My Stepsister is My Ex-Girlfriend - Volume 6 Chapter 5-A Bahasa Indonesia

 

Bab 5-A

 

Setelah liburan musim panas, aku pergi ke tempat biasa, dan kau ada di sana, menungguku.

Semuanya bukan kebohongan.

Fakta bahwa kau dan aku menjadi kekasih, fakta bahwa kita berdebat karena hal-hal sepele, fakta bahwa kita tidak pernah bertemu selama liburan musim panas, fakta bahwa perasaan yang memenuhi hatiku pada hari ini setahun sebelumnya memudar dengan buruk, semuanya bukan kebohongan.

—… Selamat pagi, Irido-kun.

— ... Ya. Selamat pagi.

Semuanya seharusnya bohong.

Jika semuanya hanya fantasiku, ilusi ... dan tidak nyata ... Aku bisa mentolerir tindakanku sendiri.

Tapi kau ada di sini.

Aku tidak melihatmu selama lebih dari sebulan, dan kau mengatakan 'selamat pagi' kepadaku.

Apakah kau tidak mengerti?

Tidakkah kau mengerti bahwa—tidak ada keputusasaan yang lebih besar dari ini?

—…Erm, apakah kamu sudah menyelesaikan…PR-mu…?

Bahkan sampai hari ini, kupikir aku bisa mundur kembali ke saat itu.

Anggap saja liburan musim panas tidak pernah terjadi. Kupikir itu mungkin untuk kembali ke hubungan yang kami miliki sebelumnya ... Aku seharusnya mengatakan hal-hal yang membuat itu mungkin.

Tapi aku tidak bisa memaafkan.

Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.

Jadi…

—Ya. Tidak ada yang harus kulakukan, jadi aku bebas.

Kau membeku sesaat.

Maka dimulailah siksaan diri yang panjang dan berlarut-larut ini.

 

06:03 AM - Pagi festival budaya (Yume)

 

Aku menyipitkan mataku pada cahaya pagi yang menyinari tirai, dan perlahan turun dari tempat tidur.

Aku tidak ada di kamarku. Aku berada di ruang tidur sekolah.

Mataku mengerjap, dan aku melihat jam. Sekarang pukul enam pagi. Sudah lama sejak terakhir kali aku bangun sepagi ini.

Aku melihat ke sekeliling ruangan, dan melihat gadis-gadis dari komite festival budaya tidur dengan tenang di delapan atau lebih tempat tidur yang berjejer di ruangan. Senpai dan yang lainnya dengan bijaksana membiarkan kami, gadis-gadis dari tahun di bawah mereka tidur di sana ketika kami harus menyelesaikan pekerjaan semalaman. Anak laki-laki, yang seangkatan dengan kami tetapi harus tidur bersama menggunakan kantong tidur, mencemooh perlakuan khusus ini.

Aku masih punya sedikit waktu untuk tidur, tapi aku tidak ingin tidur lagi. Ini hari festival budaya, hari tersibuk bagi komite. Aku harus mempersiapkan mentalku.

Bagaimanapun, aku harus pergi mencuci muka. Aku meninggalkan ruang tidur dengan tenang, mengenakan jerseyku alih-alih pakaian tidur.

Sebelum aku pergi ke toilet, aku mengintip ke ruang pertemuan di sebelah dari koridor. Anggota panitia dibagi menjadi dua kelompok besar, laki-laki dan perempuan, tidur bersama menggunakan kantong tidur. Ruang pertemuan jauh lebih besar daripada ruang kelas, tetapi ruangan itu masih terlihat penuh sesak, dan aku tidak yakin bahwa aku akan dapat tidur dengan tenang, bahkan jika aku ingin mencobanya…

"…Hah"

Semua orang berisik kemarin malam, dan belum ada yang bangun. Namun, ada satu kantong tidur yang kosong. Tentunya, yang tidur di sana adalah …

Aku membasuh wajahku di wastafel di kamar mandi. Wajahku tidak terlihat buruk. Aku sedikit khawatir karena aku tidur di lingkungan yang asing, tetapi aku tampaknya baik-baik saja.

Ketika aku kembali ke lorong yang sepi, aku merasakan sesuatu yang aneh. Dalam empat jam lagi, sekolah akan penuh sesak dengan orang-orang, penuh dengan kebisingan dan hiruk pikuk. Namun, saat ini, satu-satunya suara adalah langkah kakiku…

Ini adalah ketenangan sebelum badai. Aku ingin jalan-jalan sebentar, jadi aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar gedung sekolah.

Aku berjalan menyusuri koridor yang dingin, mengintip ke dalam ruang kelas dan melihat ke luar jendela.

Aku sampai di depan tangga, dan entah bagaimana mengangkat kakiku. Aku tidak berencana untuk pergi keluar, dan itu adalah area yang biasanya tidak akan aku kunjungi.

Aku berbalik di tangga, menaiki tangga, dan menemukan sebuah pintu.

Itu adalah pintu ke atap.

Aku ingat itu biasanya ditutup. Aku ingat seorang senpai mengatakan bahwa itu dibuka untuk periode khusus ini, sehingga kami dapat memasang spanduk.

Karena itulah satu-satunya waktu aku bisa masuk, aku mungkin juga…

Aku meraih kenop dingin dan memutarnya, dan pintu terbuka dengan mudah.

“………………”

Mataku tidak segera bisa melihat ruang terbuka maupun langit biru di depanku.

Sebaliknya, aku melihat sosoknya yang familier saat dia duduk di depan pagar kawat yang tinggi.

“…Mizuto?”

Mizuto, mengenakan kaus, sedang duduk dengan punggung menempel di jaring kawat, melihat ke bawah ke tanah dengan kepalanya yang terkulai.

Ketika dia menyadari keberadaanku dan menatapku, "kau ..." dia mengalihkan pandangannya ke sini.

Setelah menutup pintu, aku mendekatinya dan berkata,

“Apa yang kau lakukan di luar sini? Apa kau tidak kedinginan?”

“Ya, aku… aku seharusnya membawa jaket.”

"Sudah berapa lama kau di sini ......?"

“Sekitar tiga puluh menit yang lalu. aku bangun pagi…”

Jarang baginya, yang merupakan burung hantu malam...Kurasa dia tidak bisa tidur nyenyak karena di sana sangat sempit.

"Apakah kau baik-baik saja…? Jika kau tidak bisa tidur nyenyak, kau bisa menggunakan tempat tidur yang aku tiduri…”

“Tempat tidur yang kau tiduri?”

Mizuto tersenyum tipis seolah-olah dia sedang mengolok-olokku.

“Kau sudah dewasa, ya? Apakah kau sudah melupakan rasa malumu?"

“A-aku baik-baik saja! Tempat tidur di ruang tidur digunakan bersama!…Dan, sekarang setelah kupikir-pikir, mungkin agak terlambat untuk itu…”

Sejujurnya, aku tidak berpikir tadi. Apa yang kupikirkan, membiarkan pria ini tidur di ranjang yang baru saja kutiduri~…!

"Tidak, terima kasih. Aku lebih suka tidur di kantong tidur daripada sendirian di kamar yang penuh dengan gadis-gadis.”

“Y-ya…Itu benar juga.”

Aku mengikuti tatapan Mizuto seolah-olah aku berniat untuk melupakan yang tadi.

Tidak ada yang khusus di bawah sana, kecuali sekelompok kios kosong.

“…Selain itu, aku bisa saja pulang.”

Mizuto tiba-tiba bergumam.

“Tapi aku benar-benar merasa tidak nyaman… aku hanya ingin menghela nafas di sini. Aku merasa lebih santai ketika aku sendirian.”

—Apa yang kau lakukan di sini?

Aku akhirnya menyadari ini adalah jawaban untuk pertanyaanku sebelumnya.

Menghela nafas, ya? Memang benar dia yang biasanya penyendiri, tiba-tiba dilempar ke kegiatan persiapan festival budaya di tengah masa mudanya. Dia mungkin gelisah jika dia tidak punya waktu untuk sendiri.

Kalau begitu, aku akan mengurus urusanku sendiri dan pergi dari sini—

—Tidak!

Ini kesempatanku untuk membuatnya berjanji untuk pergi bersamaku selama festival budaya ini! Yah, kami akan tetap bersama karena pekerjaan komite festival budaya… Aku sudah menundanya sebentar, tapi tidak ada situasi yang lebih baik dari saat ini.

“H-Hei.”

Aku berdiri di samping Mizuto yang duduk dan meliriknya.

“Apakah kau sudah memiliki janji untuk pergi berkeliling festival budaya…dengan Higashira-san atau yang lainnya?”

"Tidak terlalu. Lagipula dia tidak akan suka berkeliling, jadi dia mungkin akan mencoba nongkrong denganku selama waktu luangnya.”

H-hebat…tampaknya dia tidak ingin kencan festival budaya.

“L-lalu…err, sore ini! Setelah kita selesai dengan shift kerja kita di kios!…Apakah kau ingin berkeliling denganku? Lagipula ini festival budaya…!—Ah, Higashira-san juga bisa ikut! “

Aku sangat labil!

Aku membayangkan diriku ditolak karena Higashira-san, jadi aku berkompromi di akhir!

T-tapi...yah, tidak apa-apa! Setidaknya aku mengajaknya kencan! Mari berpikir positif!

Mizuto melirikku, 

“…… Ya, Isana akan menjadi aneh lagi jika aku sibuk dengan festival budaya dan dia tidak melakukan apa-apa. Mungkin lebih baik jika kau bersama kami. Jika kami sendirian, kami mungkin akan berakhir di perpustakaan.”

"Aku bisa membayangkannya…"

Aku tidak bisa membayangkan Mizuto dan Higashira-san berkeliling, mengunjungi kios selama festival budaya sendirian, tidak sama sekali.

“Jadi… itu janji, kan?”

"Ah…."

Bagus! Ini tidak persis seperti yang aku bayangkan, tetapi aku melakukannya!

Segera setelah aku merasakan beban terangkat dari bahuku, aku merasakan tubuhku menggigil. Mungkin aku mulai sedikit kedinginan.

“Hei, akankah kita kembali? Di sini lebih dingin dari yang diduga, bukan?”

“Sebaiknya kau kembali. Kau terlalu lemah.”

“A-Aku tidak selemah saat di SMP…! Maksudku, bagaimana denganmu?”

“Aku masih baik-baik saja. Jangan khawatir, aku akan kembali sebelum aku masuk angin.”

"Aku mengerti…"

Merasa agak ragu, aku kembali ke dalam, meninggalkan Mizuto sendirian.

Dan sampai aku menutup pintu, Mizuto terus melihat ke bawah ke sekolah melalui pagar kawat tanpa melakukan apapun.


 09:18 AM - Kau terlihat lebih dewasa daripada biasanya (Akatsuki)

 

“Ooh~!”

Aku bertepuk tangan ringan saat aku berdiri di depan Kawanami yang malu.

Dia mengenakan kimono dan hakama, dan berpenampilan seperti seorang sarjana. Warna rambut cerah dan ujung ikalnya masih sama, tapi anehnya, dia tidak terlihat begitu buruk. Tidak seperti Irido-kun, dia terlihat seperti anak putus sekolah—yah, beberapa orang mungkin menyukainya, kurasa.

“Itu agak bagus. Senang kau tidak perlu potongan rambut cepak untuk ini. ”

"Apakah kau akan memotong rambutku jadi cepak jika ini tidak cocok untukku!?"

“Bukankah kau seharusnya menjadi seorang sarjana? Maksudku, seorang sarjana itu pintar, tidak sepertimu.”

“Potongan cepak tidak akan merubah itu!”

"Itu benar. Jika itu cukup untuk membuatmu pintar, kau akan memotong rambutmu setiap kali kau mengikuti ujian.”

"Grrr ... Menyebalkan."

Aku terkekeh, dengan lembut mengangkat lengan baju dengan jariku, dan menunjukkan penampilanku pada Kawanami.

"Jadi? Bagaimana menurutmu?"

Tentu saja, aku juga menjadi Haikara-san dengan mengenakan sepatu bot.

[TL Note: Haikara-san kemungkinan merujuk ke karakter utama anime Haikara-san ga Tooru.]

Aku menyeringai dan menunggu jawabannya, tapi Kawanami menatapku kosong, 

“Yah, aku melihatnya ketika kau mencobanya. Bukan hal baru…”

"Pujian aku sebanyak yang kau inginkan!"

"Katakan, kau, bukankah itu dikatakan untuk pacar?"

“Pujilah aku semaumu, bahkan jika aku bukan pacarmu! Wajah genitmu hanya untuk hiasan!”

“Sayang sekali, ini hanya hiasan!”

Kawanami mengerutkan kening, memiringkan kepalanya, dan menatap kepalaku.

Aku biasanya menatanya menjadi ponytail yang diikat tinggi, tetapi sedikit berbeda hari ini.

“…Kau menggunakan pita yang berbeda, kan?”

“Bukankah itu manis? Ini gaya Jepang agar cocok dengan kostum ini ~

“Kau terlihat… aduh! Hei, berhenti menendangku dengan sepatu botmu!”

"Jangan bertingkah seperti kau sudah terbiasa berurusan dengan wanita lagi!"

“Kaulah yang mencoba terlihat seperti wanita, bodoh!”

Aku terus menendang bokongnya, “Oyyy.” dan temanku Maki-chan keluar melalui tirai dari ruang staf,

“Pasangan itu di sana~. Sudah hampir waktunya acara dimulai, jadi tolong hentikan manzaimu dan bersiaplah~.”

"Siapa pasangan itu?"

“Aku sangat sedih, Irido-san populer, Akki memiliki rutinitas komedi manzai suami istri, dan bahkan Nasuka punya pacar. Sepertinya hanya aku yang sendirian! Oy oy oy…”

“Jangan khawatir, Maki-chan. Kau tinggi dan cantik.”

"Tidak ada gunanya menjadi populer di kalangan perempuan!"

Maki-chan, anggota tim basket, tinggi dan langsing, dan terlihat sempurna dengan hakamanya. Tentu saja, dia populer di antara gadis-gadis. Masalahnya adalah dia tidak tertarik pada jenis kelamin yang sama.

[TL Note: dia masih normal, bukan macam kau.]

“Aku juga ingin pacar! Aku ingin tahu apakah aku akan dirayu hari ini?”

“Tidak diperbolehkan merayu.”

Kawanami berkata dengan tatapan tercengang.

“Lagi pula, jika kau begitu cepat jatuh cinta karena hal-hal seperti itu, kau akan berada dalam masalah. Jangan terlalu cepat percaya dan berakhir menjadi sampah. ”

“Eh……?”

Maki-chan membuka matanya lebar-lebar, menatap Kawanami, dan mencengkeram dadanya.

…Hah?

“Eh? Uh oh, hatiku baru saja melompat. Ada apa denganmu Kawanami!? Kau sembrono seperti yang terlihat! Istrimu akan marah!"

"Istri? Apakah aku terlihat seperti sudah memiliki itu?”

“Wah~! Ada bajingan yang menyamar sebagai bujangan~!”

“…………………………”

Aku diam menatap bajingan yang sedang ditertawakan oleh Maki-chan.

…Ada apa denganmu? Kau tidak memuji cosplay-ku, tetapi kau mengatakan hal-hal baik tentang Maki-chan? Hmmmm…heh~…Begitu ya…

“(...Aku kira kau sendiri akan dirayu juga.)”

Aku tidak akan membantunya lagi. Aku akan membiarkan dia dikenang sebagai orang aneh yang muntah saat dirayu.

Aku berbalik dan mencoba masuk ke area staf, 

“Berbicara tentang merayu, kau juga harus berhati-hati.”

Kawanami tiba-tiba berkata kepadaku dengan suara yang sedikit lebih lembut.

“Kau memiliki wajah yang cantik. Selain itu, efek cosplay itu membuatmu terlihat lebih dewasa daripada yang sebenarnya—”

“Eh? Aku? Dewasa–"

“—Bagaimanapun, sepatu bot membuatmu lebih tinggi.”

“………………”

"Aduh! Jangan injak aku dengan sepatu bot itu! Kau akan menghancurkan kakiku!”

Aku akan menghancurkanmu!

 

09:45 AM - Juruselamat dari Taisho (Isana)

 

Dan akhirnya festival budaya dimulai.

Kelas kami 1-3, agak kurang termotivasi, jadi kami memutuskan untuk mengadakan pameran foto yang membutuhkan persiapan dan tenaga yang sedikit sehingga kami bisa menikmati festival dengan berkeliling ke kelas lain.

Karena itu, tidak ada yang menyalahkanku karena tidak melakukan banyak pekerjaan, tetapi aku tidak punya tempat yang ingin kukunjungi dan bersenang-senang di hari festival, kecuali bermalas-malasan di kelasku sendiri… sementara itu, gadis-gadis lain yang memiliki terlalu banyak waktu luang tampak tertarik pada sesuatu ketika mereka mendekatiku?

“Hei, bukankah kamu akan keluar untuk berkeliling, Higashira-san?”

“E-eh… yah…”

“Kamu sedang menunggu pacarmu, kan? Irido-kun tidak akan punya banyak waktu karena dia sibuk dengan urusan komite festival budaya, kurasa?”

“Ah, aku mengerti. Hei, hei, seperti apa pacar Higashira-san? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya.”

“Yah, beberapa gadis mengatakan dia … keren, meskipun secara pribadi aku lebih suka jika dia terlihat lebih kuat.”

“Aku tidak bertanya tentang seleramu! Maaf Higashira-san! Dia memiliki fetish otot! “

"Apa? Bukankan kau juga suka otot!?”

“Ah-ahahaha……”

Seseorang selamatkan aku! Aku digunakan sebagai bahan obrolan oleh orang-orang yang namanya bahkan tidak aku ingat! Mereka satu-satunya yang tampaknya bersenang-senang, dan aku hanya bisa tersenyum!

Dan kemudian, mungkin permohonan tulusku didengar.

Dari koridor yang ramai yang sangat kontras dengan kelas kami yang kosong dan telah menjadi tempat istirahat, seorang pengunjung muncul.

Mengenakan kimono dan hakama.

Dia mengenakan haori dan topi sekolah.

Berpakaian seperti seorang sarjana—

—Itu adalah Mizuto-kun.

“…..Hyooeeee.” “Hueeee……”

Begitu Mizuto-kun masuk dengan haori hitamnya yang berkibar, kedua gadis yang berbicara dengan penuh semangat itu akhirnya berhenti, dan suara mereka mengempis.

Aku juga sama.

Aku tahu ... tentang itu. Aku melihat fotonya. Tapi, tapi…!

—Apa-apaan kesempurnaan ini!!??

Apakah dia pewaris dari beberapa keluarga besar!? Pengantin pria baik yang dipilihkan oleh orang tua!? Ini seperti kasus-kasus ketika seorang gadis kesal karena pasangan nikahnya dipilihkan, menabrak seorang pria sebelum mengetahui kalau dia bertunangan dengannya, mengatakan "Aku harap pria ini adalah tunanganku ......" dan itu menjadi kenyataan! Itu dia! Dia orang itu!

I-itu mengejutkanku...Aku seperti seorang gadis yang sedang bermimpi.

Mizuto-kun dengan cepat melihat sekeliling kelas, menemukanku, dan diam-diam berjalan ke arahku….huh? Aku tidak sedang bermimpi? Dia benar-benar datang ke arahku! Ah! Ngomong-ngomong, dia pacarku!

[TL Note: Woy.]

“Isana”.

Dan sejak terakhir kali, dia memanggilku dengan nama depanku!

"Aku hanya datang untuk memeriksamu...apakah kau sedang melakukan sesuatu?"

“…Ah ah ah…” “…Haaa haa…”

Mizuto-kun menatap mereka dengan matanya yang dingin, dan mereka berdua yang tertawa beberapa saat yang lalu tidak bisa berkata apa-apa seperti aku.

Mizuto-kun memiringkan kepalanya dengan ringan pada pemandangan itu, dan mengalihkan perhatiannya kembali padaku.

“Aku akan berkeliling sekarang, jadi aku akan kembali menjemputmu nanti siang… Mereka membuatku memakai pakaian ini untuk publikasi, tapi aku benar-benar ingin melepaskannya secepatnya.”

"""Jangan!""""

Semua orang membalas kata-katanya dengan serempak.

Bahkan aku, yang hanya tersenyum pada mereka, benar-benar kompak.

Mata Mizuto-kun menjadi kosong pada kekompakan kami yang tiba-tiba, 

"Yah, bagaimanapun, aku hanya datang untuk memeriksamu. Aku senang melihatmu tidak dalam masalah sebanyak yang aku bayangan. Baiklah kalau begitu."

Dengan itu, Mizuto-kun keluar begitu saja dari kelas.

Mereka berdua, yang namanya tidak aku ketahui, menatap ke kejauhan, 

“…Kurasa pria yang terlihat pintar juga tidak masalah…”

"…Benar…?"

Ini benar-benar menakutkan…bagaimana kau bisa mengubah fetish seseorang dengan sekali pandang…Mizuto-kun.

 

10:05 AM - Hati berbicara lebih keras daripada mulut (Yume)

 

“Lihat. Itu Haikara-san~!” “Wah, itu benar! Itu imut!”

Aku mendengar suara-suara itu lagi, dan aku merasa wajahku sedikit memanas.

Kupikir aku tidak akan terlalu menonjol saat berjalan menyusuri koridor dengan hakama dan sepatu bot karena ada begitu banyak cosplayer di mana-mana selama festival budaya, tapi aku salah. Kostum ini benar-benar membuat kami menonjol.

"Ya Tuhan…! Aku lebih suka melayani pelanggan daripada melakukan ini….”

"Jangan katakan hal-hal yang tidak bisa kau lakukan."

"Apa…! Aku setidaknya bisa melayani pelanggan!”

Aku memprotes Mizuto, yang berpakaian seperti seorang sarjana. Et tu Mizuto, dengan wajah polos itu!?

[TL Note: et tu, entah apa artinya, dari sumbernya emang begitu, gak pernah liat bahasa Inggris kayak gini.]

Mizuto, yang mengenakan jubah, memakai tanda yang tergantung di haori-nya yang bertuliskan “Taisho-Romantic Cafe, Kelas 1-7!'. Akatsuki-san menggantungkannya di punggungnya saat di kelas sebelum kami berpatroli sebagai anggota komite festival budaya. Sejujurnya, itu lebih memalukan daripada kostumnya, jadi Mizuto dan aku bergantian memakainya.

“Perhatikan aku akan baik-baik saat shift kita tiba. Aku seorang gadis yang bisa melakukan itu!”

"Aku tahu. Aku mendengarmu berlatih di malam hari.”

“Hurrkk…! J-jangan menguping …!”

"Salahmu karena begitu berisik."

Inilah sebabnya mengapa hidup bersama tidak selalu merupakan hal yang baik. Apa yang harus aku lakukan untuk Hari Valentine? Di mana aku bisa membuat cokelat?

[TL Note: disini Yume mikir di mana dia bisa membuat coklat valentine tanpa diketahui oleh Mizuto yang selalu tahu apa yang Yume lakukan di rumah mereka.]

Selama festival budaya, sebagian besar waktu kami akan dihabiskan untuk berpatroli di sekolah. Kalau ada masalah kami harus menyelesaikannya, kalau ada anak hilang kami harus membantunya. Tidak ada waktu bagi kami untuk malu.

Itu juga alasan kenapa aku setuju untuk membiarkan Higashira-san bergabung dengan kami. Karena ini benar-benar kencan! Menurut senpai, beberapa orang mulai berpacaran setelah festival budaya.

Aku melihat jam tanganku dan berkata, 

"Ah ... h-hei, kita harus segera pergi."

“Hmm?…Ahh, maksudmu memeriksa rumah hantu?”

"Ya! Kita tidak ingin terlambat! Bukan!?”

Adalah tugas panitia festival budaya untuk memeriksa keamanan acara.

Yap, rumah hantu memiliki pencahayaan yang buruk, dan masalah dapat dengan mudah terjadi. Anggota komite akan mampir terlebih dahulu untuk memastikan keamanannya.

Ini tugas kami! Ini jelas bukan untuk keuntungan pribadiku! Ini pekerjaan! Aku tidak punya pilihan! Aku harus masuk ke rumah hantu sendirian dengan Mizuto…!

“Oh, kamu di sini?” “Apakah kamu komite festival budaya?” “Wow! Kostummu cantik~!”

Kami tiba di kelas itu, dan menemukan resepsionis menunggu kami di depan ruang kelas yang telah berubah menjadi menakutkan.

Sepertinya persiapannya baru saja selesai, jadi kami harus memeriksanya sekarang, tepat sebelum dimulainya festival budaya...seperti yang diharapkan, mereka bekerja sampai menit terakhir, dan ini pasti sangat rumit. ….

Aku sedikit takut, tapi Mizuto berbicara dengan profesional.

"Apakah kamu keberatan jika kami memeriksanya?"

"Tolong lakukan, tolong lakukan ~!" “Silakan masuk bersama~!!” Perhatikan langkahmu, dan ikuti jalannya!” “… Ngomong-ngomong, di sana sangat gelap, jadi tidak akan ada yang tahu jika kalian melakukan sesuatu.”

Woah! Mereka mengacaukan segalanya! Rumah hantu ini untuk pasangan…!

"…Ayo pergi."

Setelah jeda singkat yang menunjukkan keraguannya, Mizuto meletakkan tangannya di tirai hitam yang menghalangi pintu masuk.

“T-tunggu sebentar…!”

Aku buru-buru mengikutinya melalui tirai.

Benar-benar gelap di dalam. Aku tidak percaya sekarang siang hari. Ini seperti gua, tetapi ada cahaya di belakang yang seperti membimbingku ... seperti jiwa manusia. Cahaya apa itu? Bagaimana itu dibuat?

“Mereka membuat jalannya jelas, ya ….”

Mizuto dengan tenang masuk ke mode kerja. Apakah orang ini benar-benar tidak masalah dengan sesuatu yang berbau horor? Ah ya ampun, kami seharusnya pergi ke rumah hantu setidaknya sekali saat kami berkencan!

Aku mengambil napas dalam-dalam, tenang dan berbicara dengan tegas.

“… Hei… bolehkah aku memegang tanganmu…?”

"Hah? Kenapa?"

Akulah yang seharusnya bertanya “kenapa”! Reaksi macam apa itu ketika seseorang menjadi imut dan ingin dimanja?

Aku menyerang tanpa ragu-ragu.

“Lihat, di sini gelap, kau memakai hakama, dan akan merepotkan jika kau tersandung dan memecahkan sesuatu. Jadi, untuk jaga-jaga, mari kita tetap bersama…, oke?”

“… Yah, baiklah. Aku mengerti."

Tidak lama setelah aku mendengar itu, aku menyelipkan tanganku sendiri ke tangan Mizuto.

Tangannya tipis dan halus. Aku bisa tahu ini tangan laki-laki, karena sedikit kasar...Kupikir ini menjadi sedikit lebih besar sejak kami SMA.

Saat aku mencoba mengaitkan jariku dengan jarinya, Mizuto melirikku. Aku memperhatikan itu, kau tahu. Kupikir kau terlalu peka. Kemudian, dia mengalihkan tatapannya. Fufufu.

Maka, kencan rumah berhantu dimulai.

Splash... kami berjalan menyusuri jalan sempit yang gelap sambil mendengar suara air bergema entah dari mana, Dan kemudian—dari cahaya redup yang kukira sebagai penunjuk jalan, pembunuh pertama muncul.

"Hah!?"

Aku benar-benar tidak berniat begitu, aku berpegangan pada lengan Mizuto, tentu saja.

Di dalam tirai yang remang-remang, bayangan aneh yang jelas bukan orang lewat.

Berbicara tentang rumah hantu, aku berharap untuk melihat tangan pucat keluar dari pintu geser fusuma, dan kupikir aku akan baik-baik saja apapun itu. Namun, aku terlalu naif.

“…Oi….”

Saat aku membeku karena terkejut dan sedikit menyesal, aku mendengar gumaman bergetar samar di telingaku.

"Berapa lama kau akan menempel padaku ...?"

“Ah…ma-maaf…”

Tidak, tunggu. Aku selalu gagal karena aku mundur. Ini adalah situasi yang sempurna bagiku, jadi mengapa aku tidak terus maju saja?

“Bisakah aku… terus seperti ini lebih lama lagi? Ini menakutkan …."

"………Apa yang kau katakan? Bukankah kau biasanya membaca buku dengan tubuh yang terpotong-potong di dalamnya?”

"Misteri dan horor benar-benar berbeda!"

Aku menguatkan tekadku dan memeluk lengan Mizuto lebih erat lagi. Dalam tiga detik berikutnya—aku akhirnya menyadari bahwa aku menekan dadaku ke tubuhnya, tapi aku tidak bisa mundur. Woooahhh…memalukan, tapi aku akan ketahuan jika aku kabur sekarang…….

—Deg … Deg … Deg—

Detak jantungku semakin cepat. Apakah kau mendengarnya melalui lenganku? Apakah kau pikir itu karena aku menempel padamu? Atau apakah kau pikir itu hanya karena aku takut dengan rumah hantu?

“......Ayo berjalan. Seharusnya tidak terlalu panjang.”

Tanpa memberiku jawaban, Mizuto berjalan pergi, menarikku.

Setelah itu, jebakan kejutan yang rumit berlanjut. Hantu-hantu yang tiba-tiba melompat ke arahku hanyalah permulaan dari semuanya, dan sebelum aku menyadarinya, seseorang mengikuti di belakangku. BAM BAM BAM! Ada suara langkah kaki yang keras mendekat. Triknya benar-benar menakutkan, dan aku tidak tertarik untuk menengok ke belakang lagi.

Tepat ketika aku pikir ini akan berakhir, sebuah pintu muncul di depan kami.

Itu adalah pintu geser kelas. Di baliknya adalah koridor.

Tapi—di sana ada instruksi yang menutupi jendela di pintu.

“Monster itu akan dikalahkan oleh cinta murni manusia, dan kutukan di pintu akan dipatahkan. Mulut kalian harus saling berciuman. Jika tidak, kalian harus saling berpelukan. ”

“…………”

“…………”

Apa-apaan ini!?

Maksudmu aku tidak bisa keluar kecuali aku menciumnya? Rumah hantu macam apa ini?

Aku punya firasat buruk tentang ini~….saat kami masuk ke dalam, entah kenapa semua orang menyeringai dengan aneh….

Aku diam-diam berbisik pada Mizuto.

“(A-apa yang akan kita lakukan…?)”

“(Tidak mungkin kita bisa melakukan itu. Kita disuruh berciuman, itu berarti kita sedang diawasi.)”

Be-benar, tentu saja. Ketika memikirkannya kembali, seluruh dunia tahu bahwa Mizuto pacaran dengan Higashira-san, dan jika aku menciumnya, bahkan jika itu hanya ciuman pura-pura, informasi itu akan bocor entah dari mana, dan itu membuat Mizuto seperti berselingkuh…

“Kalau begitu… kita tidak punya pilihan. Ya, kita harus melakukan ini untuk keluar!”

Aku berkata dengan keras, berhenti dan berkata, aku tidak ingin—

—Gyu.

Dan kemudian, aku memeluk Mizuto dari depan.

Dikatakan kita bisa berpelukan sebagai alternatif. Karena aku tidak bisa menciumnya, aku hanya bisa melakukan ini. Kami tidak punya pilihan. Benar?

“O-oy…”

"Ayo cepat. Kita perlu saling berpelukan… kau juga.”

"……Sialan kalian…."

Aku tertawa kecil. Aku belum pernah melihat orang mengatakan 'onore' secara langsung sebelumnya.

Gyu.

Aku peluk oleh lengan Mizuto dari bahu sampai ke punggungku. Aku merasakan kehangatan Mizuto di sekujur tubuhku, dan perasaan bahagia yang lembut memenuhi dadaku. Aku senang, aku lega… ahh, mungkin ini pertama kalinya aku dipeluk seperti ini sejak kami putus…

Deg, deg, deg

Irama detak jantungnya sedikit berbeda dariku. Aku yakin itu bukan hanya aku, tetapi detak jantung itu menjadi sedikit lebih cepat seiring berjalannya waktu.

Pfft. Aku tidak bisa menahan tawa.

Dan kemudian, aku tidak bisa menghentikan dorongan nakal yang muncul dalam diriku.

Sementara pipi kami bersentuhan, aku mendekatkan bibirku ke telinga Mizuto.

“(Sudah lama. Apa rasanya enak?)”

–DEG. Detak jantung itu melompat sesaat.

Tidak peduli seberapa kosong wajahnya, hatinya selalu jujur. Aku hanya melihatnya dengan tenang melakukan pekerjaan komite festival budaya baru-baru ini, jadi detak jantungnya yang panik terasa lebih menggemaskan.

Namun, kenikmatan tersebut tidak berlangsung lama, klik, karena aku mendengar suara pintu dibuka.

Mizuto segera menarik dirinya menjauh dariku. Aku mencoba mengintip wajahnya, tapi terlalu gelap, dan dia dengan cepat berbalik, jadi aku tidak yakin.

Yah...itu bagus untuk kami berdua, karena aku senang dia tidak bisa melihat wajahku juga.

“~! Apa yang aku katakan? Bukankah itu sedikit ecchi!?”

“Terima kasih atas kerja kerasmu!”

Pada saat kami membuka pintu dan berjalan keluar ke koridor yang terang benderang, kami secara halus saling memandang, dan suasananya sangat canggung.

“Bagaimana rumah hantu kami!?” “Ini dibuat dengan baik! Ini akan menjadi tempat suci bagi para pasangan!”

Sebagai anggota panitia festival budaya, aku harus membuat keputusan.

“…Pada dasarnya tidak ada masalah, tapi tolong hapus instruksi terakhir karena mengganggu moral masyarakat..”

"""Eeehhhhh~!"""

Gadis-gadis itu berteriak frustrasi, sementara anak laki-laki saling memandang seperti mengatakan, 'Tentu saja'. Ya, itu benar.

Mizuto dan aku meninggalkan kelas rumah hantu, dan kembali berpatroli.

Setelah beberapa saat, Mizuto, yang diam dari tadi, tiba-tiba bergumam padaku.

“…Itu….”

"Hah?"

"Itu ... aku hanya terkejut karena rumah berhantu itu terasa lebih nyata dari yang aku kira."

…Jantungmu tidak berdetak lebih kencang karena berpelukan denganku?

Jangan terlalu kasar, 

“Kau takut, dan kau menahannya? Demi aku?”

"Tidak! Aku hanya terkejut—”

“Jadi kau benar-benar mencoba yang terbaik untuk menahannya? O kawaii koto~!”

[TL Note: tulisan yang bisa kalian dengar.]

“Bukan itu…argh!”

Sungguh, hanya hatimu yang jujur, bukan?

[TL Note: hati dan jantung dianggap sama di sini. Yah, Cuma karena bahasa Indonesia yang membedakan hati dan jantung.]

 

10:56 - Tidak bisakah aku melakukannya untukmu? (Mizuto)

 

Setelah kesalahan kecil kami (sangat kecil) di rumah berhantu, kami melanjutkan patroli kami, karena aku tidak akan membiarkan Yume setelah dia terbawa suasana tadi.

Aku selalu berpikir bahwa jika aku dapat menghilangkan salah satu dari Tiga Hasrat Besar, aku akan memilih untuk menghilangkan keinginan untuk tidur, karena aku akan dapat menggunakan waktuku untuk membaca atau melakukan hal lain. Tetapi sekarang, aku ingin menyingkirkan hasrat seksualku. Ini bukan pertama kalinya... aku terguncang oleh kontak seperti itu. Itu sangat memalukan.

Saat aku berjalan melalui hiruk pikuk festival budaya, pikiranku terganggu oleh sesuatu yang lain.

Apakah Isana bebas sekarang? Ketika aku pergi untuk memeriksanya tadi, dia tampak terganggu oleh gadis-gadis di kelasnya yang berbicara dengannya — yah, dia ahli dalam menghabiskan waktu sendirian, jadi mungkin aku tidak perlu mengkhawatirkannya, tapi aku ingin menjemputnya lebih awal jika memungkinkan.

“…..!”

Aku baru saja akan mengeluarkan ponselku untuk memeriksa jam ketika Yume berhenti sejenak…apakah dia barusan meringis sedikit, seperti sedang kesakitan atau apa?

"Ada apa?"

“Ugh….. Tidak. Tidak ada apa-apa. Aku hanya tersandung sedikit …..”

Bukannya aku tidak cukup mengenalnya untuk menerima senyum kosongnya secara langsung.

Aku melihat ke bawah ke kaki Yume yang mengenakan sepatu bot dan berpikir sejenak.

“….. Kakimu lecet?”

“Eh? Ke-napa…"

“Kau berjalan-jalan dengan sepatu yang tidak terbiasa kau pakai selama satu jam. Mungkin karena itu.”

Sebenarnya, aku seharusnya sudah tahu itu sejak awal. Aku tidak berpikir sejauh itu…..

"Rumah sakit ... agak jauh, ya."

"A-aku baik-baik saja!"

"Diam. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah memeriksanya. Aku yakin ada ruang kelas kosong di dekat sini. Ayo ke sana."

Aku meraih pergelangan tangan Yume dan menariknya, dan dia mengikutiku tanpa banyak perlawanan.

Koridor di depan ruang kelas yang kosong itu sepi, seperti gelembung udara. Gedung sekolah dipenuhi dengan begitu banyak hiruk pikuk, tapi langkah kakiku bisa terdengar di area ini.

Aku membuka pintu dan mengintip ke dalam, tetapi tidak ada seorang pun yang terlihat. Aku mendengar bahwa setiap tahun, beberapa siswa akan nongkrong di ruang kelas yang kosong ini dan melewatkan festival budaya, tetapi yang ini sepertinya benar-benar kosong.

“Aku tidak melihat siapa pun di sini. Baguslah. Duduklah di kursi itu sebentar.”

"Tidak apa. aku hanya sedikit sakit…”

“Dengar, itu buruk jika kau terluka. Jika kau tidak bisa berjalan, itu berarti lebih banyak pekerjaan untukku, mengerti? ”

“…Kau mengkhawatirkan dirimu sendiri?”

"Apakah itu buruk?"

"….Tidak juga…"

Aku membungkuk di depan Yume, yang sedang duduk di kursi, "Yang mana?" Aku bertanya, dan Yume menjawab, “Kanan…..,” jadi aku mengendurkan tali sepatu bot kanannya.

Setelah melepas botnya, aku melanjutkan ke kaus kaki. Aku meletakkan jari-jariku di kaus kaki yang elastis, “Tunggu…!” Yume menonton dengan cemas, tapi berkat Isana, melepas kaus kaki seorang gadis cukup mudah bagiku. Lagipula, bukankah Yume pernah memintaku untuk memakaikan kaus kaki setinggi lutut padanya sebelumnya? Jangan berakting seperti tidak bersalah sekarang.

Kaus kaki itu terlepas dengan mudah, memperlihatkan kaki putihnya. Aku mengangkatnya dengan lembut, “Mm…” dan Yume mengeluarkan erangan geli.

“…Ada beberapa bekas kemerahan di pergelangan kaki bagian dalam dan di sekitar pangkal jempol kaki…tidak terlihat seburuk itu.”

“T-tentu saja, kan? Aku baik-baik saja."

“Itu yang kau katakan sekarang. Shift kita di kelas setelah ini, dan mengingat kepribadianmu, kau akan menahan itu saat bekerja bahkan ketika lukanya semakin parah.

“…..Nnnn………”

Yume terdiam, terlihat sedikit malu.

Karena sudah semerah ini, aku merasa aku harus melakukan sesuatu tentang hal itu. Hal terbaik adalah mengganti ke sepasang sepatu yang tidak masalah untuknya, tetapi kami tidak memiliki itu sekarang ...

“…Oh, benar.”

Aku teringat sesuatu, merogoh saku hakamaku, dan mengeluarkan sesuatu.

Yume mengangkat alisnya ringan,

"…Plester luka? Kau membawa sesuatu seperti itu?”

“Ya, kalau-kalau ada anak yang sedang berkunjung tersandung atau semacamnya. Kau harusnya akan merasa sedikit lebih baik jika kau memakai ini untuk saat ini. ”

Aku menempelkan plester di area yang memerah.

Yume bergumam pada dirinya sendiri saat dia melihatku melakukan itu.

“Kau… secara mengejutkan memikirkan orang lain, ya?”

"…Tidak juga. Hanya saja aku tidak suka anak-anak menangis, itulah yang aku pikirkan.”

“Sebenarnya, kau manis… hanya Higashira-san dan aku yang tahu tentang ini, ya?”

Setelah selesai memakaimemakaikan plester, aku mengambil kaus kaki itu, dan menatap kaki telanjang Yume.

“Lagi-lagi, jadi apa…apa yang salah dengan itu?”

“Kau bisa lebih akrab dengan semua orang. Kau tidak terlalu akrab dengan orang-orang dari komite festival budaya, kan?”

"Itu benar, aku tidak bisa membantah itu."

Aku memasangkan sepatu bot di atas kakinya tanpa melihat ke wajah Yume.

“Akan merepotkan bagiku ketika orang berpikir aku mudah bergaul. Bagiku, berbicara dengan orang lain itu melelahkan.”

“Lalu bagaimana denganku?”

“Ini benar-benar melelahkan.”

"Kau adalah keluargaku, jangan terlalu kasar."

Yume terkekeh saat mengatakan itu.

…Aku tidak membutuhkannya.

Aku adalah tipe orang yang tidak butuh 'semua orang'.

Aku tidak sepertimu… Aku berbeda.

Aku mengikat talinya, berdiri, dan Yume bangkit dari kursi.

"Bagaimana itu?"

Yume mondar-mandir di celah antara meja, melihat ke kaki kanannya yang diplester.

"…Hmmm. Kupikir ini baik-baik saja. Itu tidak sakit lagi.”

"Jangan terlalu banyak bergerak. Memeriksamu lagi itu sulit. ”

"Kau harus lebih jujur ​​​​dan lembut."

Yume tersenyum tipis dan aneh, 

"Terima kasih."

Kenangan saat Yume merawatku hingga sembuh kembali muncul di benakku.

Yuni-san menyuruhku untuk berterima kasih padanya secara langsung. Tapi—aku tidak bisa mengucapkan kata-kata itu padanya.

Kukira mudah bagimu untuk mengatakan itu.

"………Ya."

Jawabku singkat dan berjalan ke pintu kelas.

Satu-satunya hal yang keluar dari tenggorokanku adalah kekosongan.

 

Translator: Janaka

2 Comments

  1. Mantap, lumayan panjang
    Thx admin
    Btw, fuyu novel kenapa ya? Gak bisa diakses, kerabat blog ini bukan min? Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Blog ini gak ada hubungan apa-apa sama blog itu

      Delete
Previous Post Next Post


Support Us