OmiAi - Chapter 46 Bahasa Indonesia


 

Bab 46

Karena hari sudah mulai gelap, Yuzuru memutuskan untuk mengantar Arisa pulang ke rumahnya.

Mereka berjalan berdampingan.

Hari itu panas saat siang, tetapi sedikit dingin saat malam, karena ini sudah mulai memasuki awal musim gugur.

Mungkin karena perbedaan suhu siang dan malam, dan pakaian yang mereka kenakan, mereka merasa agak kedinginan.

"Kamu baik-baik saja, Arisa.?"

Yuzuru tidak terlalu kedinginan, tapi Arisa sepertinya kedinginan.

Ketika Yuzuru memanggilnya, Arisa menunjukkan tangannya memegangi tubuhnya.

"Aku tidak begitu suka dengan cuaca dingin, kamu tahu."

“Meskipun kamu berasal dari keluarga Yukishiro.” ( TN: Yukishiro artinya Kastil Salju )

"Itu hanya nama keluarga."

Arisa kemudian tertawa kecil.

Namun, dia tidak berbohong ketika dia mengatakan dia tidak suka cuaca dingin, karena dia benar-benar terlihat kedinginan.

Mungkin itu karena Arisa mengenakan pakaian yang lebih tipis daripada Yuzuru.

Apa pun itu, akan buruk jika sampai Arisa masuk angin.

Setelah berpikir sebentar, Yuzuru meraih jaketnya dengan kedua tangan dan dengan ringan melepaskannya saat dia bertanya pada Arisa,

"Haruskah aku meminjamkan jaketku padamu?"

“Eh? ...... Tapi bukankah itu dingin untukmu juga, Yuzuru-san?”

"Izinkan aku untuk bertindak sedikit keren saat ini."

Ketika Yuzuru menjawab seperti itu, Arisa menjawab, “Kalau begitu aku akan menerima tawaranmu.”

Yuzuru melepas jaketnya dan menyerahkannya kepada Arisa.

Arisa dengan hati-hati mengenakannya.

Jaket itu benar-benar menutupi tubuh Arisa.

"Ini hangat……. kamu baik-baik saja, Yuzuru-san?”

“Lebih baik daripada kamu yang tadi.”

Sekarang Arisa merasa lebih hangat.

“Sungguh…..Terima kasih banyak”

Arisa menyipitkan matanya.

Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke kakinya.

“Aku tidak suka musim dingin.”

“Karena dingin?”

“Ya… Dan karena tidak ada yang meminjamiku jaket saat aku kedinginan.”

Apa itu berarti tidak ada yang membantunya?

Atau apakah itu berarti sesuatu yang lain?

Yuzuru tidak tahu.

“Tapi musim dingin ini, aku mungkin bisa sedikit menyukainya……. Aku punya pemikiran seperti itu.”

“Oke, kalau begitu mari kita coba membuatmu menyukai musim dingin……. tapi itu masih lebih dari dua bulan lagi.”

Saat ini baru pertengahan September. 

Jadi masih terlalu dini untuk membicarakan musim dingin.

“Ngomong-ngomong, Yuzuru-san. Aku tahu, mungkin bukan ide yang baik untuk menanyakan hal-hal ini, tapi ……”

"Tiga ukuran?"

“Bukan itu!!....... Karena, kamu yang membayar mantelku. Jadi, aku bertanya-tanya bagaimana keadaan keuanganmu ..... Apa kamu tidak khawatir? Uang saku Yuzuru-san pasti juga terbatas, dan jika itu adalah uang orang tuamu, maka aku merasa tidak enak.”

"Akan kujelaskan."

Meskipun Yuzuru ingin mengatakan kalau dia tidak perlu khawatir tentang itu, Arisa adalah seorang gadis yang peduli dengan hal-hal ini.

Yuzuru tidak pernah membicarakan tentang keadaan keuangannya sebelumnya. Tetapi jika mereka akan melanjutkan hubungan mereka, akan lebih baik untuk memberi tahu Arisa.

“Orang tuaku yang membayar tempat tinggalku. Mereka juga yang membayar untuk pakaianku, karena mereka tidak ingin aku terlihat lusuh”

Untuk pakaian, Yuzuru menyimpan kuitansinya dan uangnya akan diganti nanti.

"Bagaimana dengan uang makan?"

“Setidaknya lima belas ribu yen, untuk memastikan aku tidak mati kelaparan. Selain itu, aku memiliki lima ribu yen untuk uang saku. ”

"...... Itu sangat kurang."

“Yah, aku tidak bisa mengeluh soalnya aku tinggal sendirian karena keegoisan.”

Namun, agak sulit untuk menutupi biaya makanan dan hiburan dengan 20.000 yen.

Jadi……

“Sisanya adalah hasil kerja paruh waktu.”

"Eh, kamu kerja paruh waktu?"

“Ah, ……, aku tidak pernah menyebutkannya sebelumnya.”

Yuzuru hanya pergi ke kegiatan klub seminggu sekali.

Selain hari Sabtu untuk Arisa, sisanya, lima hari Yuzuru tidak memiliki kegiatan khusus.

Dia tidak memiliki hobi yang sangat dia sukai, jadi dia menghabiskan waktu luangnya dengan bekerja paruh waktu.

“Sungguh mengagumkan karena kamu bisa menghasilkan uang sendiri.”

Arisa berkata dengan suara yang terdengar seperti dia benar-benar terkesan.

Adapun Yuzuru, dia senang dipuji oleh Arisa, tetapi pada saat yang sama, dia memiliki perasaan campur aduk .......

“Hmm, tidak, yah ……”

"Ada apa?"

"Aku sedang berpikir, mungkin itu tidak benar, apa yang kamu katakan tadi."

Ketika Yuzuru tergagap, Arisa memiringkan kepalanya.

“Aku tidak bekerja karena kebutuhan, aku melakukannya karena aku punya waktu. Itu adalah hobi. Aku bisa berhenti kapan saja jika aku mau.”

Sejak awal, tinggal sendiri adalah keegoisan Yuzuru.

Dia diizinkan tinggal sendiri karena keluarganya cukup kaya.

“Tugas utama seorang siswa adalah untuk belajar, kan? Itu sebabnya aku berpikir kalau…… pekerjaan paruh waktu dan kegiatan klub harus menjadi prioritas kedua kecuali karena kebutuhan atau untuk mencari nafkah di bidang itu sebagai seorang profesional. Jika orang tua masih hidup dan sehat wal afiat, anaknya seharus belajar dengan benar.”

“…… Tapi kamu berhasil menyeimbangkannya belajarmu, kan?”

Memang, nilai Yuzuru tidak buruk.

Dan dia tidak mengabaikan tugas sekolahnya karena pekerjaan paruh waktunya. ……

“Tapi aku tidak mengerahkan seluruh energiku untuk itu. ......  Kupikir aku harus belajar dengan benar dan serius, sama sepertimu. Yah, …… ini hanya pendapat pribadiku.”

“Bolehkah aku bertanya padamu?”

"Apa?"

“…. Jika kamu berpikir seperti itu, mengapa kamu tidak melakukannya …… ​​”

Itu adalah pertanyaan alami.

Kecuali jika kau bekerja paruh waktu karena kau berpikir menghasilkan uang untuk diri sendiri itu bagus, akan aneh jika bekerja paruh waktu sambil berpikir bahwa itu bukan sesuatu yang baik untuk dilakukan.

Tentu saja, ...... ada alasan bagus untuk itu, di satu sisi.

“Karena aku bukan anak yang baik, kau tahu. Aku adalah anak nakal…… Belajar adalah hal yang membosankan untukku. Dan walaupun tujuan utama menjadi seorang siswa mungkin adalah untuk belajar……, aku percaya tujuan utama hidup adalah untuk menikmati hobi.”

Namun ……., ada alasan lain mengapa Yuzuru bekerja paruh waktu.

Ini karena, bagi Yuzuru, masa depannya hampir ditentukan.

Jika semuanya berjalan lancar, Yuzuru akan mewarisi pekerjaan orang tuanya dan jabatan pemimpin keluarga Takasegawa……. Dengan kata lain, ia praktis tidak memiliki kebebasan memilih profesi.

Satu-satunya waktu Yuzuru bisa bebas adalah ketika dia masih jadi pelajar.

Itulah alasan mengapa orang tuanya menyetujui pekerjaan paruh waktu Yuzuru sebagai hobi.

"Kamu jelas bukan anak yang baik."

Arisa membalas seperti itu ketika dia mendengar jawaban Yuzuru.

Yuzuru tidak bisa menahan tawa.

"Aku berharap kamu menyangkal bagian itu."

“Tapi ……”

"Tapi?"

“Aku suka bagian itu darimu, kamu tahu?”

Arisa tertawa.

Jantung Yuzuru berdetak kencang.

Sementara mereka berbicara, mereka sudah sampai di dekat rumah Arisa.

"Haruskah aku menemanimu sampai rumah?"

Yuzuru bertanya.

Biasanya, Arisa akan menjawab, "Aku akan baik-baik, kita berpisah di sini saja".

Tapi ……

“…… Bisakah kamu menemaniku hari ini, boleh?”

Entah kenapa, dia ingin Yuzuru menemaninya hingga depan rumah.

Tentu saja, hanya lima menit berjalan kaki, jadi tidak ada masalah sama sekali.

Yuzuru menemani Arisa hingga depan rumah.

“Aku sudah datang sejauh ini. Bisakah aku menyapa orang tuamu? ”

"Tentu. ……, tapi kurasa Ayah angkatku tidak ada saat ini.”

Setelah Arisa mengatakan itu, dia membunyikan interkom.

Kemudian, dengan suara yang sedikit menyesal, dia berbicara kepada orang di ujung lain interkom.

“Ini Arisa. Aku baru saja kembali……. Bisakah kamu membukakan pintu untukku?”

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka dengan agak keras.

Tubuh Arisa gemetar ketakutan.

Wanita yang keluar adalah wanita paruh baya dengan ekspresi agak tidak senang.

Itu Emi Amagi, Ibu angkat Arisa.

“Ya ampun, mengabaikan tugas sampai larut malam! Kau cukup memberontak akhir-akhir ini. ……”

"Maafkan aku. Akulah yang menyeret Arisa-san sampai larut malam.”

Yuzuru melangkah maju seolah-olah untuk melindungi Arisa.

Lalu dia membungkuk kecil.

Dan kemudian dia memasang senyum palsu di wajahnya.

“Kamu …… Takasegawa-kun. Terima kasih banyak telah menjaga putri kami.”

Emi Amagi tampak bingung sejenak.

Dia mengatakan itu pada Yuzuru dengan ekspresi kesal di wajahnya.

(...... Jika kau tidak menyukai Arisa, mengapa kau menentang pertunangannya?)

Tampaknya Emi Amagi tidak menyetujui pertunangan Yuzuru dan Arisa.

Dia tampaknya memiliki ketidaksukaan khusus kepada Arisa.

Dan dialah yang menampar pipi Arisa saat di pertemuan perjodohan.

Jika dia membenci Arisa, dia seharusnya tidak terlalu peduli jika Arisa menikah dengan Yuzuru atau tidak.

Yuzuru tidak bisa memahaminya sama sekali.

Dia bahkan tidak ingin memahaminya.

“Tidak, aku juga menikmatinya. Akulah yang membuatnya pulang sampai larut malam ……. Aku sangat menyesal. Tolong jangan salahkan Arisa-san.”

Ketika Yuzuru mengatakan itu kepada Emi Amagi, dia mengerutkan kening.

Namun, dia tidak bisa terus memarahi Arisa setelah Yuzuru mengatakan itu padanya.

"Arisa, masuk."

“Kamu...”

Emi tidak menanggapi kata-kata Yuzuru, dan menyuruh Arisa masuk.

Kemudian dia menutup pintu dengan agak kasar.

"Apa Arisa akan baik-baik saja?"

Dalam perjalanan pulang.

Ketika Yuzuru mengkhawatirkan Arisa ......, teleponnya berdering.

Ada pesan dari Arisa.

"Terima kasih telah melindungiku."

"Bisakah kamu melakukannya lagi lain kali?"

Yuzuru menghela napas lega.


Translator: Exxod

Editor: Janaka

5 Comments

  1. Jujur gua masih gak bisa baca sifat si ibu angkat nya

    ReplyDelete
  2. Hmmm kegalakan ibu tiri arisa terlihat seperti tidak ingin arisa bahagia, tapi juga tidak ingin arisa mati dulu, intinya ingin arisa tersiksa dulu ya :v
    Buset dah, kedengkian yg mendarah daging

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo gk salah, si ibu angkat si arisa itu adalah kakak dari ibu kandung arisa, dan mereka berdua kayak bermusuhan, dan itulah kenapa ibu angkat arisa membenci dan ingin arisa tidak bahagia

      Delete
Previous Post Next Post


Support Us