Kaiwa mo Shinai Tsurekko no Imouto ga, Naganen Issho ni Baka Yatte-kita Netoge no Friend Datta - Volume 1 Chapter 1 Bahasa Indonesia

 Bab 1 – Temanku di Game Online Adalah Adik Tiriku


Dalam game:

 “Hmm. Ini tenang.”

 "Ah."

 Hari sudah hampir malam, dan matahari sudah mulai terbenam. Garis pantai diwarnai dengan warna merah tua dari matahari terbenam. Bintang malam telah muncul di langit timur dan gema riak air danau di dekat sini, terdengar menyenangkan di telinga.

 Di tempat itu tidak ada kerumunan dan benar-benar kosong, itu adalah situasi yang sempurna untuk kencan.

 Di sampingku, berdiri seorang gadis mungil dengan rambut biru muda. Dia mengenakan hakama oranye modis yang biasanya dikenakan oleh siswi di era Taisho. Pakaian itu memperlihatkan bahunya yang telanjang, tangannya memegang tongkat.

 Terlepas dari itu yang menarik perhatianku, adalah telinganya yang tampak halus dan tegak dengan ekor di belakang tubuhnya. Sederhananya, dia adalah gadis rubah ajaib bergaya Jepang yang cantik dengan telinga rubah.

 “Tempat ini sangat membosankan… monster yang kucari bahkan tidak muncul!” (Monster yang akan memberinya item langka, yang dia cari.)

 “Padahal aku sudah menggunakan item drop chance booster, ini jadi tidak berguna!”

 “Oi Oi… bukankah kau baru saja mengalahkannya beberapa menit yang lalu.”

 “HAAAA!! Aku akan mengirim email singkat ke pengembang game ini tentang ini. Selain itu, aku juga akan menekankan tentang penerapan kategori kosmetik terpisah terkait mengganti celana avatar sesuai selera pengguna.”

 "Jelas mereka tidak akan mendengarkanmu, apakah kau bodoh?"

 Terlepas dari penampilan avatarnya yang imut, kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah kata merendahkan dan menghina.

 Dia mengayunkan tangannya, menghentakkan kakinya ke tanah dan mendecakkan lidahnya dengan kesal. Dia mengekspresikan ketidaksenangannya melalui setiap bagian tubuhnya.

 “Yare yare.”

 Aku mengangkat bahuku sambil menatapnya, aku mengenakan armor scale-mail yang dilengkapi dengan kapak perang besar.

 Ini bukan "kencan", bahkan tidak ada suasana manis sama sekali dalam situasi ini.

 Namanya Philia.

 Dilihat dari percakapan kami setiap hari, dia pasti seorang siswa SMA sepertiku.

 Kami sedang bermain Find Chronicle Online atau FCO, sebuah game online MMORPG. Ini adalah game online fantasi, yang jadi populer karena terintegrasi dengan dukungan goggle VR, memberikan game ini rasa realitas yang belum pernah ada sebelumnya.

 Meskipun, sayangnya, aku tidak punya kacamata VR, tapi….

 Saat ini, aku sedang bekerja dengan Philia untuk mengumpulkan sejumlah material yang kami butuhkan. Aku mengobrol dengannya untuk menghabiskan waktu sambil menunggu targetku muncul lagi.

 “Ngomong-ngomong, apa pendapatmu tentang avatar ini?”

 "Roknya sepertinya terlalu panjang untuk seleramu, kurasa."

 "Tepat! Terkadang aku bertanya-tanya apakah lebih baik menyembunyikan kakiku. Pahanya memang dibuat dengan baik, juga lengan dan punggungnya dirancang dengan sangat baik. un un. Dilihat dari bar kesehatan fisikku, itu bisa menampung 3 mangkuk nasi. ”

[TL Note: beberapa game menggunakan makanan untuk mengisi HP, jadi hp dihitung sehubungan dengan jumlah makanan.]

 “Kau terobsesi dengan hal-hal yang sangat aneh ya.”

 Philia suka mengacak-acak pakaian karakternya di sana-sini, berusaha membuatnya terlihat lebih imut.

 “Tidak akan pernah ada seseorang di dunia nyata yang akan mengenakan rok sepanjang ini! Lihat, celananya benar-benar tidak terlihat!” katanya.

 Dan bahkan sekarang, dia mengatakan sesuatu seperti, "Tengkuk dan lengan bagian atasku tidak terlihat ...... Haruskah aku mengubah gaya rambutku?".

 Selera mode dan pakaiannya seperti pak tua mesum. Yah, itu adalah kejadian sehari-hari.

 Bahkan aku diberitahu oleh Philia kalau aku juga harus menggunakan kosmetik modis. Tapi yah, karena aku sama sekali tidak tertarik dengan barang-barang itu, mau bagaimana lagi.

 Bahkan jika aku mendandani karakter priaku ini, itu tidak membuatku bersemangat sedikit pun.

 Yah, setalah melakukan ini dan itu bersama, sudah sekitar 3 tahun sejak kami bertemu satu sama lain di game ini.

 Aku kadang-kadang kebetulan bertemu Philia, yang memulai online pada waktu yang hampir bersamaan denganku, dan dengan begitu kami jadi sedekat ini.

 Bahkan ada masa ketika kami bekerja cukup keras dalam game untuk membuat nama kami tertulis di tabel peringkat juga.

 Aku belum pernah bertemu dengannya secara langsung, tapi aku menganggapnya sebagai teman terbaikku.

 ......tidak, jika diputuskan jadi salah satu dari keduanya, itu pasti akan jadi pengaruh gelap ya.

 Aku bahkan tidak tahu apakah orang yang mengendalikan avatar (Philia) adalah laki-laki atau perempuan, tapi menyenangkan bersamanya, dan jenis kelamin adalah masalah sepele.

 Lagi pula, aku bahkan tidak tahu nama aslinya atau di mana dia tinggal. Ini hanya hubungan dalam game.

 Bahkan sekarang, pembicaraan tentang paha, lengan, atau bahkan punggung, pembicaraan sepele yang kami lakukan ini mungkin tidak akan terjadi dalam kehidupan sehari-hari kami.

 Satu-satunya hal yang kutahu tentangnya adalah dia ini seorang pelajar dan dia suka lilin beraroma. Aku bahkan ingat menginjak ranjau darat, membuatnya cemberut ketika aku memberi tahu pikiranku tentang hobinya yang seperti seorang gadis, dia menjawab, "Apakah itu buruk?"

 “Ah benar, Kreis, pernahkah kau mendengar tentang game ini yang berkolaborasi dengan Karaoke Celery. Sepertinya mereka akan membuat beberapa makanan dari game. Itu juga ada di situs resminya.”

 “Coba kulihat — ah, itu benar-benar dirilis resmi, kroket Raja Naga Fabneil… Apa-apaan ini?”

 “Hidangan kraken dan ham karaage mentah yang dibuat oleh Goblin kota ini, bukankah itu membuatmu penasaran juga?”

 “Uwaa, pengenalan hidangan ini mengerikan! Di sisi lain, itu membuatku penasaran.”

 Karaoke Celery adalah grup usah karaoke yang fokus pada lagu anime dan produk lainnya. Tampaknya juga sering digunakan untuk tempat pertemuan offline.

 "Oh, aku ingin pergi ke sana setidaknya sekali!"

 "Kalau dipikir-pikir, karaoke itu akan membuka cabang di depan stasiun di dekat rumahku ... Oh, itu akan dibuka mulai akhir pekan ini."

 “Ah, kau serius! Kau beruntung ... rumahku berada di area. ... Oh, mereka juga ada di dekat toko Hatsuseya!”

 “Hatsuseya?” Kata itu terdengar familiar. Nama stasiun yang kugunakan setiap hari untuk pergi ke sekolah sama dengan itu.

 Apa mungkin...

 “Ya, itu stasiun terdekat dari rumahku. Tapi meski begitu, aku tidak yakin apakah aku akan pergi ke karaoke sendirian.”

 "Serius? Stasiun dekat rumahku juga Hatsuseya!”

 "Apa? Kau juga, Kries?”

 “Tunggu, apa mungkin? Apakah rumah kita mungkin dekat? Lalu bagaimana menurutmu, apakah kau ingin pergi bersama akhir pekan nanti?”

 Aku sangat senang dengan kebetulan yang tidak terduga ini hingga aku tidak bisa tidak bertanya langsung pada Philia.

 Mata besar Philia goyah menanggapi undanganku. Suara riak yang mengalir dari latar terdengar lebih keras.

 Dua menit... tiga menit berlalu.

 Banyak waktu berlalu ketika tidak ada tanggapan yang masuk dari chat room. Namun, itu waktu yang cukup untuk menenangkan pikiranku yang bersemangat.

 "Oh, apakah aku berlebihan?".

 Ada banyak orang yang membuat batas yang jelas antara game dan dunia nyata.

 Mungkin Philia juga seseorang yang tidak ingin memperpanjang pertemanan di game online ke luar game.

 Kami sudah berteman di game online selama tiga tahun, itu mungkin sesuatu yang seharusnya sedikit lebih kukhawatirkan.

 Berpikir itu benar-benar tindakan yang tidak peka, aku kemudian mengetik "Tolong lupakan semua itu!"

 Ketika balasan datang.

 “Yah, bagaimana aku harus mengatakannya? Aku memiliki kepribadian yang benar-benar berbeda di dunia nyata berbeda dengan ketika aku bermain game.”

 "Oke?"

 Apakah itu benar-benar sesuatu yang perlu dikhawatirkan?

 Aku selalu berbicara tentang fetish aneh dengannya (Philia), jadi aku tidak terkejut jika ternyata seorang pak tua yang memainkan karakternya dalam game. Oh aku mengerti! Meskipun dia memberitahuku kalau dia itu siswa SMA, tapi bisa jadi dia adalah anggota masyarakat yang sah yang menyembunyikan usianya.

 “Namun, di dalam kau adalah Philia, ‘kan? Tapi jika kau tidak nyaman maka kau tidak perlu memaksakan diri untuk menerima tawaranku.”

 “Un, tapi jika kau membuat wajah aneh setelah bertemu denganku secara langsung, maka—.”

 "Hahaha, aku tidak akan melakukan itu, aku janji."

 “Yah, kalau begitu tidak masalah… Tte, ITU MUNCUL!”

 "Ah?"

 Seekor kura-kura besar dengan leher yang sangat panjang muncul di depanku. Cangkang makhluk ini adalah drop item yang kucari.

 “Flash Lightning! tte, kyaa! Itu menuju ke arahku”

 “Oi oi jangan menyerangnya sebelum aku berada di posisiku!”

 …………

 ……

 Philia yang tidak mau menungguku, kembali menyerang. Dengan itu, aku buru-buru, mengikutinya dan kembali ke posisiku.

 Itu adalah taktik yang telah kami lakukan berkali-kali sejak dulu.

 Percakapan pahit yang tidak direncanakan di antara kami membuatnya semakin menarik.

 Aku yakin kami juga bisa jadi sahabat dekat di dunia nyata— pada saat itu, itulah yang kupikirkan.

+×+×+×+

“Kurai Subaru, 16 tahun.”

 “ettoo, alamatnya... ”

 Setelah logout dari game, aku langsung mendaftar untuk jadi member Karaoke Celery. Karena member bisa mendapat kupon diskon 20% yang bisa kau dapatkan saat mendaftar, itu sangat menggiurkan.

 “Sumpah Darah Kesatria, koktail non-alkohol ...... berbahan dasar jus tomat? Apa! 750 yen, itu mahal!”

 Melirik menu kolaborasi, kau bisa melihat berbagai hidangan yang familiar dari game yang mereka buat.

 Seolah-olah, itu melangkah keluar dari dunia game ke dunia nyata, dan hanya dengan melihat, itu membuatku bersemangat. Hal ini biasanya terjadi dengan hal-hal ini, mereka terlihat bagus tapi mahal.

 Selain itu, Karaoke dan kemudian untuk makanan kolaborasi juga pasti akan memakan biaya yang cukup banyak.

 Untuk kalian tahu, itu sedikit membebani uang jajan siswa SMA.

 Tapi entah kenapa, sejak aku akan ke sana, aku sangat ingin memesan berbagai jenis hidangan di sana, kalau dipikir-pikir, diskon 20% itu sangat bagus…

 Namun begitu, aku menantikan untuk bertemu dengan sahabatku yang hanya berteman di game online sejak lama. Sambil melihat-lihat menu, kami akan pesan yang mana ya?

 Hanya dengan membayangkan tentang hal bodoh apa yang akan kami bicarakan, entah bagaimana mulai membuatku bahagia.

 ……………………………….

 ………………..

 …………

 Suara gemuruh perutku yang menyedihkan bergema di kamar. Aku sadar, sekitar satu jam telah berlalu. Aku melihat menu kolaborasi dengan sangat antusias hingga membuatku lapar hanya dengan melihatnya. Aku pergi ke ruang tamu untuk minum teh dan mengelabui perutku yang keroncongan. Aku mengeluarkan teh jelai dari kulkas dan menuangkannya ke dalam gelas. Saat itu,

 "……ah!

 ......Hiyori!”

Saat aku baru selesai menuangkan teh jelai, aku menabrak seorang gadis mungil berambut lebat. Dia tampak tidak rapi mengenakan jersey lusuh dan rambutnya yang panjang dan tebal lusuh dan tidak terawat. Yah, dia punya wajah yang cantik ketika dia merapikannya, yah, dia sedang di rumahnya; mungkin tidak ada yang akan mengatakan apa pun tentang itu padanya.

 Sejujurnya, dia biasanya sangat rapi dan sopan. Saat mengenakan seragam sekolahnya dengan benar, dia memberi kesan kalau dia adalah siswa teladan. Yah, aku tidak bisa menyangkal karena memang dia memakai seragam sekolahnya dengan sopan.

 Namanya Kurai Hiyori, dia adalah adik tiriku. Meskipun, dia adalah adik tiriku, usia kami hanya terpaut tiga bulan dan kami seangkatan. Lima tahun yang lalu, saat aku mulai masuk SMP, keluarga kami mulai tinggal serumah — anak tiri dari istri baru ayahku. Ini adalah hubungan yang sangat aneh.

 “……ah, apakah kau juga ingin minum, Hiyori?”

 “……tsu”

 Mendengar kata-kataku, dia tiba-tiba berhenti dan menggigil tampak pucat. Hiyori mencoba mengatakan sesuatu, tapi kata-katanya tersangkut di tenggorokannya. Suasana di antara kami jadi canggung. Desahan ejekan pada diri sendiri keluar darinya. Seperti yang bisa kau tebak, hubunganku dengan Hiyori tidak berjalan mulus dan mudah. Untuk menggambarkan hubungan kami, kata 'jalan buntu' tepat untuk digunakan.

 ………….

 Benar-benar berlawanan dengan Philia yang dapat membicarakan tentang hal-hal bodoh dan tanpa beban denganku.

 Atau begitulah, aku tiba-tiba memikirkan itu.

 Sejak awal, agak kasar untuk membandingkan mereka, dan orang itu sendiri adalah karakter dalam game.

 Berpikir itu bodoh, aku menggelengkan kepalaku secara naluriah.

 “....”

 “....”

 Aku menunggu beberapa saat tapi tidak ada respon darinya. Dia terlihat kesusahan dan tidak nyaman.

 Jadi, aku dengan cepat mengisi gelasku, memasukkan kembali teh jelai ke dalam kulkas dan kembali ke kamarku dengan itu.

 Kemudian, seolah-olah dia menempati posisiku, dia menuju ke kulkas untuk mengambil segelas teh jelai entah bagaimana terlihat seperti merasa sedikit menyesal. Dia menuangkan segelas teh jelai untuk dirinya sendiri.

 ...... Aku tadi bertanya apakah kau mau atau tidak? Kau bisa saja memberi tahuku tadi.

 Dilihat dari ekspresi wajahnya, dia sepertinya tidak membenciku.

 Hiyori, dengan telinganya yang benar-benar merah, mengintip ke arahku; segera membuang muka menundukkan kepalanya.

 Entah bagaimana paham kalau kami saling memandang dengan canggung.

 Begitulah percakapan kami biasanya. Ini hanya karena, kami dengan canggung berhati-hati pada satu sama lain.

 Tidak dapat dikatakan kalau situasi kami buruk, tapi kami juga tidak dalam situasi yang baik.

 Seperti yang bisa kau lihat dari fakta kalau usia kami hanya terpaut tiga bulan, Hiyori dan aku tidak memiliki hubungan darah.

 Lima tahun yang lalu, begitu aku masuk SMP, kami menjadi keluarga – anak tiri dari pernikahan kedua ayahku.

 Saat itu, aku masih remaja, seperti kebanyakan orang.

 Aku berada di usia ketika aku jelas-jelas tertarik pada lawan jenis, dan aku menghindari Hiyori karena merasa malu.

 Gagal memanfaatkan kesempatan untuk menutup jarak di antara kami; sampai sekarang, hubungan kami masih canggung.

 Hubungan kami tidak jadi lebih baik atau lebih buruk, kami juga tidak terlalu sering berinteraksi. Kupikir, hal serupa bisa terjadi bahkan jika dia adalah saudara kandungku yang memiliki hubungan darah.

 Tapi kami tinggal seatap, jadi aku berharap kami bisa bergaul secara normal.

 Kami berdua merasa canggung, semakin lama kami saling memandang, entah kenapa itu rasanya sedikit melelahkan juga. Sambil memikirkan itu, aku mulai menaiki tangga, meminum teh jelai dari gelas, seolah meminum kesedihanku.

 …… pada saat aku sampai di kamarku, gelasku sudah kosong.

 Sambil melihat gelasku yang kosong, tiba-tiba wajah Philia muncul di depan mataku. Saat aku bertemu dengannya di dunia nyata, haruskah aku berkonsultasi dengannya tentang Hiyori?

 Sejujurnya, aku ragu untuk berkonsultasi dengan teman sekolahku tentang masalah keluargaku dan Hiyori.

 Terlebih lagi, membicarakan topik sensitif seperti itu saat bermain game, sepertinya salah. Meskipun, Philia dan aku hanya teman di game online, kami telah membangun hubungan seperti sahabat. Bukan ide yang buruk untuk bertanya padanya (Philia) tentang adik tiriku, yang tidak terlalu sering berbicara, hanya untuk topik percakapan kami?

 Bahkan jika aku tidak mendapatkan nasihat yang baik, hanya dengan membicarakannya dengannya, akan membuatku merasa lebih baik. Orang yang akan aku curhati mungkin merasa itu tidak nyaman, tapi aku akan melakukannya begitu saja sambil tertawa.

 Sambil memikirkan masalah ini, aku mulai menantikan hari di mana aku bertemu Philia secara langsung.

 Brak

 “~~~~~~♪”

 Saat aku sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba aku mendengar pintu kamar sebelah ditutup dengan keras.

 Aku bisa mendengarnya menyenandungkan sebuah lagu, sepertinya dia dalam suasana hati yang baik.

 Apakah sesuatu yang baik telah terjadi?

 Kalau saja kami cukup dekat, aku bisa berbicara dengan Hiyori tentang hal-hal seperti itu.

+×+×+×+

Tiga hari telah berlalu sejak saat itu dan dalam waktu singkat, ini adalah hari Sabtu. Ngomong-ngomong, aku bertemu Philia dalam game, kemarin dan kemarinnya juga.

 “Pasta tinta cumi-cumi Kraken……Kalau dipikir-pikir, aku belum pernah makan tinta cumi sebelumnya, ‘kan, Kries?”

 “Tidak, tidak pernah. Itu terlihat agak terlalu hitam.”

 "Tidakkah kau berpikir kalau pada saat seperti ini kau harus berani mencobanya seperti saat bertualang?"

 “Dan bagaimana jika itu ide buruk? ……Selain itu, harganya 1280 yen”

 “Ugh!”

 Begitulah isi percakapan kami tentang Karoake Celery, kebanyakan seperti “ketika aku pergi ke Karaoke Celery, aku ingin memesan ini, dan aku ingin memesan itu, tapi anggaranku terbatas” dan lain-lain.

 Sepertinya kami sudah tidak sabar untuk pergi ke sana, kami berdua bersemangat untuk pergi.

 Aku merasa agak senang telah mengundangnya. (Philia)

 “Fu aa a~fu”

 Aku berjalan menuruni tangga, rambutku masih berantakan, sambil menguap. Saat itu, aku mendengar pintu depan ditutup dengan keras. Sepertinya, Hiyori pergi ke suatu tempat.

 Aku membuka kulkas, berpikir sejenak untuk memutuskan apakah akan minum teh barley atau susu. Setelah perenungan yang hebat, aku memutuskan untuk menuangkan susu ke dalam gelasku dan menengguk semua susu itu sekaligus.

 Aku melihat jam dari sudut mataku, waktu sudah menunjukkan pukul 08:55. Pada hari libur biasa, aku akan tidur sampai hampir tengah hari, sepertinya aku tidak sabar untuk pergi ke sana, lebih dari yang kukira.

 Meski begitu, sepertinya Hiyori pergi ke suatu tempat cukup awal hari ini. Dalam lima tahun terakhir ini, kami hampir tidak pernah bertukar kata selain saling menyapa.

 Meskipun, aku sekarang sudah jadi keluarganya, aku tidak tahu teman atau hubungan seperti apa yang dia punya. Kadang-kadang, Setiap kali aku melihatnya di sekolah, dia tampak seperti seorang gadis pendiam yang sedang membaca buku atau novel.

 Dia tidak terlihat seperti tipe orang yang akan bermain dengan orang lain, tapi jangan bilang, bukannya dia tidak punya teman, ‘kan? Apakah dia pergi keluar untuk bersenang-senang bersama teman-temannya?

 Lalu tiba-tiba aku mulai membayangkan Hiyori tersenyum dan bermain dengan teman-temannya dan entah kenapa dadaku mulai terasa berat dan bergejolak (tidak tenang).

 Menyimpan menaruh gelas kosongku di wastafel, aku membasuh wajahku seolah mencoba memadamkan perasaan gelisah di dadaku ini.

 “Fu~u”

 Dengan kepala yang agak segar, aku mengubah pemikiran yang sedang berlangsung di benakku. Hari ini, aku akan bertemu Philia. Jika aku membuat ekspresi cemberut di wajahku di depannya, iti tidak baik.

 Kota Hatsuseya adalah kota regional seperti kebanyakan. Ada kota besar di dekatnya dan memiliki citra yang kuat sebagai "Kota malam".

 Terlepas dari citra itu, tempat ini memiliki populasi besar yang tinggal dengan berbagai fasilitas komersial seperti pusat perbelanjaan yang berjejer di depan stasiun kereta api. Tentu saja itu ramai pada hari libur.

 Tempat janjian kami berada di bawah jam stasiun. Bahkan di area itu, tempat itu sudah ramai dengan orang, datang dan pergi.

 “Hmm, sepertinya belum ada orang yang mirip dia?”

 Aku melihat ke bawah ke ponselku. Saat itu pukul 11:47. Masih ada waktu tersisa sebelum waktu janjian pukul 12:00.

 Sebenarnya, kami tidak bertukar informasi kontak kami. Yang kami lakukan hanyalah memutuskan waktu, tempat, dan ciri yang akan membantu kami mengidentifikasi satu sama lain.

 Kami membuat tanda pengenal sebagai pemegang kunci "Kussatsu goblin".

 Seorang anak Ogre yang gagah berani dan berkulit hijau yang memiliki segel di alisnya yang tebal, menari di tangan penjahat.

 Dia adalah karakter maskot game dengan kalimat khas "Sialan, bunuh EM!"

 Philia juga sangat suka karakter ini, jadi, dia biasanya akan bergegas ke sekelompok musuh yang akan dia bunuh, meniru kalimat karakter ini, “Bunuh EM! Kau jadilah cadanganku, Kreis!” Atau begitulah yang sering dia katakan.

 Jadi, itu adalah ciri yang sempurna untuk pertemuan kami. Ketika kami berdua memutuskannya, kami berdua tertawa di depan layar monitor berpikir itu benar-benar seperti kami.

 Aku mencoba memasangnya secara paksa ke casing smartphoneku, tapi itu menonjol karena ukurannya. Secara alami, aku adalah satu-satunya di sekitar sini yang menggunakan sesuatu seperti itu. Kelihatannya agak jelek, tapi Philia mungkin akan tertawa dan menemukanku setelah melihat itu.

 “……~A…… no”

 “Un?”

 Aku mendengar suara imut yang menyerupai denting lonceng.

 Saat aku mendongak dan bingung dengan kejadian itu, aku melihat seorang gadis mungil yang tidak kukenal.

 Karena berada di bawah bayang-bayang, dia tampak diselimuti sinar matahari yang agak biru, dengan rambut yang tampak basah dan berkilau dan wajah yang masih memiliki beberapa titik kepolosan bersembunyi di suatu tempat di dalamnya.

 Gaun berwarna ceri dengan pinggang langsing dan kardigan putih membuatnya terlihat sopan dan pantas dengan atribut sikap tenang yang melekat padanya. Dia sangat cantik, hingga seseorang akan mencuri-curi pandang padanya untuk kedua kalinya tanpa sadar.

 Dengan mata besarnya yang gemetar, dia mengarahkan jarinya ke arah “kussatsu goblin” yang terpasang di casing smartphoneku.

 "Um, apakah ... kamu ... Kreis?"

 “U! Ah, ya, aku Kreis … apakah kamu Philia … ?”

 Seharusnya ini pertama kalinya aku bertemu gadis ini.

 Tapi meski begitu, kenapa aku merasa seperti aku pernah bertemu dengannya.

 Meskipun aku paham ini buruk, aku entah bagaimana tidak bisa menahan diri untuk tidak menatapnya lebih seksama.

 Mungkin merasa malu dengan caraku menatapnya, Philia entah bagaimana mengalihkan pandangannya.

 Tidak seperti penampilannya yang imut, entah bagaimana aku bisa merasakan kesenjangan antara sikap dan kepercayaan dirinya yang biasanya, dan kemudian aku kembali berpikir kalau aku memiliki beberapa ingatan tentang dia sebelumnya — Tidak tunggu, jangan bilang... gadis ini adalah ...

 “Hiyori, apakah kau itu……?”

 *kokun

 Seperti biasanya, dia menundukkan wajahnya dan melihat ke bawah.

 “……. Philia.”

 Dan tidak seperti biasanya, dia menjawab pertanyaanku dengan suara yang sangat lembut seperti tangisan nyamuk.

+×+×+×+

Suasana di antara kami jadi canggung.

 Tetap saja, aku tidak ingin kami hanya berdiri di sana, jadi kami pindah ke dalam Karaoke Celery.

 Ada ruangan yang penuh dengan bantal dengan beberapa monitor berjejer, tapi yang kami pilih memiliki interior standar.

 Karena rasa penasaran, aku memang melihat-lihat jenis ruangan yang tersedia di meja resepsionis, daripada bar karaoke, ini lebih mirip ruangan di toko persewaan cosplay.

 Dipandu ke ruangan kami oleh pelayan, kami memesan semua yang sebelumnya telah kami putuskan saat dalam game. Namun, tidak ada satu pun pertukaran kata di antara kami yang terjadi.

 Kami duduk pada jarak yang aneh, kami berdua bertingkah gelisah.

 “…”

“…”

 Padahal, selama ini kami tinggal seatap. Kenapa aku bersikap seperti ini sekarang, tapi di sisi lain reaksi Hiyori jelas gugup dan tentu saja gemetar.

 Aku benar-benar bisa merasakan gemetarnya mencapai bahuku. Terlebih lagi, masih sulit bagiku untuk menerima kenyataan kalau Hiyori adalah Philia di game. Aku juga bisa merasakan bahuku jadi panas. Entah bagaimana, masih terlihat tidak nyata kalau Philia dan Hiyori itu sama.

 Biasanya aku hanya bisa melihat Hiyori saat mengenakan seragam sekolahnya dengan rok panjang yang menutupi lututnya, atau saat di rumah dengan kaus.

 Rambutnya ditarik ke atas menjadi sanggul ketat dengan paksa, tampak seperti seorang gadis yang tidak tertarik dengan fashion.

 Tapi sekarang dia seperti seseorang yang belum pernah kulihat sebelumnya, memakai rok pendek yang memperlihatkan kakinya yang telanjang, persis seperti karakter gamenya, Philia.

 Setiap kali Philia berbicara di game, dia akan mengatakan hal-hal seperti 'opantsu sama' (oh celana dalam yang bagus), 'futo momo chekku' (pemeriksaan paha tebal), 'Senaka erosurain' (bagian belakang erotis), dan kata-katanya vulgar lain seperti seorang pak tua. Kepribadian Philia itu sepertinya tidak cocok dengan Hiyori yang duduk di depanku.

 Ketika dia memasuki ruangan dan melepas kardigannya, aku melihat dia mengenakan pakaian tanpa lengan, dan bahunya telanjang dan bersinar. Pemandangan itu terlalu terang untuk mataku.

 Dia benar-benar terlihat imut dan terlihat agak berani, tapi mungkin dari selera pakaian dan kepribadiannya, aku masih bisa merasakan kesannya sebagai wanita yang lugu, ramah, dan sopan.

 Dia memiliki keimutan yang menarik hati yang membuatku tidak bisa berhenti menatapnya.

 “Tsu!”

 Mungkin dia memperhatikan tatapanku, dia buru-buru meletakkan kardigannya di atas pangkuannya untuk menutupi kakinya yang telanjang. Lalu dia membalas tatapanku sambil gemetaran (*pururpuru), air mata menumpuk di matanya.

 Sepertinya dia tidak menatapku dengan jenis pandangan yang sama seperti yang aku sebutkan sebelumnya tapi ...

 “Ah... um... itu cocok untukmu. jadi, um, kau benar-benar terlihat imut, kurasa?”

 “tsu!”

 Aku mencoba mengatakan apa yang terlintas dalam pikiranku. Itu sama seperti saat aku biasanya berbicara dengan Philia ketika mengobrol di dalam game.

 Faktanya, menurutku dia memang sangat imut.

 Namun, mungkin dia tidak terbiasa berdandan seperti ini, entah bagaimana aku tidak dapat menyangkal fakta kalau dia terlihat bertingkah sangat tidak normal.

 Kemudian lagi, tingkahnya itu terlihat sangat menggemaskan, dan kontras dari dirinya yang biasa, tampak begitu menyegarkan hingga senar di dalam hatiku mulai membuat kebisingan.

—Dia seharusnya berpenampilan seperti ini saja setiap hari.

 Aku mulai berpikir seolah-olah aku sedang memberikan ceramah, tapi jujur, itu sangat sia-sia.

 Aku menatapnya sambil memikirkan hal-hal seperti itu, ketika Hiyori menundukkan kepalanya, wajahnya memerah, itu membuat suasananya semakin canggung.

 Keheningan total sangat membebani tubuh, dan itu membuatku merasa seolah mati lemas.

 “Terima kasih sudah menunggu~♪”

 Sebuah suara ceria memotong suasana yang berat saat itu bergema di seluruh ruangan.

 Itu adalah pelayan, yang, tidak seperti kami, sangat bersemangat.

 "Pasta Tinta Cumi Kraken dan Kroket Mata Raja Naga Fabneil dan Sumpah Darah Ksatria ini untuk?"

 “Oh, itu pesananku.”

 “Itu berarti pacar anda memesan ramuan teh alkemis, ya~♪”

 “Tsu!”

 Setelah mengatakan itu, pelayan itu meninggalkan tempat ini dia mungkin berpikir telah melihat sesuatu yang menyenangkan dan menggemaskan.

 Sepasang kekasih remaja yang gugup dan serius — memang terlihat seperti itu.

 Terlepas dari niat pelayan itu mendorong dan mendukung kami, sayangnya kami tidak memiliki hubungan semacam itu.

 Entah bagaimana suasananya telah berubah lagi. Entah bagaimana aku bisa merasakan kalau kami jadi memperhatikan satu sama lain secara aneh.

 Baik Hiyori dan aku mengintip satu sama lain.

 “A- Ayo makan kalau begitu. Memang terlihat berlebihan dan penuh warna, tapi ini terlihat lezat.”

 “……”

 “Sumpah darah ksatria adalah jus tomat dan soda, dan rasanya sangat enak! Bagaimana rasanya ramuan teh alkemis?”

 "Ini enak"

 “A-aku mengerti! Haha …"

 “…”

 Aku mencoba menurunkan ketegangan dan secara paksa memulai percakapan dalam suasana yang tidak bisa diungkapkan ini, tapi itu sia-sia. Kami hanya berputar-putar. Hanya suara dentingan alat makan yang bergema di ruangan itu.

 Aku menelan kroketku bersama dengan perasaan pahit yang terkumpul di dalam diriku.

+×+×+×+

“Kalau begitu, aku mau mampir ke suatu tempat dulu!”

 Saat itulah kami berpisah, sekitar satu jam yang lalu.

 Lagi pula, aku tidak bisa terlibat dalam satu percakapan pun dengan Hiyori setelah itu. Aku berusaha sangat keras untuk berbicara dengannya tentang sebanyak mungkin topik yang kutahu, tapi semuanya sia-sia.

 Tidak tahan dengan tekanan mental karena keheningan, aku mencoba meredakan suasana dengan berkaraoke, tapi itu jadi tantangan mental untuk menyanyikan begitu banyak lagu sendirian.

 Aku tidak bisa membayangkan dalam mimpi terliarku kalau Hiyori adalah Philia ...

 Masih cukup sulit bagiku untuk menerima bahwa keduanya sebenarnya adalah orang yang sama.

 Bahkan kepribadian mereka berbeda seperti salju putih dan tinta hitam.

 Di atas segalanya, wajah seperti apa yang harus kutunjukkan padanya di rumah mulai sekarang?

 Aku mengambil jalan memutar yang jauh dari rumah untuk memikirkannya dengan jelas dan menyimpulkan. Tetap saja, tidak ada kesimpulan yang bisa kupikirkan.

 "Aku pulang."

 Seperti biasa, tidak ada jawaban. Ketika aku berpikir apakah Hiyori sudah pulang... aku menemukan sepasang sendal bagal baru di pintu depan.

 Apakah dia mengenakan ini hanya untuk hari ini?

 “Fu~u”

 Helaan nafas keluar dari bibirku.

 Bagaimanapun, aku lelah.

 Aku langsung pergi ke kamarku, karena aku tidak ingin bertemu Hiyori karena suatu alasan.

 Begitu aku memasuki kamarku, mataku melompat ke arah monitor komputer yang dibiarkan menyala.

 Sekarang aku ingat, aku tadi login sebelum pergi dan membiarkannya begitu saja…… ? Are?

 "TERLAMBAT!"

 Pada saat aku kembali ke kamarku, aku menemukan kolom obrolan benar-benar dibanjiri pesan.

 Di depan layar, di mana aku melihat karakterku berdiri diam, Philia berulang kali bereaksi dengan memberikan emote marah "Punsuka" padanya, terus-menerus.

 "Maaf, aku mengambil rute yang agak lebih jauh."

 “Mou! Kemana kau pergi?”

 "Jalan-jalan... tanpa alasan atau tujuan apa pun?"

 “Eh itu saja? Hanya jalan-jalan? uwaaa~ seperti manusia yang bebas”

 "Diam!"

 Itu percakapan biasa. Tapi entah kenapa, rasanya antiklimaks.

 Jadi, aku masih tidak percaya bahwa Hiyori adalah Philia, aku bingung dan bertanya secara mendadak.

 "Hiyori ... apakah itu benar-benar kau?"

 “Apa-apaan pertanyaan itu, Ah, iya, Subaru-kimi …”

 “Begitu ya..."

 Aku berbicara pada diri sendiri, secara naluriah.

 Aku tidak pernah memberi tahu Philia, nama asliku.

 Fakta kalau dia tahu nama asliku berarti dia, Hiyori.

 “Ahhh, aku makan tinta cumi untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku terkejut itu rasanya sangat kaya seperti mentega! Rasanya juga seperti Pepperoncino, dan ternyata lebih ringan dari yang kuduga”

 “Eehh, jadi begitu.”

 “Bagaimana kroketnya? Meskipun dibuat agar terlihat seperti mata Raja Naga, kualitasnya tidak bagus. Bagaimana rasanya?”

 “Mmmmm yah, seperti krim kepiting… sangat enak”

 “Oh ya, untuk ramuan teh alkemis, itu ternyata teh melati–”

 Di kotak obrolan, Philia mengatakan pendapatnya tentang hari ini seperti seorang komentator, tanpa jeda di antara kata-katanya.

 Percakapan kami biasa saja seperti sebelumnya.

 Aku seperti orang bodoh karena bertanya-tanya bagaimana cara berbicara dengannya mulai sekarang. Ketika tiba-tiba, hatiku jadi berat, dan dadaku mulai merasa tidak tenang.

 [Sfx: moyamoya.]

 Karena kamar kami bersebelahan, bukankah lebih cepat untuk berbicara pada satu sama lain secara langsung?

 Apa itu mungkin hari ini?

 Jadi, sebelum aku menyadarinya, aku mendapati diriku berdiri dan berjalan ke depan kamar Hiyori.

 ...... Tidak menanggapi game, aku sadar kalau aku melakukan sesuatu yang sangat berbeda dari diriku yang biasanya.

 Aku yakin aku masih berada di tengah kebingunganku.

 “Hiyori?”

 [Sfx: konkon]

 “Tsu!?”

 [Sfx: Dota-bata gas-shw-an]

 Saat aku mengetuk pintu Hiyori sambil memanggil namanya, sebuah suara yang menunjukkan kalau seseorang jatuh secara tiba-tiba datang sebagai balasan.

 Pintu terbuka dan aku melihat Hiyori menatapku dengan campuran ekspresi (kerepotan dan bertanya) di wajahnya.

 Matanya sedikit berkaca-kaca. Dahinya juga sedikit merah. Pipinya terlihat sedikit sembab.

 Juga, karena dia belum ganti pakaian, cukup menyegarkan melihat saudara tiriku berdandan dan bergaya di rumah.

 Tidak hanya itu, dia juga sedikit … itu, ya … imut … dan ketika aku sadar, wajahku memerah seperti saat demam.

 “Yah, kau tahu … Kita bisa membicarakan ini secara langsung–”

 “Tsu!”

 Tanpa mengatakan apa pun baik atau buruk, aku hanya diam-diam menekan tanganku di kepalanya seolah-olah menepuk bantal.

 [Sfx: pos-pos]

 Saat melakukannya, aku mengintipnya dengan cepat, seperti biasa, wajahnya merah sampai telinganya.

 “A–aku minta maaf”

 Dengan wajah bermasalah, aku membalas sambil menggaruk kepalaku. Dadaku sedikit perih.

 "… Terima kasih untuk hari ini."

 “Tsu!?”

 Itu adalah suara yang terdengar seperti dengungan nyamuk.

 Tapi aku mendengarnya dengan jelas. Mungkin Hiyori cukup malu hingga dia menutup pintu dengan suara yang lebih keras daripada jawabannya padaku. Aku kembali ke kamarku dengan kepala pusing dan masih berdenyut-denyut, bingung.

 “Ayo pergi lagi”

 Philia sudah log out.

 Catatan seperti itu ditinggalkan di kotak obrolan.

 "Kenapa kau..."

 Meskipun itu hanya catatan obrolan, entah kenapa dadaku berdebar tidak bisa dikenali.

 “♪”

 Dari kamar Hiyori di sebelah, aku bisa mendengarnya menyenandungkan sebuah lagu. Dia tampak dalam suasana hati yang baik, sama seperti hari-hari lainnya.

 Ketika aku mendengarkan itu dengan seksama, bukankah itu lagu tema game itu… Mau tidak mau aku melihat ke arah kamar Hiyori dan sadar kalau aku sedang tersenyum.

 Mungkin.

 Aku punya firasat bahwa sesuatu di antara kami akan berubah, pasti.


Translator: Janaka

4 Comments

Previous Post Next Post


Support Us