan Harborland. Itu telah diubah menjadi kafe mewah.

Akatsuki dengan senang hati menunjukkan foto-foto yang diambilnya di depan gudang batu bata yang telah lapuk selama bertahun-tahun.

"Lihat! Ini seperti halaman sampul Conan!”

Yah begitulah. Akan sempurna jika kami mengenakan cosplay Holmes seperti saat di Jalan Ijinkan.

“..Kau benar-benar mengambil foto kita. Apakah kau ingin memamerkan foto-foto itu atau semacamnya?”

Akatsuki dan aku ada di foto, dan dari sudut ini, kami terlihat sangat dekat seperti sepasang kekasih. Jika ini ditunjukkan kepada orang lain, itu hanya pengulangan dari apa yang terjadi selama kemah belajar.

“Tidak ada yang salah dengan itu, ‘kan? Aku akan membawanya pulang dan melihatnya sendiri. ”

"Kau sendiri?"

“Seperti, aku paling bahagia pada saat-saat seperti ini. Benar?"

Akatsuki memiringkan kepalanya, tahu betul kalau sikap kekanak-kanakan itu sangat cocok untuknya. Ya, itu disengaja. Jika dia mengira dia akan membuatku bingung dengan tindakan kecil itu, itu salah besar.

“…Bukan berarti tidak. Aku hanya ingin tahu karena kau biasanya tidak akan mengambil foto makananmu, kapan Kau mengubah filosofimu?”

“Aku tidak peduli dengan foto makanan, tapi aku ingin foto Kawanami sebanyak mungkin.”

“… Ugh.”

Aku merasa ruam mulai menutupi lenganku.

Dia ingin itu sebanyak yang dia bisa. Kami telah begitu sering melihat wajah satu sama lain hingga kami muak, dan pada saat ini, satu atau dua foto ...

Aku tidak bisa berkata apa-apa, dan Akatsuki menyeringai padaku, berkata,

“Tahan itu. Tahan itu. Lihat, aku tidak akan melakukan apa-apa, ‘kan??”

Dia melambaikan tangannya di depanku. Dia pada dasarnya menunjukkan kalau dia tidak akan melakukan sesuatu yang mesum.

Dia tidak akan melakukan apa-apa... ya, dia tidak menyentuhku. Dia tidak menyuapiku, memandikanku, atau bahkan pergi ke toilet denganku ... ya, tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu ditakuti…

Setelah meluangkan waktu untuk mengatur napas, ruam itu mereda.

"Bagus. Perkembangannya baik?”

Melihat aku merasa lebih baik, Akatsuki mengangguk puas.

“…Apakah kau serius akan menyembuhkanku seperti ini…?”

“Karena kau tidak takut padaku, bukankah yang lainnya mudah? Tidak ada yang lebih gila dariku sekarang.”

"Jangan bertindak begitu sekarang."

“Heh heh heh.”

Ahh, ya, secara mengejutkan, aku bisa menahan ini setelah mencobanya.

Aku merasa kalau alergiku tidak menakutkan pada saat ini seperti ketika aku benar-benar menghindari niat baik dari para gadis ...

"Bagaimanapun, ini adalah prosedur medis!"

Akatsuki membungkus lengannya di lenganku yang baru saja dibersihkan dari ruam.

“Aku melakukan ini untuk menyembuhkanmu! Jangan salah paham!”

“Sikap tsundere benar-benar tidak cocok untukmu. Aku tidak akan muntah.”

“Fuf. Silakan dan balas semua yang kau inginkan untuk saat ini. ”

Akatsuki tiba-tiba membungkuk, mendekatkan mulutnya ke telingaku, dan bergumam sambil meniup.

“(Aku akan mencintaimu hari ini sampai kau tidak bisa berdiri. Apakah kau siap?)”

Sebuah getaran mengalir di tulang belakangku.

Aku tidak tahu apakah itu karena kecemasan atau sesuatu yang lain—

“—Poof—♥!”

“Woargh?”

“Ahahaha!! Apakah kau takut? Kau takut, 'kan?"

Ini pasti sesuatu yang lain. Siapa yang benar-benar akan meniup telinga orang?

 

Mizuto Irido - Jika mulai bau, tutup dengan penutup

 

Aku, Isana, dan Yume memasuki gondola untuk empat orang secara berurutan.

Aku duduk, dan Isana duduk di kursi tengah di seberangku..

“Eh? Tunggu, …Higashira-san?”

Kalau begitu, Yume tidak akan bisa duduk di sebelah Isana.

Yume berdiri di sana, tampak bermasalah, dan Isana menyeringai,

“Yume-san, tolong duduk di sana~”

...Ada apa dengan ekspresi 'dia memakan umpannya' di wajahnya...

Yume melihat bolak-balik ke arahku dan Isana, tapi pintu gondola tertutup pada saat itu, dan gondola itu sendiri mulai bergerak.

"Oy, tidak aman untuk tetap berdiri."

Aku tidak punya pilihan selain berkomentar, “Y-ya…”, yang dibalas Yume begitu dan duduk di sebelahku.

Pemandangan di luar jendela perlahan mendekati langit.

Pemandangan melampaui gedung-gedung, dan kami bisa melihat pelabuhan Kobe sepenuhnya di bawah kami. Sebuah kapal pesiar putih sedang melintasi laut.

…Meskipun pemandangan ini tepat di depan mataku, perhatianku tertuju pada pemandangan di seberang jendela..

Situasi aku yang duduk di sebelah Yume ini pasti mengingatkanku pada kejadian di tempat merendam kaki kemarin.

Sebenarnya, itu benar-benar sepele. Kami hanya saling menyentuh jari kami. Kami tidak berciuman, kami tidak menyentuh pantat atau dada, tapi kenapa ingatan itu begitu menguasai pikiranku?

Saat kami pacaran, berpegangan tangan adalah hal yang biasa. Bergandengan tangan, berpelukan, berciuman, semuanya adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Namun—ya.

Aku tidak ingat menunjukkan keinginanku secara terang-terangan seperti kemarin.

Saat kami kencan, saat kami saling menyentuh, kami pada dasarnya menghubungkan hati kami. Aku harus mengatakan kami saling membuka hati kami satu sama lain, saling mengizinkan masuk, saling mengizinkan untuk menyentuh.

Tapi ... kemarin, itu.

Keinginan—atau lebih tepatnya, insting. Itu adalah sesuatu yang tersembunyi jauh di lubuk hati, naluri yang disebut kebinatangan.

Itu adalah sesuatu yang seharusnya tidak pernah ditunjukkan kepada orang lain.

Aku mengenali keberadaan itu. Yume dan aku mengenali keberadaan itu. Dan kemudian—

Aku mengizinkan kebinatangan Yume, dan Yume mengizinkan kebinatanganku. Itu adalah hal jorok yang menyamar sebagai kewarasan.

Itu hanya tindakan menyentuh tangan yang sederhana, tapi fakta kalau kami membiarkan itu terjadi menyebabkan hati kami runtuh …

Ah, terserahlah—pikirku.

Aku menyerah… menahan diri.

Itu mungkin yang… aku takutkan.

“Yay~! Tinggi sekali~!”

Isana, tidak menyadari apa yang sedang terjadi, bersorak ke kejauhan saat dia melihat ke luar jendela.

“Ini akan terlihat sangat indah di malam hari, ‘kan!? Kita datang terlalu awal, ya?”

“…Bukankah orang hanya naik bianglala di malam hari jika mereka ingin menembak atau semacamnya?”

Itu benar-benar berbahaya. Jika malam adalah satu-satunya sumber cahaya, dan jika kita berada di ruangan terkunci yang benar-benar gelap—aku tidak akan memiliki kepercayaan diri untuk berpikir kalau kami tidak akan bersentuhan.

“Oh, begitu~. Lalu, apakah senpai itu akan menembak di sini?”

“Hm? Senpai yang mana?”

"…Huh? Bolehkah aku menyebutkan tentang itu, Yume-san?”

Yume tersenyum masam.

“Tidak apa-apa, kurasa? Peristiwa penting Asou-senpai dan Hoshibe-senpai mungkin sudah selesai setelah kita bertemu dengan mereka.”

Asou-senpai dan Hoshibe-senpai... ah, mereka berdua. Yah, aku kurang lebih bisa menebak siapa yang akan menembak.

“Menambak selama perjalanan? Akan canggung jika dia gagal. ”

“Tidak apa-apa~ mereka terlihat sangat cocok, dan saat ini, mereka terlihat seperti sudah pacaran. Tidak mungkin dia akan ditolak, ‘kan?”

“…………”

“…………”

Keheningan canggung terjadi antara aku dan Yume.

Isana menatap kami dengan kaget, "Ah" dia angkat bicara.

“Aku ingat ketika aku ditolak dengan cara yang sama.”

Isna tertawa. Karena dia tertawa, aku mungkin tidak perlu terlalu khawatir.

Yume tersenyum bermasalah,

“Akan lebih bagus jika mereka bisa santai sepertimu, Higashira-san…”

“Yah, toh aku memang menargetkan tubuh Mizuto-kun.”

“Oi.”

Memang benar apakah kami pacaran atau tidak, satu-satunya hal yang akan berubah adalah apakah segs akan diizinkan atau tidak.

“Tapi kalau hanya ingin bermain dan bersenang-senang bersama, kenapa tidak berteman saja? Karena kau akan pacaran, apakah kau mungkin akan mengambil jalan erotis?”

“Itu, yah…”

Mungkin memang begitu, gumam Yume.

—Mungkin itu masalahnya.

Alasan kenapa aku tidak menembak meskipun aku memutuskan itu mungkin karena aku memiliki motif tersembunyi yang ingin kutolak—mungkin aku secara tidak sadar menolak untuk menunjukkan naluri tersembunyiku pada Yume.

Bahkan jika Yume memaafkanku, aku mungkin tidak ingin melihat diriku seperti ini…

Mungkin hanya aku yang terlalu sadar diri. Ini mungkin hanya masalah kebanggaan yang tidak berarti. Tetap saja, aku tidak ingin mengungkapkan perasaanku pada Yume melalui keinginan seperti itu…

Pasti ada sesuatu yang jauh lebih baik, dan aku mencari sesuatu yang tidak ada—

“Kurasa alasan pacaran berbeda berdasarkan orangnya.”

—Tidak mungkin. Aku tahu itu.

“Isana secara tak terduga orang yang logis, dan itulah kenapa itu adalah satu-satunya kesimpulan yang dia dapatkan. Beberapa tidak bisa menerimanya. Beberapa orang menganggap hal-hal yang tidak logis sebagai sesuatu yang harus dialami dalam hubungan romantis … atau apakah kau salah satu dari orang-orang yang hanya bisa melihat lawan jenis secara fisik? Apakah kau terlihat polos dan semacamnya kecuali pikiranmu yang mesum?”

“Uehh!?”

Yume mengedipkan matanya karena terkejut.

Dia pasti tidak pernah berharap dirinya dirayu. Bagaimanapun, bendungan di hatinya hampir pecah. Siapa yang tahu kapan itu akan meledak.

Itu sebabnya.

Kami seharusnya tidak menganggapnya terlalu serius. Jika kami melakukannya, kami akan berakhir dilahap. Apa pun yang bau harus ditutup dengan penutup. Nama tutupnya adalah kewarasan. Karena aku masih menjadi diriku sendiri, aku hanya bisa tetap waras dan berpura-pura tidak memperhatikan itu.

“I-itu tidak benar!? Kau memiliki tubuh yang menyedihkan! ”

“Aku berbicara tentang tubuh laki-laki secara umum, bukan milikku.”

“Ugh…!”

“Jangan katakan itu padaku! Beberapa bahkan mengejar tubuh sesama wanita secara umumnya!”

“Rubah kepribadianmu secara umum.”

Yang bisa kami lakukan sekarang adalah membiarkan masa lalu jadi masa lalu.

Hanya dengan melakukan itu kami bisa tetap menjadi diri kami sendiri.

 

Jouji Haba - Dia bertingkah murung setelah melemparkan dirinya ke arahku


Keistimewaanku—atau lebih tepatnya, kebiasaanku, adalah mengamati manusia.

Aku akan berbaur dengan latar belakang dan mengamati orang-orang di sekitarku. Itu satu-satunya hal yang bisa kulakukan. Tidak ada yang akan memperhatikanku, dan tidak ada yang akan berbicara denganku. Sebelum aku menyadarinya, aku dapat menganalisis kepribadian seseorang dari ekspresi, gerak tubuh, nada bicara dan berbagai tanda lainnya.

Begitulah cara aku tahu.

Kurenai-san menghindariku.

Alasannya sudah jelas. Ini karena apa yang terjadi tadi malam. Aku dipojokkan oleh Kurenai-san, yang mengenakan kostum kelinci, berbisik padaku dengan kata-kata manis, dan sebelum aku menyadarinya—

...Aku tidak bisa menahannya. Lagipula aku pria biasa. Sebaliknya, itu aneh jika aku tidak bereaksi. Aku harus mengatakan itu luar biasa, aku berhasil mengendalikan diri sampai titik itu.

Tapi,

Kurenai-san merasakan sesuatu yang tidak normal di pantatnya saat itu, dan segera berlari. Dia yang merayu—mungkin dia tidak berpikir begitu, tapi dia mungkin merasa kalau dia menyayangi binatang yang tidak berbahaya. Setelah aku tiba-tiba memamerkan taringku, dia secara alami bereaksi waspada.

Dia mungkin ... membenci itu sebagai seorang gadis.

…Yah, bukannya Kurenai-san seharusnya tidak menjauh dariku. Aneh baginya untuk bersamaku sejak awal. Ini hanya kembali ke bagaimana seharusnya.

Tapi…setidaknya aku ingin meminta maaf.

Sebagai pribadi, aku merasa kalau aku harus menarik garis di sini.

Aku akan menghilang dari dunianya seperti biasa, tapi jika begitu—

Aku mencari kesempatan itu sepanjang hari.

Dan waktu itu akhirnya tiba.

"Permisi. Aku perlu ke toilet…"

Itu terjadi ketika kami memasuki Museum Maritim Kobe di sebelah pelabuhan. Asuhain-san mengatakan itu dan pergi sendiri.

Hanya Kurenai-san dan aku yang tertinggal.

Itu adalah kesempatan yang sempurna.

“Jo—”

Saat Kurenai-san berbalik, aku menundukkan kepalaku.

"Aku minta maaf."

“…Eh?”

Kami berada di museum, dan ketika dia mendengar permintaan maafku yang pelan, Kurenai-san mengeluarkan suara bingung.

“Aku benar-benar minta maaf karena membuatmu tidak nyaman kemarin. Jika kau mengizinkan, aku bahkan akan keluar dari OSIS—”

“T-tunggu sebentar!”

Kurenai-san berteriak keras, melihat sekeliling dengan panik, lalu dengan cepat memelankan suaranya.

“(A-aku yang memulai semuanya kemarin, ‘kan? Kenapa kau minta maaf?)”

“(…Kau menghindariku hari ini karena itu tidak nyaman, kan?)”

“(T-Tidak! H-Hari ini, erm…)”

Setelah menggumamkan beberapa kata, Kurenai-san dengan paksa mengangkat kepalaku.

“(Lagi pula! Apa yang terjadi tadi malam bukan salahmu! Aku tidak merasa tidak nyaman tentang itu. Sebenarnya, aku suka itu)”

“(Eh?)”

“(…Tidak, maafkan aku. Lidahku terpeleset…Pokoknya, kau tidak harus keluar dari OSIS!)”

“(Lalu…kenapa kau lari dariku?)”

“(I-Itu…)”

Kulit putih porselen Kurenai-san berubah jadi merah, dan mata zamrudnya bergerak kesana kemari, seperti mencari bantuan.

Setelah melihat sekeliling sebentar, dia melirik ke arahku, dan berkata,

“(Seperti, perasaan yang tiba-tiba seperti… apakah itu hal seperti itu, dan itu mengejutkanku… aku sedikit takut…)”

…Terkejut?

Takut?

Itu...Kurenai-san?

“(Aku hanya ingin menggodamu!)”

Kurenai-san angkat bicara, seolah dia akhirnya terbuka.

“Mau bagaimana lagi! Aku hanya perawan biasa! Aku hanya menerapkan teori! Tentu saja aku akan sedikit khawatir jika menyangkut yang sebenarnya.)”

“(Kau membuatnya terdengar sangat mengesankan meskipun kamlu menyedihkan…)”

“(Ehhhh diam! Kita tidak akan berada dalam situasi ini jika kau membiarkan aku memakanmu!)”

Yah… mungkin begitu.

Haa… Kurenai-san menghela nafas panjang.

“(Aku akhirnya membuat alasan, itu tidak berguna.)”

“(Entah bagaimana… aku merasa menyesal.)”

“(Cukup. Aku sudah memutuskan.)”

Kurenai-san menatapku dengan mata penuh tekad.

Seolah-olah cahaya dilepaskan darinya, menyinari wajahku.

“(Aku tidak akan terkejut lain kali. Aku tidak akan takut. Aku akan bersiap.)”

“(…Bersiap, seperti apa?)”

“(Itu urusanku. Kau hanya perlu tahu. Lain kali kau membuat kesalahan ketika menghadapiku, itu akan jadi saat kau kehilangan keperjakaanmu!)”

Bo…eh, dia membicarakan hal vulgar seperti itu secara terang-terangan lagi…yah, itu masalah vulgar, jadi itu kurang lebih tidak bisa dihindari.

Bagaimanapun, tepat ketika aku berpikir — masalah ini sudah beres.

"(…Ngomong-ngomong.)"

Kurenai-san memelankan suaranya yang membuat itu lebih pelan lagi.

“(Erm…bagaimana kau mengurus itu setelah itu?)”

“(...Hah? Mengurus itu, seperti?)”

“(Karena, kau tahu…ketika anak laki-laki seperti itu, mereka tidak akan bangkit lagi jika kau tidak mengurusnya, ‘kan…?)”

………….

“(Kurenai-san, tolong buang bahan referensi itu.)”

"Bagaimana mungkin!? Bagaimana kau tahu aku mempelajari ini dari referensi?)”

“(Karena itu salah.)”

Seseorang, siapa saja, tolong berikan pendidikan segs yang benar kepada orang ini. Aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengajarinya sendiri.

 

Asou Aisa - Dalam kehidupan sehari-hari yang normal, aku jatuh cinta secara normal

 

Awalnya aku bermusuhan dengannya.

Aku sangat marah dengan saran sewenang-wenang darinya. Itu sebabnya aku jadi serius dan mencoba membalasnya. Tidak ada gunanya, itulah tatapan yang diberikan senpai kepadaku, dan aku ingin menyingkirkannya. Itulah yang kupikirkan ketika saya mencoba merayunya.

Kapan itu berubah jadi cinta?

Mungkin, tentu saja, aku tidak akan tahu… kesempatan itu datang dari kejadian sehari-hari yang sangat sepele.

—Oy!

Itu terjadi ketika aku bekerja di ruang OSIS. Aku mencari di rak, mencari bahan. Senpai berteriak keras, Eh? Dan aku berbalik.

Thunk, ada suara.

Itu datang dari atas.

Aku mendongak untuk melihat kotak kardus di rak berjatuhan. Aku tidak bisa bereaksi. Aku hanya bisa melihat itu terjadi.

Jadi aku hanya bisa berdiri dan terlihat tercengang sampai senpai datang berlari untuk mengangkat kotak itu dengan kedua tangan terentang.

Ah, aku bergumam.

Aku akhirnya ingat apa yang harus kukatakan.

—Terima kasih banyak…

—Ini bukan apa-apa... hati-hati.

Ah, ya, itu klise.

Tapi sekali lagi, tunggu, aku tidak naksir dia hanya karena hal kecil itu. Jika aku jatuh cinta hanya karena dia sedikit melindungiku, cinta pertamaku akan terjadi jauh lebih awal.

Ditampilkan di mataku, terukir di hatiku.

Haa, itu adalah penampilan senpai setelah menghela nafas..

Bahkan sampai hari ini, aku tidak tahu ekspresi apa itu.

Apakah dia lega, kaget? Bingung, atau ragu—?

Dia hanya ... tampak lemah.

Wajahnya terlihat sangat, sangat lemah.

—Dia sebenarnya memiliki ekspresi seperti itu.

Ketua OSIS selalu menyendiri dan tak terkalahkan. Senpai berwajah besi bisa bereaksi dengan tenang tidak peduli apa yang kulakukan ..

Baru pada saat itulah dia terlihat sepertiku, manusia yang lemah.

…Itu curang, itu curang darimu, senpai.

Bagaimana aku bisa melupakan wajah seperti itu? Gadis-gadis itu lemah terhadap gap moe, kau tahu?

Akulah yang ingin menggoreskan diriku di matamu—

Tapi kaulah yang menggoreskan dirimu dalam diriku. Apa yang harus kulakukan?

Dan ketika kuperhatikan, semuanya terjadi begitu alami. Aku mendapati diriku hanya semakin memperhatikan wajah senpai, seperti aku sangat ingin melihat ekspresinya lagi.

Itu juga menjadi rutinitas harianku.

—Ya, tidak ada yang istimewa.

Bisa di ruang OSIS, kafe, mengobrol tentang game mobile, membicarakan anime dan manga yang menarik, waktu yang tidak berarti. Waktu yang tidak penting yang kuhabiskan di sebelahnya adalah yang paling penting bagiku.

Itu sebabnya aku tidak memiliki sesuatu yang istimewa dalam pikiran hari ini.

Aku berpakaian dengan sedikit berlebihan, pergi ke game center untuk pertama kalinya. Ini semua adalah bumbu, dan kami hanya perlu menjadi sama seperti biasanya, seperti sebelumnya—aku ingin menjadi gadis terpenting bagimu, senpai, untuk melanjutkan segalanya.

Ayo buat hari ini menyenangkan.

Mari kita buat hari yang menyenangkan yang biasa seperti biasanya, sampai sekarang.

Jadi, pada akhirnya, hanya sedikit.

Maukah kau pergi denganku yang serius ini?

“Senpai.”

Waktu berlalu.

Sebelum aku menyadarinya, matahari terbenam menyinari langit.

"Untuk perhentian terakhir kita ... apakah kau mau naik bianglala?"

 

Akatsuki Minami - Hanya makanan penutup

 

"Wow. Apakah sekarang sudah larut?”

Aku mengangkat kepalaku dan melihat langit biru berubah jadi merah.

Aku melihat jam di ponsel, dan ternyata sudah lewat jam 4 sore. Kita memasuki akhir November, dan itu mengkhawatirkan, matahari akan terbenam lebih awal. Ini pada dasarnya waktu untuk bocah SD, berpikir untuk pulang.

Yah—saat itulah aku memanggilnya karena kami akan pulang saat itu.

Karena kami bertetangga, kami akan bermain bersama bahkan setelah pulang ke rumah. Kokkun menarik tanganku seolah-olah dia sedang berurusan dengan seorang adik perempuan.

Ahh—apa istilahnya itu? Aku membaca itu di manga atau semacamnya.

“Apa namanya, Kawanami?”

“…………”

Kawanami tidak menjawab. Aku melirik ke samping padanya, dan menemukan dia berwajah biru, bibirnya mengerucut.

…Kami hanya duduk di bangku bersama, dan aku hanya meletakkan kepalaku di bahunya.

Bahkan hal kecil ini... tidak bisa dibiarkan?

Dadaku terasa sesak dan sakit. Apakah itu kesedihan? Atau apakah aku merasa kasihan pada Kawanami? Mungkin aku harus berhenti. Tidak, jika aku berhenti di sini dan membuatnya bertahan, itu bukan terapi yang efektif. Dia sudah mati. Aku tidak ingin terus menyakiti Kokkun. Mari kita berhenti menggoda. Itu adalah luka yang aku sebabkan. Jika bukan aku yang menyembuhkannya, lalu siapa??

Hanya makanan penutup.

Akhirnya aku berhasil menemukan istilah yang tepat. Ya, itu disebut hanya makanan penutup..

Semua yang terjadi saat SMP adalah salahku. Kokkun kesal saat dia memarahiku di rumah sakit, tapi itu hanya makanan penutupku juga. Aku memperlakukannya seperti boneka, dan bermain dengannya seperti boneka. Sedikit penghinaan itu tidak cukup.

Aku yang ingin kembali ke masa itu masih ada di hatiku.

Pada saat ini, keinginan itu masih liar dalam diriku. Aku ingin membiarkan Kokkun berbaring saat dia merasa tidak nyaman, melepaskan pakaiannya, menyeka setiap sudut tubuhnya, memasak bubur untuknya, meniupkannya hingga dingin untuknya, makan bersamanya, dan memberikan banyak ciuman selamat malam sampai dia tidur. Kupikir itu fetish menyedihkan yang kumiliki.

Aku mungkin harus tetap menjomblo selama sisa hidupku.

Entah dia mati, aku mati, atau kami berdua mati—aku bisa dengan mudah membayangkan hasil seperti itu. Aku merasa akan sangat bagus jika Kokkun bisa mendapatkan pacar baru.

Tapi setidaknya, aku ingin tetap jadi teman masa kecilnya.

Kokkun juga menghargai kenangan masa kecil bersamaku. Aku berharap untuk setidaknya kami tetap jadi teman masa kecil.

Ini akan menjadi yang terakhir kalinya.

Kami tidak akan berpegangan tangan, meletakkan kepala di bahu satu sama lain, berpegangan tangan sambil berjalan. Semuanya akan berakhir pada hari ini..

Aku hanya ingin menyerahkan posisi ini kepada orang lain—untuk membereskan kekacauan yang kubuat, dan kembali jadi teman masa kecil saja.

Warisan negatif akan dihapus.

“......Waktu benar-benar berlalu, ya?”

Aku mendengar gerutuan, dan menatap wajah Kokkun.

“Waktu berlalu seperti anak panah, jadi kau tidak bisa menyia-nyiakannya…Kurasa itu artinya.”

"…Apa kau baik-baik saja?"

“Ya…terima kasih, kurasa…aku mulai sedikit terbiasa.”

Kokkun tersenyum paksa sementara terlihat biru.

"Apakah begitu?"

Syukurlah —aku belum bisa mengatakan itu.

Jika aku merasa lega, itu pasti akan menunjukkan niat baik yang luar biasa.

“Kau secara mengejutkan pintar, ya? Bahkan untuk seorang idiot.”

"Aku bukan seorang idiot. Aku berhasil masuk ke Rakurou… jangan bandingkan aku dengan Irido.”

“Kita tidak bisa membuang waktu saat dia terbang seperti anak panah… ya?”

Telingaku sakit saat mendengarnya. Aku menatap matahari terbenam.

Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku pasti tidak akan menyia-nyiakannya.

Aku telah menyebabkan Kokkun begitu menderita… dan aku pasti, pasti tidak akan membiarkan itu terjadi.

 

Tōdō Hoshibe - Yang rusak adalah

 

Lakukan sesuatu jika kau punya waktu.

Kata-kata yang membawaku ke OSIS kurang lebih seperti itu.

Itu terjadi begitu saja.

Setelah aku berhenti bermain basket, aku tidak melakukan apa-apa, ketika seseorang mengatakan kepadaku untuk 'melakukan sesuatu jika kau punya waktu'. Aku belum menemukan diriku yang baru, dan ada kesempatan yang diberikan kepadaku. Aku hanya pergi dan mengambilnya. Hanya itu yang kulakukan.

Aku tidak pernah berpikir aku akan berakhir menjadi ketua OSIS—aku melakukan apa yang kurasa dapat kulakukan, dan sebelum aku menyadarinya, itu terjadi begitu saja. Aku tidak punya rencana atau alasan tertentu. Itu terjadi begitu saja…

Hanya saja—ya.

Jika harga dari berhenti bermain basket adalah menjadi ketua OSIS, itu sepadan. Karena para senpai mengundangku, entah bagaimana aku harus menuruti mereka.

Pikiran seperti itu… sering terlintas di benakku.

Karena, ya, kalau aku malas melakukan rehabilitasi, bahu kiriku tidak bisa sembuh, ‘kan? Jika begitu, aku tidak bisa berbuat apa-apa saat itu. Itu masih lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa, kan—?

…Ya, itu tidak masalah.

Aku akan tidak masalah dengan itu jika aku memiliki alasan yang begitu tipis.

Namun, pada saat itu.

—Oy!

Asou berbalik karena terkejut. Dan bukan itu. Tunggu, kau tidak melihat itu? Ada kotak di atas kepalamu. Itu akan menimpamu!

Secepat yang kubisa. Aku mengulurkan tangan. Aku berhasil menangkap kotak yang akan mendarat di kepala Asou tepat pada waktunya.

Asou melihat ke atas. Ah, dia berseru.

—Terima kasih banyak…

—Ini bukan apa-apa... hati-hati.

Aku merasa lega awalnya.

Dan kemudian, aku merasakan hawa dingin menjalari tulang punggungku.

Dan kemudian lagi.

Aku mendapati diriku mengangkat kedua tangan di atas bahuku—tapi tidak ada rasa sakit.

—Ahh.

Aku sudah sembuh.

Satu-satunya hal yang tidak sembuh adalah hatiku.

Yang tidak berani kuhadapi dengan serius adalah diriku sendiri.

 

Asou Aisa - Aku tidak bermimpi besar seperti Cinderella

 

Setelah mengantri selama beberapa saat, kami berdua memasuki gondola bundar, hanya kami berdua.

Langit telah berubah menjadi sangat gelap saat kami menunggu. Pintu tertutup, dan gondola bergetar sedikit saat perlahan naik menuju langit malam.

"Kau tidak takut ketinggian, ‘kan?"

Senpai, yang duduk di kursi seberang, berkata begitu.

“Aku tidak masalah. Aku bisa berdiri di lantai transparan Sky Tree ketika aku pergi ke Tokyo.”

"Benarkah? Aku tidak bisa menangani tempat seperti itu…”

"Bukankah kau biasanya melihat dari tempat yang tinggi?"

"Jangan hitung tinggi badanku dalam hal ini."

Aku terkikik. Dia seperti biasa. Itu sebabnya dia tidak menyadari betapa tegangnya aku…

Aku telah memutuskan ini akan jadi perhentian terakhir.

Pemandangan malam Kobe terlalu dramatis, tapi kurasa bagian klise ini mungkin bagus. Ini seperti membuat lelucon kecil, dan kupikir perasaanku bisa terbentuk..

Ah, tapi—aku tidak bisa bertindak sesuai rencana. Aku tidak menyangka aku akan segugup ini. Aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengatakannya dengan baik. Kalimat yang telah kulatih puluhan ribu kali sepertinya jatuh ke tanah yang semakin jauh.

Senpai.

Kami benar-benar dalam kondisi yang buruk awalnya, ‘kan? Tidak, itu sebelum ini. Kami bahkan tidak melakukan obrolan yang baik. Kami berdua mungkin tidak terlalu tertarik satu sama lain.

Senpai.

Kami memiliki hubungan seperti itu, tapi aku benar-benar berani menguliahiku? Bukankah itu hanya memberi instruksi? Aku kemudian belajar kalau tidak selalu menyenangkan menjadi orang yang suka ikut campur. Itu sebabnya aku terus menempel padamu.

Senpai.

Aku terkejut saat tahu kalau kau adalah seorang otaku. Tapi aku sedikit senang. Itu luar biasa kita bisa berbagi hobi. Lihat, aku juga mudah tersangkut. Kau seperti karakter suram yang terbuka untuk seorang gadis. Apakah kau mengerti meskipun. Begitu seseorang yang tidak bisa kau hadapi menemukan kesamaan, dia biasanya merasa lebih dekat denganmu, kau tahu?

Senpai.

Senpai.

Senpai.

Gondola mendekati langit. Kapal-kapal pesiar sedang berlayar di laut. Gugusan bangunan terbentang di cakrawala. Pemandangan malam yang berkilauan di Kobe seolah bertatahkan permata, membentang di mana-mana.

Jika pemandangan malam seindah ini, apakah aku akan mendapatkan keajaiban yang indah?

Aku hanya membutuhkan keajaiban saat itu. Seperti Cinderella, aku tidak butuh mimpiku untuk setinggi Cinderella. Hanya lima menit. Tidak, tiga. Tidak tidak, tidak apa-apa bahkan jika hanya saat ini, biarkan aku jadi gadis tercantik di dunia.

Aku ingin menyampaikan perasaanku yang sebenarnya padanya. Aku ingin mengatakan padanya bagaimana perasaanku yang sebenarnya.

“Senpai—”

Aku meninggalkan naskah di lantai.

Pada saat gondola paling dekat dengan langit malam, kata-kata itu keluar secara alami.

 

“—Tolong lihat aku selama sisa hidupku.”

Aku tidak mencoba untuk menyembunyikan apa pun karena aku jujur.

Kemauan dan keinginan menjadi kata-kata.


"Dan aku hanya akan melihatmu selama sisa hidupku, senpai."

 

Cahaya pemandangan malam menyebabkan mata senpai berbinar seperti kaleidoskop.

 

“Aku mencintaimu—Tolong jadilah pacarku.”

 

Gondola bergetar ringan saat aku mengucapkan kata-kata penentuan.

Tapi baik senpai maupun aku tidak gemetar sama sekali, dan kami tidak mengeluarkan suara.

Cahaya bintang dan pemandangan malam yang indah menyinari gondola yang sempit dan redup ini, meneranginya seperti panggung.

Lampu diam menyinari kami seperti lampu sorot.

Di dunia ini, hanya kami berdua yang berdiri di atas panggung ini.

“…Phew.”

Senpai membeku sejenak, menghela napas, dan duduk tegak di kursi.

Dia kemudian menatapku.

Dia tidak sedang menyendiri. Dia tidak terlihat kesal. Dia tidak terlihat malas seperti saat dia tidur siang di sekolah, dia menunjukkan ekspresi serius.

“Asou, aku—”

Senpai kemudian memberitahuku jawabannya.

 

Yume Irido – Jawaban

 

Langit senja menandakan datangnya musim dingin.

Aku mengusap bahuku dengan lembut. Sebelum aku menyadarinya, ini adalah musim untuk ingin memakai lebih banyak mantel. Tidak apa-apa mengenakan pakaian tipis di siang hari, tapi agak tak nyaman mengenakan pakaian musim gugur di malam hari. Tentu saja, karena dipaksa memakai pakaian gal sebagai lelucon oleh gadis-gadis lain, Higashira-san dan aku sudah ganti lagi karena terlalu dingin di luar …

“Aisa terlambat…”

Ketua bergumam sambil menatap ponselnya.

Kami semua diberitahu tentang waktu berkumpul di LINE. 16:30, di depan patung Kirin. KAMI bertindak sebagaimana mestinya sebagai anggota OSIS dan berkumpul tepat waktu, dan gadis-gadis itu secara alami berhenti saat mereka melihat ke jalan Gas Light dimana Asou-senpai mungkin akan tiba dari Jalan Gas Light.

Lampu jalan gas oranye ditempatkan secara merata di jalan setapak, memberikan suasana seperti musim Natal, dan ada banyak pasangan yang sedang berjalan. Kami sedang menunggu Asou-senpai berjalan bersama Hoshibe-senpai di antara kerumunan.

Seharusnya sudah selesai sekarang.

Aku belum pernah mendengar tentang rencana itu, tapi kami seharusnya berkumpul lagi sekarang. Itu sebabnya—Asou-senpai harusnya sudah selesai menembaknya sekarang.

Ini hampir jam 5 sore.

Dia terlambat 30 menit tapi kami terus menunggu tanpa mengeluh.

"—Ah!"

Ketua berseru pelan.

Beberapa saat kemudian, aku menemukannya juga. Ada seseorang yang kepalanya lebih tinggi dari orang lain.

Hoshibe-senpai!

Di sebelahnya adalah—Asou-senpai, yang mengenakan pakaian kencan yang kami pilihkan untuknya pagi ini.

“…Fiuh.”

Ketua menunjukkan senyum dan menghela nafas lega.

Aku juga merasa lega. Keduanya berjalan bersama di bawah lampu gas, dan tidak ada kecanggungan di antara mereka. Mereka berjalan cukup dekat untuk menyentuh lengan masing-masing, dan tidak ada yang tampak aneh dari mereka bahkan jika dibandingkan dengan pasangan di sekitar mereka.

“Senpai!”

Kami melambai pada mereka dan menyambut mereka kembali.

Hoshibe-senpai melihat kami sekali, dan diam-diam berjalan ke arah Mizuto dan anak laki-laki.

…Eh?

Ada yang salah… dan akhirnya aku menyadarinya.

“Senpai—”

Aku menatap wajah Asou-senpai.

Senpai menatap kami semua.

Dan tiba-tiba… dia tersenyum.

"Terimakasih semuanya."

Itu adalah wajah menangis yang terbentuk sebagai senyuman.

Tidak ada kata-kata yang diperlukan, dan jawaban akhirnya disampaikan melalui ekspresi itu.


Translator: Janaka


2 Comments

Previous Post Next Post


Support Us